ads
Friday, April 13, 2012

April 13, 2012
26
[ Bag-1 ] Jika diurai, istiqamah dalam bersedekah dapat dituturkan sebagai berikut.

a.       Istiqamah saat sulit dan lapang.

Kehidupan setiap manusia itu selalu diwarnai dengan fluktuasi keadaan; kadang senang, kadang sedih; kadang banyak uang, namun kadang juga tak punya sama sekali; kadang sehat, namun suatu ketika juga ditimpa sakit; kadang bahagia, namun tak jarang juga diterpa derita; dan seterusnya.

Bersedekah pada saat kita sedang lapang, tentu tidaklah sulit juga tidak begitu berat. Tetapi, bersedekah pada saat sempit, tidak semua orang ringan melaksanakannya. Di antara kita mungkin merasa berat atau bahkan enggan sama sekali melaksanakannya. Sebab, pada saat sempit biasanya kita cenderung bersikap apatis, tak acuh, dan tidak peduli pada orang lain. Kita cenderung bersikap nafsi-nafsi alias individualistik. Bahkan, pada saat sempit, tidak jarang kita justru bersikap tamak. Hanya berharap uluran tangan orang lain, tetapi tidak pernah berpikir untuk tetap menjadi orang yang mengulurkan tangan kepada orang lain.

Untuk meraih ridha Allah dengan bersedekah yang benar, sikap nafsi-nafsi tersebut haruslah kita lawan. Stabilitas, konsistensi, dan keistiqamahan dalam berbagi (bersedekah) harus tetap kita jaga dan pertahankan. Bersedekah yang benar, tidak hanya dilaksanakan pada saat diri sedang lapang, tetapi dilaksanakan pula saat diri sedang tidak lapang.

b.      Istiqamah pada waktu utama dan waktu lainnya.

Pernahkah Anda menyaksikan fenomena yang “janggal” pada bulan Ramadhan? Jika Anda memperhatikannya, Anda akan menemukan adanya fenomena yang “tidak biasa” pada bulan tersebut, yakni fenomena bersedekah secara massal. Hampir semua orang beramai-ramai dan secara terang-terangan melakukan aksi sedekah. Ada yang membagi-bagikan makanan kepada anak-anak jalanan di perempatan lampu merah. Ada yang mengundang wartawan media massa cetak maupun elektronik untuk sekadar meliput aksi mereka menyumbangkan paket bantuan kepada warga tidak mampu atau anak-anak yatim piatu. Setelah Ramadhan berlalu, masihkah kita menjumpai aksi ini? Ternyata seiring berlalunya bulan Ramadhan, hilanglah aksi tersebut.

Ramadhan memang bulan yang istimewa. Bulan untuk memperbanyak amal kebaikan dan ibadah. Bulan yang di dalamnya dijanjikan pelipatgandaan pahala oleh Allah swt. Tetapi, jika aksi sedekah kita hanya terbatas pada bulan tersebut, berarti hanya sekali dalam setahun kita bersedekah. Hal ini tentu tidak bisa dibenarkan karena kita tidak beristiqamah dalam melaksanakannya.

Untuk meluruskan ketidakbenaran ini, serta agar mendapat curahan keridhaan dari Allah swt, aksi sedekah harus tetap kita giatkan di luar bulan suci tersebut. Begitu halnya dengan shalat, fenomena “janggal” itu pun bisa dengan mudah kita temukan. Pada bulan suci, masjid dan mushalla begitu penuh sesak oleh jamaah. Tetapi, di luar bulan itu, apakah kita tetap menjumpainya?

Fenomena “janggal” lainnya bisa kita jumpai menjelang perhelatan akbar semisal Pemilu, Pilkada, atau lainnya. Mereka yang terlibat dalam kontes politik itu mendadak menjadi sosok-sosok yang shalih dan gemar “bersedekah”. Dana berapa pun ia keluarkan untuk aksi “sedekah” sesaat itu. Namun, seiring usainya perhelatan akbar tersebut, usai pula aksi sedekah mereka. Jika demikian adanya, berarti tidak tepat kita menyebutnya sedekah, tetapi money politic untuk kepentingan sesaat.

c.       Istiqamah secara nominal.

Saat bisnis Pak Amir baru dijalankan, ia sering bersedekah dengan nominal Rp100.000,- Lambat laun bisnisnya pun berkembang. Pak Amir tetap rajin bersedekah dengan nominal tersebut. Tidak kurang, juga tidak lebih. Bahkan, saat bisnisnya telah mencapai puncak kejayaan, ia tidak mengurangi kegemarannya bersedekah seratus ribu rupiah.

Benarkah yang dilakukan Pak Amir ini adalah bentuk istiqamah? Ternyata, tidak! Dalam ilustrasi tersebut, Pak Amir telah salah memaknai istiqamah. Sekali lagi perlu kita garis bawahi bahwa istiqamah bukanlah statis atau mandek, melainkan stabil dan dinamis. Dengan demikian, keistiqamahan Pak Amir semestinya diwujudkan dengan bersedekah yang terus meningkat secara kualitas dan kuantitas sesuai garis peningkatan bisnisnya. Misalnya, saat bisnisnya sedang biasa-biasa saja ia bersedekah seratus ribu, maka saat bisnisnya naik nomimal sedekahnya pun dinaikkan menjadi dua ratus ribu, tiga ratus ribu, dan seterusnya.

26 comments:

Fitrianto said...

akhirnya bisa baca bagian ke 2 nya juga..hehehe.. yup benar sekali mas, emang sangat gampang kalo kita sedekah di saat lapang.. tapi ketika kita sedekah di waktu yang sempit..itulah ujian yg sebenarnya bagi kita..apakah kita akan tetap konsisten atau sebaliknya..

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik... Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal." (QS Ali Imran 133-136)

Wallohu'alam

Unknown said...

Salam Silaturahmi mas.. terima kasih sudah mengingatkan.. :)

Kang Muroi said...

istiqomah..sebuah kata yang singkat dan enteng diucapkan, namun sungguh berat untuk diterapkan

semoga kita bisa menjalankan ke-istiqomahan ini..amin

cerita anak kost said...

yang bersedekah jangal itu gan, sering, banget.. kenapa pada saat pemilu ya? bukan sedekah kali ya? nyari suara... heheh.

Irham Sya'roni said...

Fitrianto @ akhirnya sampai juga di bag-2 ya, Mas. Hehe... Semoga kita diteguhkan Allah dlm keistiqamahan ya, Mas.

Irham Sya'roni said...

Fajar Kurniawan Januar Efendi @ terima kasih sdh berkunjung, Mas. Salam silaturahim juga..

Irham Sya'roni said...

Muro'i El-Barezy @ benar mas, namun kita hrs trus berusaha dan berdoa, smoga dpt mewujudkannya. Amin

Irham Sya'roni said...

Cerita anak kost @ begitulah mas cara mereka mencari simpati dan membeli suara.

Peduli AlamKu said...

harusnya kita bisa istikomah bukan hanya pada hal tertentu ya gan, makasih nasihatnya.

Irham Sya'roni said...

Peduli AlamKu @ Iya, Mas. Seharusnya memang begitu. Tapi, ternyata untuk bisa istiqamah dibutuhkan perjuangan yg tdk ringan. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untk beristqmah ya, Mas.

NF said...

berarti Pak Amir tidak tahu 'rumus' sedekah ya, minimal 2,5% dari penghasilan, mosok udah sukses sedekahnya masih sama ckckck

kalau memang ada orang bersedekah cuma setahun sekali harusnya dia malu karena sudah perhitungan sama Sang Pemberi Rizki, padahal tiap detik dalam hidupnya adalah karena kemurahan rizki yang diberikan Allah SWT

ada juga orang2 yang mengatakan sedekah tidak perlu ikhlas atau sedekah boleh dipamerkan, tapi setahu saya Rasulullah tidak mengajarkan bolehnya tidak ikhlas dalam bersedekah, memang ada kalanya sahabat, misal Ali bin Abi Thalib kadang bersedekah secara terang2an, itu dimaksudkan sebagai contoh/suri tauladan bukan ajang pamer kekayaan atau kebaikan

:)

Syaifullah sip said...

alhamdulillah dapat pencerahan :)

Sinna Saidah Az-Zahra said...

"nafsi-nafsi" kadang kalau saya lagi sebel juga seperti itu. terima kasih ya sudah diingatkan . . . . . :)

rizki_ris said...

Kunjungan malam mas, jadi semakin banyak rejeki kita maka sedekah kita juga harus meningkat ya mas?
setuju kalau begitu

Unknown said...

mari perbanyak sedekah d waktu lapang maupun senggang :D
salam

Annur Shah said...

WH keitnggalan saya... hehhee..
Tapi masya Alloh memang benar diwaktu smpit hars tetp bisa yah bang...

mudahan selalu senantiasa beramal dalam dekapan istiqomah... aamiin karenaNYA

Irham Sya'roni said...

NF @ Begitulah sosok (fiktif) Pak Amir yg tdk mengetahui pentingnya bersedekah, terlebih secara istiqamah.

Tentang "sedekah tidak harus ikhlas", menurut saya, untuk kepentingan sosial di dunia memang tdk harus ikhlas. Kalau nunggu ikhlas, bisa2 tetangga kita keburu mati kelaparan karena kita menunda2 sedekah krn menunggu ikhlas.

Tapi, klo dr sudut pndang akhirat, ikhlas adalah syarat yg hrs kita penuhi jika menginginkan sedekah kita diterima (dibalas pahala & ridha) oleh Allah Ta'ala.

Adapun ttg menampakkan sedekah: jika sedekah wajib maka sebaiknya ditampakkan, tetapi jika sunnah sebaiknya tdk ditampak2kan. Namun, bisa jg sedekah sunnag sebaiknya ditmpakkan apabla bertujuan untuk mendidik, memberi contoh, dan syiar.

Irham Sya'roni said...

Istighfarin.com @ alhamdulillah, bisa belajar bersama dgn teman2 di dunia maya. salam kenal dan persaudaraan, Mas.

Irham Sya'roni said...

Sinna Saidah Az-Zahra @ Di beberapa kasus tertentu, kita termasuk saya pun, mungkin tanpa sadar bersikap seperti itu. Semoga kita bisa selalu saling mengingatkan ya, Sobat.

Irham Sya'roni said...

rizki_ris @ Benar, Mbak Riris, kita harus selalu berusaha terus meningkatkan segala yg bernilai kebaikan. Makasih kunjungan malamnya, Mbak.

Irham Sya'roni said...

WaroengBlogger @ Mari, Kawan. Semoga kita bisa istiqamah melakukannya, ya. salam kenal dan persaudaraan.

Irham Sya'roni said...

Annur EL- Kareem @ Hehehe...ketinggalan kereta, ya Nur? iya, kamu mang lama ga muncul di sini. Alhamdulillah, sekarang berkenan mampir. Moga selalu istiqamah, ya.

Nuryan Ayu Nugrahini said...

semoga kita semua bisa terus istiqamah sedekahnya,Aamiin
katanya si Duit kalo dilepasin(baca:disedekahin),kelak dia bakal kembali. Enaknya, dia bakal kembali dan mengajak temen2nya,hehehe{hikmah baca buku}

Irham Sya'roni said...

Nuryan Ayu Nugrahini @ Amin, semoga selalu istiqamah ya, Mbak. Dan, memang benar, harta yg kita sedekahkan akan kembali kpd kita plus ngajak "temen2"nya. seringkali dari arah yg tdk disangka2, alias min haitsu la yahtasib. :-)

Nuryan Ayu Nugrahini said...

Aamiin. jadi min haitsu la yahtasib artinya dari arah yang tidak disangka2 Mas? Ooo,yayaya (Alhamdulillah, ilmu baru) :)

Irham Sya'roni said...

Nuryan Ayu Nugrahini @ Iya, Mbak. Itu artinya. Makasih atas atensinya ya.