ads
Monday, May 14, 2012

May 14, 2012
18
Gerbang masuk ke Pantai Depok
Jarang sekali hari libur (Ahad) bisa aku nikmati bersama kelurga untuk refreshing ke tempat wisata atau sekadar jalan-jalan. Karena biasanya ada saja acara yang harus kami lakoni pada hari tersebut; ada pertemuan rutin bersama keluarga besar dari pihak bapak, juga pertemuan rutin bersama keluarga besar dari pihak ibu, ada pertemuan rutin bulanan bersama kawan-kawan Komunitas Tinta Emas (KomTE), dan lain-lain. Hadeeeuuhhh….!

Tapi alhamdulillah, pada Ahad, 13 Mei 2012, kemarin aku bisa mendapatkan waktu untuk refreshing/berwisata bersama keluarga. Tidak hanya bersama anak dan istri, tetapi juga bersama Akung (Eyang Kakung), Uti (Eyang Putri), Adik, Mbokdhe-mbokdhe (bibi-bibi), juga keponakan-keponakan. Ramai dan seru bianget deh pokoknya!

Tujuan wisata kami hari itu tidak jauh-jauh. Cukup ke pantai di kecamatan sebelah, yaitu Pantai Depok. Pantai ini berada kira-kira 3-4 km di sebelah barat Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo.

Di Pantai Depok, kita bisa menikmati keistimewaan yang tidak dimiliki oleh dua pantai lainnya (Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo). Keistimewaan apakah itu? Yaitu keistimewaan kulinernya. Kalau di Pantai Parangtritis dan Parangkusumo kita tidak bisa menikmati aneka menu sea food segar, di Pantai Depok kita justru akan dimanjakan oleh bermacam ikan segar dan menu sea food lainnya. Bisa digoreng atau dibakar langsung di tempat, bisa juga dibawa pulang dalam keadaan mentah untuk dimasak sendiri di rumah.

Pukul 05.30 WIB, Akung bersama yang lain sudah meluncur ke lokasi dengan mengendarai mobil. Karena mobilnya sudah sesak oleh penumpang, aku bersama istri dan si kecil Anneswa Em Haqq menyusul beberapa menit kemudian dengan mengendarai sepeda motor.

“Naik motornya pelan-pelan saja ya, Cay? Biar bisa menikmati suasana pagi dan pemandangan,” ucapku kepada istriku yang biasa aku panggil ‘Cay’, kependekan dari Cayang atau “4L4Ynisasi” dari Sayang. ^_^

Para nelayan di Pantai Depok
Ketika sampai di perempatan lampu merah Palbapang, dengan santai aku ambil arah kanan. Sambil bercanda dan bercakap-cakap ringan dengan istri, aku kemudikan sepeda motorku terus ke arah kanan/selatan.

Saat tengah asyik bercanda dan bercakap-cakap, istriku bertanya, “Ba, arah timurnya mana ya, Ba?” Istriku memang biasa memanggilku Baba, sebagaimana anak-anakku pun biasa memanggil seperti itu.

“Lho, kamu ini kan asli Bantul, masak nggak tahu arah,” sahutku, “Timur itu ya sana, Sayang,” terangku sambil menunjuk ke arah timur.

Aku tidak tahu bagaimana ekspresi istriku setelah menerima jawabanku itu, karena aku duduk di depan dengan pandangan fokus ke jalan sementara dia membonceng di belakang. Yang jelas, setelah aku berikan jawaban itu, tidak kudengar lagi komentar lanjutannya tentang arah timur itu. Kami kembali berbincang-bincang ringan tentang hal-hal lain.

Semakin jauh motorku menyusuri jalan menuju arah selatan. Ketika semakin jauh… dan jauh…, tiba-tiba aku merasakan ada keanehan dan kejanggalan.

“Jalannya kok aneh ya, Cay,” ucapku, sedikit terbengong.

“Aneh gimana, Ba?”

“Sepertinya jalan ke Pantai Depok dulu tidak begini, tapi sekarang kok jadi begini ya. Dulu nggak ada tugu kuning di pertigaan ini, tapi sekarang kok ada ya.”

“Lho…, Baba ini gimana toh? Ini kan memang bukan jalan ke arah Pantai Depok. Ini kan jalan yang mendekati Pantai Samas.”

Gubrrraaaaaaakkkkssss…..!! Ohhhhh tidaaaaakkkkk…!! Ternyata aku telah salah jalan. Sejenak aku merutuk, mengapa konsentrasiku jadi lemah begini sampai-sampai jalan ke arah Pantai Depok saja lupa. Jangan-jangan aku sudah pikun. Ah.., tidak! Aku kan baru berumur 32 tahun dan baru punya anak dua dan istri satu. Hehe…

Seolah membela diri dan tidak mau salah, aku sedikit protes kepada istri. “Kenapa aku tidak diingatkan kalau salah jalan, Cay?”

Mencari ikan di pinggiran pantai
Istriku tersenyum mendengar pertanyaanku, lalu menanggapi pertanyaanku dengan tetap mempertahankan senyum terindahnya. “Tadi aku kan sudah nanya Baba jalan ke arah timur itu mana. Baba malah menertawakan aku. Baba bilang aku orang Bantul kok tidak tahu arah dan peta lokasi bantul. Ya sudah, akhirnya aku ngikut saja. Aku kira Baba memang sengaja memilih jalan ini, dengan rencana nantinya mau mengambil jalan pintas ke arah timur menuju Pantai Depok. Eeee… tak tahunya ternyata Baba lagi nggak sadar ya kalau menempuh jalan yang salah. Hehehe…”

Hahahaha… benar-benar miss-komunikasi yang aneh sampai-sampai membuat kami tertawa lebar karenanya. Dan, aku semakin menertawakan diri sendiri karena kejadian ini.

“Baba ingat nggak sama cerita Pak Anas, dosen kita?” tanya istriku menghentikan tawa kami.

“Almarhum Profesor Anas Sudijono, dosen matakuliah Evaluasi Pendidikan?” tanyaku, memastikan.

“Iya. Pada awal kuliah kita, beliau kan pernah kasih cerita tentang mulai menurunnya daya ingat beliau. Ceritanya, saat itu beliau pergi ke Toko Buku Gramedia dengan mengendarai mobil. Setelah puas berbelanja buku, beliau memanggil tukang becak untuk mengantarnya pulang.”

“Dan, sesampai di rumah beliau kebingungan karena mobilnya tidak ada di kandangnya kan?” sahutku, melanjutkan cerita itu.

“Iya. Setelah cukup lama panik karena ‘kehilangan’ mobil, akhirnya beliau teringat dan tersadar juga, ternyata mobilnya tertinggal di Gramedia.”

Kami tertawa mengingatnya.

“Wah, berarti suamimu ini levelnya sekelas professor dong, Cay?!” ***sama-sama "pikun"-nya.

Hahahaha…. makin meledaklah tawa kami.



Sekilat Info!
Sayang sekali aku kemarin tidak mengabadikannya, jadi nggak punya foto jepretan sendiri. Sebetulnya kemarin yang paling sibuk jeprat-jepret itu adikku. Tapi, sampai hari ini aku belum mendapatkan fotonya. Jadi, untuk memvisualisasikan keindahan Pantai Depok, terpaksa aku ambilkan beberapa foto dari sini:



18 comments:

Kang Muroi said...

wah kok nyampe nyasar gitu yah..

pasti libur yang mnyenangkan, apalagi dengan keluarga tercinta, salam sukses selalu:}

Akhmad Muhaimin Azzet said...

“Lho, kamu ini kan asli Bantul, masak nggak tahu arah.” Hehehe...., gimana ya ekpresi yang duduk di belakang setelah mendapatkan jawaban seperti itu???

Gubraaaakkkk...., jebul salah jalan tho?

Hehehe..., saya juga masih ingat dengan jelas gimana Pak profesor Anas saat cerita kalo mobilnya justru ditinggal pulang. Beliau sering bilang kalo tanda profesor itu mulai sering lupa, hehehe....

Irham Sya'roni said...

Muro'i El-Barezy @ Aku sendiri juga ga tahu, mas, kok bisa nyasar begitu. Mungkin karena kurang konsentrasi shgga nggak sadar kalo salah jalan. Padahal aku sudah telanjur "menyalahkan" istri, eee..ternyata malah aku sendiri yg salah. haha...

Irham Sya'roni said...

Akhmad Muhaimin Azzet @ Hahaha... padahal saya sudah PD menyalahkan istri karena tanya arah, ee...tak tahunya trenyata justru aku sendiri yg salah, Mas. Hehehe.. Jadi malu aku sama istriku.

Mas Azzet pernah dengar cerita lucunya Pak Anas juga ya? Semoga almarhum diterima di sisi-Nya dan mendapatkan balasan yg terbaik atas amal2 beliau ya, Mas.

Sinna Saidah Az-Zahra said...

hehehehe . . . salah jalan ternyata menjadi pengalaman yang asyik ya . . .??? sy waktu pergi beli sepatu ke kudus bersama kakak juga sempat nyasar dan nyaris mau masuk hutan di jepara . . . . hehehehehe

Irham Sya'roni said...

Sinna Saidah Az-Zahra @ Iya, Mbak. Bisa jadi media untuk merekatkan dan mengharmoniskan hubungan.
Beli sepatu ke Pasar Kliwon ya, Mbak? Atau ke Matahari Kds? Alhamdulillah, saya lumayan hafal peta kds krn 5 thn di sana.

Mami Zidane said...

hehe, umur 32 itu kan masih muda mas.....masa udah pikun sih....

barangkali bukan pikun mas, hanya kurang konsen aja kali ya...hehe

Irham Sya'roni said...

Mami Zidane @ Saya selalu berdoa semoga tidak terserang penyakir pikun, Mami. Mungkin memang cuma kebetulan saja hari itu lg byk tugas yg berseliweran di kepala, jadinya ga begitu konsen. Akibatnya, ga sadar klo salah jalan deh... hehe

Unknown said...

hahaha.. ternyata bisa nyasar jg, kek aku.. hihi.. *seneng ada tmnnya*
Pantai depok ketoke apik ya mas.. jd pengen kesana.. :)

Irham Sya'roni said...

Covalimawati @ hahaha... Kemarin dirimu, sekarang gantian diriku. Cuma mungkin bedanya, karena aku kurang konsentrasi sj mbak. Sebetulnya paham bianget jln ke Depok,tp ga tau hari itu kaya org linglung tau2 nyasar. Hahaha... Kpn2 mbakar ikan ke sana ya mbak.

Faizal Indra kusuma said...

menyenangkan :)

Irham Sya'roni said...

Faizal Indra kusuma @ Alhamdulillah, Mas. sangat menyenangkan

Anonymous said...

wah cerita yang seru ya mas, hmm sambil baca-baca artikel diatas dan melihat foto - foto pantai depok, mengingat kan saya pada masa-masa dimana saya dan istri mengisi honeymoon kami kebeberapa pantai di kawasan D.I.Y... :)

Irham Sya'roni said...

A. Antos @ Alhamdulillah, kemarin menjadi liburan yang sangat menyenangkan, Mas. Oya, mas Antos bukan asli Jogja ya?

Seagate said...

Waktu pertama liat judulnya aku pikir Pantai Depok itu ada di kota Depok mas, kan saya tinggal di depok hehehe

Ternyata sekelas profesr juga masih pikun ya mas hahaha

Irham Sya'roni said...

Seagate @ Hehe... bukan Depok Jawa Barat sana, Mas. Tapi Depok Jogja. :-)

Nuryan Ayu Nugrahini said...

wah wah lucunya cerita tentang Professornya,hahaha :D

Irham Sya'roni said...

Nuryan Ayu Nugrahini @ Yang paling bikin aku ketawa itu waktu aku merasa benar dan menyalahkan istri.. eee ternyata malahan aku sndiri yg salah jalan. hehehe