Syaqiq al-Balkhi[1],
seorang Guru Besar sufi di daerah Khurasan[2],
pernah bercerita tentang gurunya yang bernama Ibrahim bin Adham[3].
Suatu hari, sang guru (Ibrahim bin Adham) berjalan-jalan di beberapa pasar di
Bashrah. Melihat kedatangan sang guru, sontak orang-orang mengerumuninya. Kemudian
mereka bertanya tentang firman Allah Swt:
اُدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdoalah kalian kepadaku,
niscaya akan aku kabulkan untuk kalian.” (Q.S. Ghafir [40]: 60)
“Sejak dulu kami selalu berdoa
kepada-Nya, tetapi mengapa Dia tidak pernah mengabulkan permintaan kami?” keluh
orang-orang di pasar Bashrah itu.
Ibrahim bin Adham lalu menjawab,
“Ketahuilah, wahai orang-orang Bashrah, itu karena hati kalian telah mati dari
sepuluh perkara. Maka dari itu, bagaimana mungkin doa kalian akan dikabulkan
oleh-Nya?!”
Ibrahim bin Adham lalu mengurai
sepuluh perkara yang ia maksud.
1. Kalian
tahu bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan kalian dan member rezeki kalian,
tetapi kalian tidak menunaikan hak-hak-Nya. Yakni, kalian tidak beribadah dan
mengabdi kepada-Nya sebagaimana Dia perintahkan kepada kalian.
2. Kalian
membaca kitab Allah, tetapi kalian tidak mengamalkan apa yang terkandung di
dalamnya.
3. Kalian
mengaku memusuhi iblis/setan, tetapi kalian justru menjadi pengikutnya.
4. Kalian
mengaku cinta Rasul, tetapi kalian justru meninggalkan amalan-amalan dan sunnah
beliau Saw. Jadilah kalian dalam kenyataannya tidak mengikuti jejak beliau.
5. Kalian
mengaku cinta surga, tetapi kalian tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang membawa
kalian wushul (sampai) ke surga.
6. Kalian
mengaku takut kepada neraka, tetapi kalian tidak berhenti dari melakukan perbuatan
dosa.
7. Kalian
meyakini bahwa kematian itu pasti datang, tetapi kalian sama sekali tidak menyiapkan
diri untuk menyambut kematian itu dengan amal-amal shalih.
8. Kalian
begitu sibuk mengurusi aib orang lain sehingga kalian lupa kepada aib diri
sendiri. Sampai akhirnya, kalian tidak melakukan usaha sedikit pun untuk
menyucikan diri sendiri.
9. Kalian
memakan rezeki dari Allah Swt, tetapi kalian tidak mensyukurinya. Yakni, kalian
tidak memuji-Nya dan tidak pula meningkatkan ketaatan kepada-Nya.
10. Kalian
berkali-kali mengubur orang-orang mati, tetapi kalian tidak mengambil pelajaran
dari kematian mereka. Kalian tidak mengingat akan datangnya kematian. Jika kalian
ingat pada kematian, tentu kalian akan gemar beramal kebaikan dan benci pada
amal-amal keburukan.
[1] Abu
Ali Syaqiq bin Ibrahim al-Azdi al-Balkhi (wafat:
149 H/810 M). Semasa nyantri atau berguru kepada Ibrahim bin Adham, Syaqiq
al-Balkhi juga mengajar muridnya yang bernama Hatim al-Asham.
[2] Berdasarkan
peta nationmaster, lokasi negeri ini, berada di sebelah utara Iran (Persia),
Pakistan (Sijistan) maupun India (India). Sumber: http://www.islampos.com/dimanakah-letak-khurasan-2-60658/
[3] Ibrahim
bin Adham bin Mansur bin Yazid bin Jabir. Dia seorang imam yang arif dan
pemimpin orang-orang zuhud. Julukannya adalah Abu Ishaq al-‘Izli, ada yang
mengatakan at-Tamimi, al-Khurasani, juga al-Balkhi. Dia dilahirkan di Mekah
pada akhir tahun ke-100 H. Ibnu ‘Asakir dan Ibnu Katsir mengatakan bahwa Ibrahim bin Adham wafat pada 162 H.
Sumber: Siyar A'lami Nubala 7/387-396; Siarus Salafis Shalihin
3/963-973; dan al-Bidayah wa an-Nihayah 10/558-568.
2 comments:
jadi adem kalo baca kaya ginian, terimakasih buat tausiyahnya
Sama-sama. terima kasih kembali. Smoga bermanfaat
Post a Comment