Fathimah begitu cemas dan sedih melihat
Rasulullah tergolek lemah. Rasulullah memahami kecemasan
dan kesedihan putri tercintanya itu. Dengan lembut beliau minta sang Putri mendekat
ke tubuh beliau. Dengan suara sangat pelan beliau membisikkan sesuatu ke
telinga Fathimah. Sontak air mata Fathimah tumpah.
Rasulullah kembali meminta
Fathimah mendekat. Untuk kedua kalinya, beliau kembali membisikkan sesuatu. Kali
ini wajah Fathimah berubah bahagia lalu tertawa kecil. Para istri Rasulullah,
terutama Aisyah, menjadi penasaran.
“Apa yang tadi dibisikkan
oleh Rasulullah ke telingamu?” tanya Aisyah.
“Saya tidak ingin membuka rahasia ini,” jawab Fathimah.
Fathimah memang tidak
menceritakannya kepada siapa pun sampai Rasulullah wafat. Barulah setelah
beliau wafat, Fathimah menceritakannya kepada Aisyah.
“Adapun bisikan yang
pertama, saat itu Rasulullah berkata, ‘Biasanya Jibril datang
kepadaku untuk mengulang
al-Qur’an sekali dalam setahun, tapi tahun ini dia datang dua
kali. Aku rasa ini menjadi isyarat bahwa ajalku sudah dekat, maka bersabarlah dan
bertawakallah.’ Itulah yang membuatkku menangis.”
Aisyah mendengarkan penuturan
Fathimah dengan saksama. Fathimah kembali melanjutkan ceritanya, “Adapun bisikan
yang kedua, beliau berkata, ‘Tidakkah engkau ridha/senang menjadi sayyidatu nisa’il alamin (penghulu para wanita di dunia ini)?
Engkaulah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku.’ Inilah yang
membuat aku gembira dan tertawa.”
Benar sekali, enam bulan setelah Rasulullah wafat, Fathimah pun wafat. Dia
meninggal pada 13 Ramadhan 11 Hijriah dalam usia 28 tahun.
0 comments:
Post a Comment