Sumber Gambar |
Julaibib, nama
ini tidak begitu dikenal. Bahkan, Julaibib sendiri tidak mengenal siapa ayahnya,
ibunya, kakeknya, dan dari suku mana berasal.
Julaibib menjadi
sosok yang tersisih dari komunitas Yatsrib (Madinah) kala itu. Tampilan ragawinya
sungguh tak sedap dipandang mata. Berkulit hitam. Berbadan pendek. Bungkuk
pula.
Jangan tanya
juga bagaimana tingkat kesejahteraannya. Andai saat itu ada Askeskir (Asuransi Kesejahteraan
Rakyat Fakir), bisa jadi dialah yang pantas didahulukan. Jangankan rumah, gubuk
untuk sekadar berteduh pun tak punya. Jangankan kasur, selendang hangat sekadar
untuk alas tidur juga tiada. Dia sudah biasa beralaskan pasir dan kerikil,
berbantalkan tangan.
Begitulah
Julaibib, tak ada kelebihan secara ragawi dan materi. Tetapi, dia dia punya
cinta. Cinta yang tiada pernah redup dari bara. Cinta yang terus menyala. Cinta
kepada habibina wa sayyidina Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Pernikahan
Indah Julaibib
Suatu hari Kanjeng
Nabi bertanya lembut kepada Julaibib, ”Hai Julaibib, tidakkah engkau menikah?”
”Menikah dengan
siapa, ya Rasulallah?” jawab Julaibib dengan senyum khasnya. ”Orang tua mana yang
mau menikahkan putrinya dengan saya?”
Julaibib memang tak
pernah meratapi takdirnya yang tak beruntung. Ragawinya yang buruk, tak membuatnya
merutuk. Statusnya sebagai seorang fakir, tak membuatnya menyalahkan takdir. Senyum
dan tawa Julaibib tetap saja merekah. Walau hati kecilnya tidak yakin akan hadir
perempuan yang mau dia nikah.
Pertanyaan yang
sama tidak hanya sekali atau dua kali disampaikan oleh Kanjeng Nabi. Sebanyak pertanyaan
itu diajukan, sebanyak itu pula jawaban yang sama diberikan. “Menikah dengan
siapa, ya Rasulullah? Orang tua mana yang mau menikahkan putrinya dengan saya?”
Tekad Kanjeng
Nabi untuk mencarikan pasangan hidup bagi Julaibib bukanlah basa-basi. Pada hari
yang lain, Rasulullah menemui seorang lelaki Anshor untuk menanyakan perihal
putrinya.
“Wahai
sahabatku,” kata Nabi, “kedatanganku kemari untuk menikahkan putrimu.”
”Senang sekali mendengar
kabar bahagia ini,” kata si lelaki Anshor berseri-seri. “Betapa indah dan berkah!”
Dia mengira bahwa
Kanjeng Nabi akan menikahi putrinya. Melihat salah kira tersebut, Kanjeng
Nabi buru-buru meluruskan.
”Bukan untukku,”
kata Rasulullah. ”Aku meminangnya untuk orang lain.”
“Untuk siapa,
Kanjeng Nabi?” lelaki Anshor itu sangat penasaran.
”Untuk Julaibib,”
jawab Nabi singkat.
“Julaibib?!” lelaki
Anshor itu nyaris terpekik.
Beberapa saat
lelaki Anshor itu terdiam. Hanya terdengar helaan napasnya yang berat.
”Saya belum bisa
memberi keputusan apa-apa,” kata si lelaki Anshor. “Akan saya rembukkan dulu
dengan istri di rumah.”
Di rumah, sang
istri juga terkesiap mendengar kabar itu dari suaminya.
”Bagaimana bisa putriku
yang molek dinikahkan dengan Julaibib?” ratap sang Istri. “Si buruk rupa, tak bertahta,
dan tak berharta. Aku tidak rela anakku dengannya!”
Sang Putri yang
mendengar rutukan ibunya segera keluar dari kamarnya.
”Siapakah yang
memintaku menikah dengan Julaibib?” tanya sang Putri.
“Rasulullah,”
jawab sang Ayah dan sang Ibu hampir bersamaan.
”Demi Allah, saya
tunduk dan patuh kepada perintah Rasulullah,” tegas sang Putri. “Apa pun yang
diperintahkan Rasulullah pasti akan membawa kebaikan. Tidak akan membawa
kehancuran dan kerugian.”
Sang Putri lalu menyitir
ayat ke-36 dari surat al-Ahzab.
“Dan tidaklah
patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya
telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang
urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al Ahzab [33]: 36)
Keputusan yang
tidak mudah bagi kebanyakan para wanita, tunduk dan patuh secara total kepada
Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, tidak bagi perempuan yang dijodohkan dengan
Julaibib itu. Walaupun sebelumnya tak pernah memimpikan bersanding dengan si
buruk rupa, tetapi putri yang taat itu begitu mudah menyanggupinya. Jangankan
memimpikannya, selintas saja membayangkan tentu tak pernah. Tetapi, begitulah
dia menegaskan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia terima lamaran Kanjeng
Nabi untuk Julaibib.
Kanjeng Nabi sangat
terharu dengan ketaatan perempuan itu. Secara khusus beliau mendoakan, ”Allahumma
shubba ‘alaihal khaira shabban shabba.. Wa la taj’al ‘aisyaha kaddan kadda.. Ya
Allah, limpahkanlah kebaikan kepadanya dengan limpahan yang terus menerus
dan penuh berkah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”
Malam Pertama
bersama Bidadari Surga
Julaibib telah
menjadi seorang suami. Namun, hasratnya untuk bercinta pada malam pertama terpaksa
dia tunda. Ada hasrat lain yang lebih menggoda, berjihad di medan laga. Cinta Julaibib
kepada Allah dan Rasul-Nya tak tersurutkan oleh cintanya kepada sang istri. Hasrat
Julaibib untuk menegakkan panji Islam dan melawan kezaliman tak terpadamkan
oleh hasrat kelelakiannya kepada sang istri.
Begitulah,
Julaibib dan istrinya, sama-sama melabuhkan cinta pada ketaatan. Taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Melintasi rasa suka maupun tidak suka.
Hari itu tidak
menjadi “malam pertama” bagi Julaibib dan istrinya. Julaibib, si bungkuk dan
buruk rupa, melangkah gagah menuju medan laga. Saat perang usai, Kanjeng Nabi menanyai
para sahabat, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
“Tidak, ya
Rasulallah,” jawab mereka bersamaan.
Kanjeng Nabi mengulang
pertanyaan yang sama. Kali ini para sahabat mulai ragu. Tidak seyakin
sebelumnya.
“Hmmm..., sepertinya
tidak, ya Rasulallah.”
Dengan menghela
napas dalam-dalam, Kanjeng Nabi berkata, “Aku telah kehilangan Julaibib.”
Para sahabat
tersadar. Julaibib --sosok yang ada dan tiadanya tidak pernah mereka perhitungkan--
telah syahid di medan perang. Takdir Allah menetapkan, Julaibib melunasi malam
pertamanya di surga. Bersama bidadari-bidadari jelita. Walau senyatanya sang
Istri di dunia taat dan bertakwa, namun para bidadari surga lebih merindukannya.
Sumber Gambar |
Si Buruk Rupa
yang Membuat Iri Semua Jiwa
Sosok miskin
harta dan buruk rupa tetapi kaya cinta, dia telah membuat iri semua jiwa. Tidak
hanya pada masanya, tetapi hingga kiamat tiba. Bagaimana tidak, saat dia syahid
di medan laga, Rasulullah-lah yang secara khusus merawatnya. Beliau pula yang
menshalatkan.
Saat menanti
penggalian lahat, paha beliaulah yang menjadi alas peristirahatannya. Tangan
beliau menjadi bantalnya. Bahkan, saat pengebumian, beliaulah yang
membaringkannya.
Tidakkah ini
membuat kita iri? Akan semakin iri tatkala kita mendengar kata-kata Nabi untuk Julaibib.
“Ya Allah, hadza minni wa ana minhu (dia adalah bagian dariku, dan aku bagian
darinya).”
Begitulah
kekuatan cinta. Dan kelak, setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang
dicintainya.
Akhir Kisah
Janda Julaibib
Allah telah
menakdirkan kebersamaannya dengan Julaibib sekejap mata. Hanya sebentar. Bahkan,
untuk bermalam pertama pun mereka tak sempat.
Sepeninggal Julaibib,
sang Istri hidup dalam kebaikan dan anugerah Allah yang tak berkesudahan. Secara
materi, lebih dari cukup. Bahkan, Sahabat Anas bin Malik menyaksikan sendiri
kedermawanan janda Julaibib itu. Tak satu pun wanita Madinah yang sedekahnya
melampauinya. Bahkan, para lelaki Madinah juga dibuat terpesona oleh kecantikan
dan kesalehannya. Mereka bukan lelaki biasa, melainkan pejabat dan orang-orang
kaya. Berebut meraih hati dan kesalehan janda Julaibib.
Benarlah doa Kanjeng
Nabi yang dulu beliau ucapkan untuknya; ”Allahumma shubba ‘alaihal khaira
shabban shabba.. Wa la taj’al ‘aisyaha kaddan kadda.. Ya Allah,
limpahkanlah kebaikan kepadanya dengan limpahan yang terus menerus dan penuh
berkah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah.”
26 comments:
saya pernah membaca tentang kisah julaibab ini, tapi disini saya membacanya lengkap. Makasih atas sharing-nya
Alhamdulillah, terima kasih kembali, Mbak Santi.
Sebelumnya saya juga pernah denger cerita ini namun tidak selengkap yang ada di artikel kang irham syaroni ini :)
Semoga bermanfaat, ya, Mas.
Julaibib, luar biasa, cintanya kepada Allah dan Rasulullah, melebihi segalanya. saya pun iri, namun apakah saya bisa seperti beliau? Allah ya karim
Begitu juga perempuan yang dijodohkan dengan Julaibib, ya, Kang; cintanya kepada Allah dan Rasul mengalahkan hasratnya kepada lelaki ganteng. :)
Cerita ini bisa menginspirasi byk org om.. raga yg buruk gak selamanya hati seseorang jg buruk.. malah kebaikannya seseorang tsb bisa membuat dirinya lebih dihormati dri yg lain..
Bener banget, Hayy... Karena ketampanan dan kecantikan yang memancar dari dalam hati lebih kuat energinya, ya, Hayy.
Subhanallah cerita yang sangat mengharukan sekali mas saya sampai terus fokus membacanya.
Alhamdulillah, kalau sampai fokus, berarti membacanya sungguh-sungguh. :)
Subhanallah, mbrebes mili bacanya. Cinta pada Rasulullah yg seperti Julaibib dan istrinya, masih adakah saat ini?
Mengharukan sekaligus menjadi cermin bagi kita, ya, Mbak; benarkah kita cinta dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. :(
Subhanallah sungguh kekuasaan allah itu memang tidak ada yang bisa nandingi yang mas, di setiap perbuatan pasti akan ada balasannya termasuk berbuat baik.
Iya, Mas. Setiap kebaikan, pasti akan dibalas secara baik juga oleh Tuhan.
subhanallah.... cerita yang sangat menyentuh...
Iya, Mas. Menyentuh banget
”Demi Allah, saya tunduk dan patuh kepada perintah Rasulullah,” tegas sang Putri. “Apa pun yang diperintahkan Rasulullah pasti akan membawa kebaikan. Tidak akan membawa kehancuran dan kerugian.” cewek kek gini masih ada gak yah ??? jahahah
Jualibib juga rela mengobarkan malam pertamanya demi berlaga di medan perang, jadi udah jelas kalau kecinta kepada allah dan rasulnya lebih tinggi,,, semoga kita bisa mengambil hal positif dari cerita diatas...
Klo sekarang... Masihkah ada orang yang seperti itu? Sangat jarang mungkin. Pak, ada tulisan ttng riba ndak? Ndilalah smlem ada pngajin ttng riba dan ada statement kyainya.. "Jauhi bank komersil...karena scr tak langsung kita trlibat dalam riba". Klo rentenir, iya itu haram. Dosa. Tapi bank yang biasa kita pake jasanya untuk nabung? Saya memaknai riba bank mmng wilayah abu2.dan akhirnya cuma balik ke niatan awalnya gmn. Soalnya klo saklek hitam-putih, gimana status gaji pegawai bank, asuransi, etc..*sori, out of fokus... Ga sesuai topik. Tp ini satu2nya blog agama yang saya follow
Aamiin... semoga bisa memetik hikmahnya dan meneladaninya, ya, Mas.
Wah, maaf, belum ada ulasan tentang itu di sini, Mbak. Yang dimaksud beliau mungkin bank konvensional itu, ya, Mbak. Soalnya, semua bank baik yang berlabel konvensional maupun syariah pd dasarnya punya sama, komersial/bisnis. Ttg hal itu memang ada perbedaan pendapat. Ada yg bilang haram, ada yg bilang mubah (boleh), dan ada yg berpendpat syubhat (abu-abu). Silakan mengukuhi yg mana. Semoga lain waktu saya bisa menuliskannya...
SubhanaAllah, aku baru tahu kisah Julaibib, pak. Terima kasih ya telah berbagi pak. Hingga kini masih banyak yang melihat seseorang dari penampilan.
Sama-sama, terima kasih kembali, Mbak. Semoga kita bisa memetik hikmah di balik kisah di atas.
Sebuah kisah yang sangat inspiratif, untuk kita jadikan pelajaran bagi kita semua, makasih pak, sudah berbagi dan mohon ijin follow blognya :)
Alhamdulillah. Terima kasih kembali, Mas. Senang bisa berbagi dan bersahabat dengan Mas Maman dan sahabat-sahabat lain.
Saya baru tahu tentang Julaibib ini. Meskipun penampilannya berbeda dan tak memiliki harta tapi memiliki cinta yang begitu besar kepada Allah dan Rasul-Nya bahkan dikasihi oleh kanjeng Nabi. Terima kasih sudah berbagi ceritanya mas :)
Sama-sama, terima kasih kembali, Mbak Gilang. Semoga menginspirasi kita.
Post a Comment