ads
Monday, June 13, 2016

June 13, 2016
24

Pertanyaan
Sebagai pengantin baru, datangnya bulan puasa bagi kami merupakan siksaan tersendiri. Kalau kami berdua tidak mampu lagi menahan nafsu, apakah boleh kami mokel (berbuka) lalu berkumpul? Bagaimana cara yang benar agar terhindar dari ancaman puasa dua bulan berturut-turut?
(Penanya: NN Arjasa, Jember)


Jawaban
Ada macam-macam hal yang membatalkan puasa Ramadhan dan beragam pula konsekuensinya. Ada yang sekadar harus meng-qadha’ (mengganti pada hari lain), tetapi ada pula yang mengakibatkan sanksi berat. Terhitung yang berat adalah hubungan seks (jima’).

Dasar hukum sanksi ini adalah hadits riwayat Bukhari dan Muslim tentang lelaki yang mengaku telah melakukan pelanggaran ini. Rasulullah lalu mengurutkan tiga sanksi untuk menjadi kaffarah (penebus): (1) pembebasan budak, (2) puasa dua bulan berturut-turut, dan (3) memberi makan 60 orang miskin.

Tiga kaffarah tersebut tidak dapat dipilih begitu saja, tetapi berlaku urut. Karena pada zaman ini sanksi pertama tidak berlaku lagi, dengan sendirinya pelakunya harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika karena sebab yang dibenarkan syari’at hukuman ini tidak mungkin dilakukan, baru dapat ditempuh sanksi terakhir berupa pemberian paket kepada 60 fakir-miskin, masing-masing 1 mud (+ 6 ons) bahan makanan pokok.

Kaffarah ini berlaku antara lain jika hubungan seks itulah yang mengakibatkan batalnya puasa. Jika sebelumnya puasanya sudah batal atau dibatalkan, maka kaffarah di atas tidak berlaku.

Tetapi, itu tidak berarti sanksinya menjadi lebih ringan. Meninggalkan atau membatalkan puasa tanpa alasan yang dibenarkan syari’at termasuk dosa yang sangat besar. Diriwayatkan oleh at-Turmudzi, Rasulullah bersabda, yang artinya: “Barangsiapa meninggalkan/membatalkan sehari puasa Ramadhan tanpa alasan yang meringankan dan tidak pula karena sakit, maka puasa sepanjang masa tidak cukup sebagai gantinya.”

Membatalkan puasa sebelum berhubungan seks bukan hanya berarti memangkas sanksi. Setidaknya ada dua alasan moral untuk tidak melakukannya.

Pertama, puasa dua bulan berturut-turut adalah hukum yang secara spesifik telah ditetapkan oleh Allah. Apakah Anda ingin lari dari hukum-Nya?

Kedua, dengan membatalkan puasa untuk menghindarkan kaffarah, maka sesungguhnya seseorang telah melakukan akal-akalan, bermain siasat atas hukum Allah. Pertanyaannya, secerdik itukah Anda?

Bagaimanapun beratnya, begitulah hukum telah ditetapkan. Jika tidak ingin tertimpa beratnya hukum, sebaiknya Anda berhati-hati. Tidak ada salahnya untuk mengurangi tindakan-tindakan lahiriah yang lazim digunakan untuk mengekspresikan rasa sayang, cinta, dan kemesraan suami-istri. Jika dianggap perlu, ciptakan jarak (sementara). Ikuti kegiatan-kegiatan kerohanian selama bulan Ramadhan. Prinsipnya, hindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan Anda jatuh dalam pelanggaran ini.

Inilah sesungguhnya makna puasa: menahan diri dari godaan nafsu, tidak untuk menghancurkannya tetapi mengendalikannya. Bukankah akan sampai juga waktu di mana dorongan nafsu itu dapat dipenuhi tanpa ancaman murka Allah?!

[Disalin dari buku Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh; Solusi Problematika Umat, diterbitkan oleh LTN NU Jawa Timur bekerjasama dengan Penerbit "Ampel Suci" Surabaya. Cetakan pertama: 2003, halaman 97-98]



Kesimpulan
  1. Orang yang membatalkan puasanya dengan berjima' (berhubungan seks) maka dikenai sanksi yang sangat berat (kaffarah).
  2. Sanksi ini tidak boleh asal dipilih, tetapi harus berlaku urut dari urutan yang pertama. Jika urutan pertama tidak mungkin atau tidak bisa, barulah melakukan sanksi nomor urut kedua. Jika urutan kedua tidak mampu, barulah melaksanakan urutan terakhir.
  3. Sanksi atau tebusan (kaffarah) atas pelanggaran ini adalah: (1) memerdekakan budak, (2) berpuasa dua bulan berturut-turut, dan (3) memberi makan 60 orang miskin (masing-masing sekira 6 ons).
  4. Andai kita membatalkan puasa dengan cara makan (setelah itu baru berjima'), secara hukum fiqih kita memang terbebas dari kaffarah karena batalnya puasa kita bukan karena berjima', melainkan karena makanAkan tetapi, berpuasa itu tidak hanya masalah fiqih (sah dan tidak sah), tetapi lebih dari itu juga menuntut kepatuhan dan ketundukan hati kepada Allah Yang Mahakuasa. Bertanyalah kepada hati dan jawablah dengan jujur, "Apakah saya melakukan ini untuk mengelabui Tuhan?" Ingat, manusia memang bisa kita tipu, tetapi tidak demikian dengan Tuhan!! 
  5. Fokuslah beribadah dan kurangi kontak fisik dengan pasangan (suami/istri) selama berpuasa pada bulan Ramadhan. Bukankah masih ada waktu yang terbentang luas pada waktu malam untuk mencumbu dan memadu kasih dengan pasangan?
  6. Ramadhan adalah berkah dan rahmat bagi kita. Jadi, jangan pernah sekalipun menganggapnya sebagai beban, apalagi siksaan. 

Sumber Gambar 1 2

24 comments:

Maman Achman said...

sungguh berat ya pak hukuman buat batalnya buasa karana berjima' semoga kita semua bisa menghindarinya..

Irham Sya'roni said...

Iya, Kang Maman. Begitulah kita berpuasa agar mengendalikan nafsu. Terkhusus bulan ini, juga untuk memuliakan Ramadhan.

Mr. G said...

Nah tuh, bukan hanya untuk pengantin baru ajah, bagi yang udang pengantin lama juga harus bisa nahan tuh. Karena pada intinya puasa itu buan hanya menahan lapar, tapi bisa menahan hawa nafsu apapun itu seperti yang telah gamblang dijelaskan di artikel ini.

Irham Sya'roni said...

Betul, Mas Isrofi. Entah pengantin baru atau pengantin lama, pokoknya siapa saja, harus mengendalikan nafsunya selama berpuasa Ramadhan, ya, Mas. Gak lama, cuma 1 bulan. Itu pun cuma waktu siang (subuh sampai maghrib). :)

Ummi Nadliroh said...

Wah, kesimpulan no 4 itu perlu memang diperhatikan. Kadang kita merasa bisa mengelabui Tuhan. Astaghfirullah...

Irham Sya'roni said...

Benar, Mbak, dalam segala bentuk ibadah kita, sebetulnya bukan hanya masalah sah atau tidak sah (fiqih), melainkan juga masalah nurani/moral. Semoga kita dijauhkan dari perilaku licik dan tak bermoral itu, ya, Mbak...

Kang Nurul Iman said...

Wah ternyata hukumannya sangat berat juga ya kang kalau berhubungan badan saat berpuasa dan dengan disengaja pula, tapi saya mah belum nikah nih jadi aman deh kang, ahi hi hi (sedang nyari calon).

Admin said...

Ciee sdng nyari calonn.. Wah bntr lg nih dpt undangan dri temen blogger.. Good luck kang nurul. Semangat mnjalankan ibadah puasanya jg.

Admin said...

Wah itu trmsuk ujian buat pengantin baru jg ya om.. Bulan puasa selain meningkatkan ibadah, jg hrus bs mengendalikan nafsu. Nah nafsu yg pling berat diatas yg hrus bner" bs dikalahkan.. Lengkap pnjelsannya om, dlu belajar fiqh gk sedetail ini.. Makasih om sharing ilmunya😊

Irham Sya'roni said...

Ayo, Kang Nurul, buruan ke KUA. Hehe... :)

Irham Sya'roni said...

Hayy mau bantu nyarikan buat Kang Nurul... Bantu temen itu berpahala, lho. :)

Irham Sya'roni said...

Sebetulnya ujian untuk semua orang, Hayy, tapi khusus bagi pengantin baru tentu berasa lebih berat lagi ujiannya. Maklum lah.... msh gress status mantennya. hehe
Sama-sama, makasih kembali telah berkunjung ke sini, Hayy.

Sulis said...

Bukan penganten baru...jadi aman... :-D

Irham Sya'roni said...

Weleh, sami mawon, Mbakyu... :))

Kang Nurul Iman said...

Kalau itu bukannya tidak mau tapi saya lagi berusaha kang untuk mendapatkannya karena dia menurut saya adalah calon yang sempurna deh untuk saya jadikan pendamping hidup tapi untuk saat ini saya perlu bersabar dulu kayanya kang karena secara mental saya belum siap nih.

Irham Sya'roni said...

Saya doakan semoga tercapai harapannya untuk hidup bersama sang calon yang diidamkan itu, Kang. Semoga Allah memberi kemudahan untuk hidup bersama dengan-Nya.

Unknown said...

Pembahasan ini sudah saya baca pada artikel mas yang sebelumnya ya bahkan saya sudah bertanya :) jadi untuk kali ini saya tidak punya pertanyaan apapun karena dengan penjelasan ini pun saya sudah jelas dan paham :) Namun cukup menyiksa juga ya kalau bagi pengantin baru, karena itu lagi hangat-hangat nya suasana kebersamaan suatu rumah tangga :)

Irham Sya'roni said...

Begitulah ujian dari nafsu dan syahwat, Mas. Hehe...

Anjar Sundari said...

Wah itu keterlaluan namanya, kan sudah diberi fasilitas malam hari, apa masih kurang? :(

Solusinya : jangan menikah sebelum Ramadhan, nanti nunggu setelah Lebaran, hehe

Bagi saya godaan seperti ini mudah dilewati, tapi godaan yang lain siap menghadang dan susah dilewati. Paling susah jaga mulut, upss :)

Irham Sya'roni said...

Alhamdulillah, saya dulu menikahnya jauh sebelum dan setelah lebaran... :))

Jaga perut (dari makan dan minum atau lainnya) cukup mudah. Jaga bawahnya perut, insyaAllah juga tidak begitu berat. Tapi, jalau jaga mulut, memang berat... :) Semoga usaha lisan dan segala perbuatan kita dijaga Allah ya, Mbak...

Anisa AE said...

Kendalikan hawa nafsu erat-erat buat pengantin baru :D

Irham Sya'roni said...

Wah, yang pengantin lama merasa aman nih... :D Padahal, yang baru atau yang lama sama saja... Sama-sama nafsunya. Heheh..

Admin said...

Saya bntu do'a aj om buat kang nurul :D
kang nrul, semoga doanya segera di ijabah ya sm Allah di tahun ini lgsg ketemu. :)

Irham Sya'roni said...

Rahayu bantu doa, aku bantu "aamiin..." deh... :)