Segala
bentuk interaksi/perlakuan positif kita terhadap Alquran selalu bernilai
ibadah. Setidaknya ada dua puluh (20) bentuk interaksi kita terhadap Alquran
sehingga bernilai ibadah.
1.
Hubbul Qur’an (Cinta
kepada Alqur’an)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
مَنْ أَحَبَّ الْقُرْآنَ فَلْيُبْشِرْ
Dari Abdullah, ia berkata,
“Barangsiapa mencintai Alquran hendaklah ia bergembira.” (HR. ad-Darimi)
2.
Tidak
bersengaja duduk di majelis dzikir. Dalam hal ini majelis Alquran termasuk
bagian dari majelis dzikir. Seseorang duduk di majelis itu secara kebetulan,
misalnya, karena sedang menunggu saudaranya sehingga ia memang tidak bersengaja
untuk duduk di majelis itu.
عنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ
فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا
فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ
عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُهَلِّلُونَكَ
وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ قَالَ وَمَاذَا يَسْأَلُونِي قَالُوا يَسْأَلُونَكَ
جَنَّتَكَ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا لَا أَيْ رَبِّ قَالَ فَكَيْفَ لَوْ
رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا وَيَسْتَجِيرُونَكَ قَالَ وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي قَالُوا
مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا لَا قَالَ فَكَيْفَ لَوْ
رَأَوْا نَارِي قَالُوا وَيَسْتَغْفِرُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ
فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا قَالَ فَيَقُولُونَ
رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ قَالَ فَيَقُولُ
وَلَهُ غَفَرْتُ هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ[1]
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi
mempunyai beberapa malaikat yang terus berkeliling mencari majelis dzikir.
Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir tersebut, mereka duduk di situ
dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka
dan langit yang paling bawah. Apabila majelis dzikir itu telah usai, mereka
juga berpisah dan naik ke langit.” Kemudian Rasulullah meneruskan sabdanya: “Selanjutnya
mereka ditanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dzat Yang Mahatahu tentang
mereka: ‘Kalian datang dari mana?’ Mereka menjawab: ‘Kami datang dari sisi
hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memohon
kepada-Mu ya Allah.’ Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: ‘Apa yang mereka
minta?’ Para malaikat menjawab; ‘Mereka memohon surga-Mu ya Allah.’ Allah Subhanahu
wa Ta'ala bertanya lagi: ‘Apakah mereka pernah melihat surga-Ku?’ Para
malaikat menjawab: ‘Belum. Mereka belum pernah melihatnya ya Allah.’ Allah Subhanahu
wa Ta'ala berkata: ‘Bagaimana seandainya mereka pernah melihat surga-Ku?’
Para malaikat berkata: ‘Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu ya Allah.’
Allah Subhanahu wa Ta'ala balik bertanya: ‘Dari apa mereka meminta
perlindungan kepada-Ku?’ Para malaikat menjawab: ‘Mereka meminta perlindungan
kepada-Mu dari neraka-Mu ya Allah.’ Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: ‘Apakah
mereka pernah melihat neraka-Ku?’ Para malaikat menjawab: ‘Belum. Mereka belum
pernah melihat neraka-Mu ya Allah.’ Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata: ‘Bagaimana
seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?’ Para malaikat berkata: ‘Ya Allah,
sepertinya mereka juga memohon ampun (beristighfar) kepada-Mu?’ Maka Allah Subhanahu
wa Ta'ala menjawab: ‘Ketahuilah hai para malaikat-Ku, sesungguhnya Aku
telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka minta, dan melindungi
mereka dari neraka.’ Para malaikat berkata: ‘Ya Allah, di dalam majelis mereka
itu ada seorang hamba yang berdosa dan kebetulan hanya lewat lalu duduk bersama
mereka.’ Maka Allah menjawab: ‘Ketahuilah bahwa sesungguhnya Aku akan
mengampuni orang tersebut. Sesungguhnya mereka itu adalah suatu kaum yang teman
duduknya tak bakalan celaka karena mereka.’” (HR. Muslim)
3.
Bersengaja
duduk di majelis Alquran.
عن
أبي هُرَيْرَةَ قال: قال رسول اللَّهِ- صلى الله عليه وسلم-: من نَفَّسَ عن مُؤْمِنٍ
كُرْبَةً من كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ الله عنه كُرْبَةً من كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ،
وَمَنْ يَسَّرَ على مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عليه في الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ
سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللَّهُ في عَوْنِ
الْعَبْدِ ما كان الْعَبْدُ في عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ ، وما اجْتَمَعَ قَوْمٌ
في بَيْتٍ من بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ
إلا نَزَلَتْ عليهم السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ
وَذَكَرَهُمْ الله فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لم يُسْرِعْ بِهِ
نَسَبُهُ[2]
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda: “Siapa membebaskan seorang mukmin dari
suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada
hari kiamat. Siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan,
maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa menutupi aib
seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan
selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama
muslim. Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid
(rumah Allah) untuk membaca Alquran, melainkan mereka akan diliputi
ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan
menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Siapa
yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.”
4.
Bersengaja
duduk di majelis Alquran untuk mengikuti pembukaan maupun khataman Alquran.
عن أبي قِلَابَةَ رَفَعَهُ قال: مَنْ
شَهِدَ الْقُرْآنَ حِينَ يُفْتَحُ ، فَكَأَنَّمَا شَهِدَ فَتْحًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
، وَمَنْ شَهِدَ خَتْمَهُ حِينَ يُخْتَمُ ، فَكَأَنَّمَا شَهِدَ الْغَنَائِمَ حِينَ
تُقْسَمُ[3]
Dari Abu Qilabah, ia memarfu'kannya, ia berkata, “Siapa
yang menyaksikan ketika Alquran mulai dibaca maka seakan-akan ia menyaksikan
sebuah penaklukan di jalan Allah. Siapa yang menyaksikan pengkhatamannya maka
seakan-akan ia menyaksikan saat harta ghanimah dibagi-bagikan.” (HR.
ad-Dailami)
5.
Sima’ul Quran (Mendengar
Bacaan Alquran).
Yakni
orang yang tidak bersengaja atau bermaksud mendengarkan Alquran. Misalnya, ia lewat
di dekat orang yang membaca Alquran, dan ia menikmati/mendengarkan bacaan itu.
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِذَا
سَمِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ
مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
“Dan apabila mereka mendengar apa yang diturunkan
kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan
kebenaran (Alquran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri);
seraya berkata: ‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama
orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad).’”
(Q.S. a-Maidah [5]: 83)
6.
Al-Istima’ ilal
Qur’an (Sengaja Mendengarkan Bacaan Alquran).
وَإِذَا
قُرِىءَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
(Q.S. Al-A’raf [7]: 204)
عن أنس-رضي الله عنه- قال: قال رسول الله-
صلى الله عليه وسلم- : من استمع إلى آية من كتاب الله كانت له حسنة مضاعفة،
ومن تعلَّمَ آيةً من كتاب الله كانت له نورا يوم القيامة[4]
Dari
Anas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Siapa yang (dengan sengaja) mendengarkan satu ayat dari
kitab Allah (Alquran) maka baginya kebaikan yang berlipat. Siapa yang mempelajari
satu ayat dari kitab Allah (Alquran) maka baginya cahaya di hari kiamat.”
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ
: " مَنْ اسْتَمَعَ إِلَى آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى كُتِبَ لَهُ حَسَنَةٌ مُضَاعَفَةٌ ، وَمَنْ تَلَاهَا
كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ "[5]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang (dengan
sengaja) mendengarkan satu ayat dari kitab Allah (Alquran) maka dicatat baginya
kebaikan yang berlipat. Dan siapa yang membacanya maka baginya cahaya di hari
kiamat.” (HR. Ahmad)
7.
Al-Inshat (Berkonsentrasi
memperhatikan bacaan Alquran)
Kata inshat seringkali dimaknai secara sama dengan
kata sukut, yang berarti diam. Padahal, sejatinya keduanya adalah
berbeda. Jika sukut berarti tidak berbicara atau tidak berkata-kata, inshat
berarti akal/pikiran tidak melakukan aktivitas apa pun selain terhadap
sesuatu yang sengaja ia dengarkan. Sederhananya, inshat boleh kita artikan
sebagai berkonsentrasi atau memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
وَإِذَا
قُرِىءَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
(Q.S. Al-A’raf [7]: 204)
[4]
مصنف عبد الرزاق ج3/ص373.، وهو حديث ضعيف
[5]
مسند أحمد بن حنبل ج2/ص341. وهو حديث ضعيف.ومع الذي
قبله يكون حديث حسن لغيره
0 comments:
Post a Comment