Fatimah lahir di Mekkah pada Jumat, 20 Jumadil akhir, pada
tahun kelima sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul. Tahun kelahirannya
bertepatan dengan peristiwa besar, yaitu ditunjuknya Rasulullah sebagai
penengah ketika terjadi perselisihan antara suku Quraisy tentang siapa yang
berhak meletakan kembali Hajar Aswad setelah Ka’bah diperbaharui.
Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Rasulullah dengan
memberikan nama Fatimah dan julukannya adalah Az-Zahra (Berseri). Sejak kecil,
Fatimah mempunyai pembawaan yang tenang dan perangai yang agak
melankolis. Dia sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun
dalam hal kebiasaan yang saleh. Badan yang lemah dan kesehatan yang buruk
membuat dia tidak bisa bermain bersama teman-temannya. Rasulullah menjadi guru
yang membimbing dan mengaspirasi dia hingga ia menjadi perempuan berbudi
tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar dan yang buruk. Fatimah
adalah anak perempuan yang paling disayang ayahnya dan sangat berbakti
terhadap Nabi setelah ibunya meninggal dunia.
Dialah sangat berjasa mengisi kekosongan di hati Nabi
setelah ditinggalkan istrinya, Khadijah.
Ketika menginjak usia lima tahun terjadi peristiwa besar
terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh
ayahnya. Ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya
sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih
dengan kematian ibunya. Pada saat kaum muslimin hijrah ke Madinah, Fathimah dan
kakaknya Ummu Kultsum tetap tinggal di Mekkah sampai Nabi mengutus orang untuk
menjemputnya.
Beranjak remaja, beberapa sahabat menemui Rasul untuk
melamar Fatimah, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Namun Rasul menolak
keduanya dengan halus. Tapi kemudian, Ali bin Abi Thalib, pemuda yang telah
dibesarkan oleh Nabi sendiri, seorang laki-laki yang padanya tergabung berbagai
kebajikan yang langka,
bersifat kesatria dan
penuh keberanian, kesalehan, dan
kecerdasan juga bermaksud melamar Fatimah. Lamaran Ali diterima oleh
Rasul.
Fatimah menikah dalam usia hampir delapan belas tahun. Ia
menjalani kehidupan yang sangat sederhana bersama Ali. Ali bekerja keras tiap
hari untuk mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya melaksanakan tugas-tugas
rumah tangga tanpa memiliki pembantu, seperti menggiling gandum, mengambil air
dari sumur dan sebagainya. Pasangan suami-istri ini terkenal saleh dan
dermawan. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa
memberikan apa saja yang mereka punyai, meskipun mereka sendiri masih lapar.
Setelah setahun menikah Fatimah dan Ali dikaruniai anak
bernama Al-Hasan. Setahun kemudian lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun ke
4 H. Pada tahun ke 5 H ia melahirkan anak perempuan bernama Zainab dan yang
terakhir bernama Ummu Kultsum. Ia wafat 6 bulan sejak ayahnya meninggal.
Tepatnya pada malam selasa tanggal 13 Ramadhan tahun 11 H dalam usia 27 tahun.
0 comments:
Post a Comment