Abul Hasan Sari bin al-Mighlash As-Saqthi, beliau adalah murid
Ma’ruf al-Karkhi dan paman dari ibu serta guru Abul Qosim Junaid al-Baghdadi. Mula-mula
ia mencari nafkah dengan berdagang di pasar. Pada suatu hari, ia didatangi oleh
Ma'ruf Al-Karkhi, sang guru, yang datang bersama anak yatim.
Ma'ruf berkata: "Berikanlah pakaian untuk anak yatim
ini!" Ia kemudian memberikan pakaian kepada anak yatim itu, dan sang guru
pun bergembira karenanya, kemudian berkata: "Semoga Allah membuat hatimu
benci kepada dunia ini dan membebaskanmu dari pekerjaan ini.”
Ia lalu meninggalkan tokonya dan tidak ada yang lebih dibenci
olehnya daripada kekayaan dunia, dan hal ini diakuinya sebab barokah doa Ma'ruf
Al-Karkhi sang guru. Diceritakan bahwa ia berkata: ”Sudah tiga puluh tahun aku
beristighfar kepada Allah hanya karena ucapan al-hamdulillah yang keluar dari
mulutku.”
Hal ini tentu saja banyak orang menjadi bingung dengan
pernyataannya itu lalu bertanya kepadanya: ”Bagaimana itu bisa terjadi?” Ia
berkata: ”Saat itu aku memiliki toko di Baghdad. Suatu saat aku mendengar
berita bahwa pasar Baghdad hangus dilalap api, padahal tokoku berada di pasar
tersebut. Kemudian ada seseorang yang memberitahuku: ”Api tidak sampai menjalar
ke tokomu”. Aku pun mengucapkan: ”Alhamdulillah!”. Selama tiga puluh tahun, aku
menyesal terhadap ucapan itu, karena seolah bersyukur terhadap musibah yang
menimpa orang-orang islam."
Sarri As-Saqthi berkata: "Tasawwuf adalah nama untuk tiga
makna, yaitu untuk orang yang cahaya kewiraiannya tidak memadamkan cahaya
ma'rifatnya, tidak berbicara tentang ilmu bathin yang bertentangan dengan
Al-Qur'an dan hadits, serta keramatnya tidak sampai mendorong dirinya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan haram."
Sarri As-Saqthi berkata: "Aku mengetahui jalan ringkas dan
mudah untuk menuju surga, yaitu: jangan meminta-minta suatu apapun kepada orang
lain, jangan mengambil apapun dari orang lain, dan hendaklah membawa sesuatu
yang akan diberikan kepada orang lain".
Sarri berkata: "Wahai Tuhanku, Apabila Engkau menyiksaku
dengan suatu siksa, janganlah engkau siksa diriku dengan dijauhkan darimu.”
اللهم مهما عذبتني
بشيء فلا تعذبني بذل الحجاب
Sarri As-Saqthi berkata: "Aku sangat berharap agar
meninggal dunia tidak di dalam kota Baghdad, karena aku sangat khawatir aku
tidak diterima oleh kubur dan aku pun dihina".
Abul Qosim Junaid berkata bahwa Sarri tidak pernah terlihat
tidur telentang kecuali saat menjelang kematiannya. Sarri As-Saqthi wafat pada
tahun 257 H/867 M.
*)Ditulis
oleh Kanthongumur
Cuplikan dari kitab "Risalatul Qusyairiyah"
0 comments:
Post a Comment