ads
Monday, October 28, 2013

October 28, 2013

Wahai para suami, jangan pernah kalian berogah-ogahan menafkahi istri. Baik itu nafkah lahir maupun batin. Kedua nafkah itu sama-sama penting dan wajib. Berkaitan dengan nafkah batin, sesibuk apa pun kita, jangan malas memberikannya kepada istri. Jangan egois! Ketika kita “butuh” sang istri, ngototnya minta ampun. Giliran ketika sang istri yang butuh “ditemani”, ee… sok sibuknya kelewat batas. Saling pengertian lah bahwa antara suami dan istri itu saling membutuhkan dan menghangatkan.

Nah, berkaitan dengan nafkah batin nih, di antara hal penting yang diajarkan oleh Islam adalah melakukannya dengan kasih sayang dan penyatuan yang tidak hanya raga, tetapi juga hati. Karena itulah Islam mengajarkan, sebelum terjadinya penetrasi (coitus) hendaklah dilakukan isti’adah lebih dulu.

Apa itu isti’adah? Isti’adah adalah permainan asmara pendahuluan (pemanasan) sebelum melakukan hubungan seks berupa cumbu rayu, sentuhan, usapan, ucapan mesra, ciuman, lumatan, remasan pada bagian tubuh, dan lain-lain dengan tujuan untuk membangkitkan birahi suami dan istri. Dalam bahasa Kulon disebut dengan foreplay.

Foreplay bisa menjadi suatu aktivitas yang hangat karena suami dan istri saling menumpahkan kasih sayangnya yang tulus dalam bingkai permainan dan senda gurau. Memang terlihat sepele, tetapi manfaatnya bener-bener Ruaaaarrrr Biaseee! Kemarahan, kegalauan, kekecewaan, dan endapan-endapan masalah antara suami dan istri seketika akan hilang. Berbeda kasusnya jika si suami langsung gubrak-gabruk saja tanpa isti’adah/foreplay; raga bisa menyatu tetapi hati belum tentu. Dalam aksi gubrak-gabruk ini, persanggamaan mereka hampa. Masuk, ya sekadar masuk. Tidak ada ketenangan batin yang didapatkan. Apalagi jika diperparah setelah berhubungan langsung ditinggal pergi begitu saja. Ah, sedih juga lho hati si istri. Rasanya seperti “wanita bayaran” saja. Tubruk, main, bayar, lalu tinggal!

Mulailah foreplay dengan mengucapkan kata-kata rayuan sebagaimana anjuran Rasulullah SAW. Rayuan biasanya dilakukan sambil berpelukan disertai dengan meraba-raba bagian tubuh yang sensitif misalnya rambut sampai punggung. Apabila sudah cukup bisa dilanjutkan dengan ciuman pada bibir, leher, dada dan tengkuk. Pada saat ciuman tangan masing-masing diusahakan saling meraba untuk mempercepat suasana ‘panas’. Disinilah perlunya sentuhan-sentuhan kelembutan. Disini pulalah diperlukan seni dan kesabaran. Sebab, bagian ini barangkali boleh diibaratkan 25% dari hubungan seks itu sendiri dilihat dari segi kenikmatan yang didapat. Seorang suami harus tahu perlakuan apa yang disukai istrinya, demikian pula sebaliknya.

Lakukan isti’adah dengan baik, dengan cinta dan kemesraan. Tak perlu sungkan dan malu-malu. Kalian kan sudah sah sebagai suami dan istri, yang setiap inchi dari tubuh kalian masing-masing halal bagi sang pasangan. Kecuali penganten baru, eloknya mereka sih terlihat agak malu-malu gimana gitu. Malu, tapi mau. Hehe… Rasanya kurang berdaya jual deh kalau penganten baru (khususnya cewek) langsung hap-hap-hap huraaa tanpa menampakkan rasa malu sedikit pun. Bisa jadi sang suami membatin, “Jangan-jangan sebelumnya dia sudah berpengalaman banget nih. Buktinya dia langsung beraksi bak koboi.”
Allah Swt berfirman:
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ () إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ()
Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (QS. Al Ma’arij: 29-30)

Rasulullah Saw bersabda:
احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ
Jagalah auratmu kecuali dari istrimu.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Begitu pentingnya isti’adah atau foreplay, sampai-sampai Rasulullah Saw berpesan, “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi)

Ciuman dalam hadits di atas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, dalam Sunan Abu Dawud diceritakan bahwa Rasulullah Saw mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antara suami dan istri sebagai sebuah kesunahan sebelum bersanggama/bersetubuh.



0 comments: