“Mbak Na…na…!” suara Fitri setengah berteriak memanggil Nana. Tapi, yang dipanggil tidak kunjung keluar. Fitri memanggilnya lebih keras lagi, “Mbak Na…na…!”
Dengan tergopoh-gopoh, Nana menghambur keluar menyambut Fitri.
“Eh… kamu Fit. Maaf ya, aku tadi di belakang membantu ibu. Jadi, tidak mendengar panggilanmu,” ucap Nana kepada sahabatnya yang juga adik kelasnya di SD. “Ada apa, Fit, pagi-pagi begini kok sudah kemari?”
“Anu…,” Fitri mencoba menyusun kata untuk menjawab pertanyaan Nana. “Saat ini kita kan sedang liburan panjang.”
“Lantas?” Nana memotong ucapan adik kelasnya itu.
“Emmm…,” Fitri terlihat ragu untuk berkata. Dia mencoba menyusun lagi kalimat yang lebih tepat.
“Teman-teman sudah menunggu kamu tuh, di rumah Pak Nur.”
“Memang di sana ada acara apa?”
“Tidak ada acara apa-apa sih. Hanya kumpul-kumpul, bermain, dan nonton televisi,” jawab Fitri.
“Hanya itu?” Nana terperangah.
“Memang salah ya, Mbak?” tanya Fitri.
“Tidak sih, tapi …”
“Tapi apa, Mbak?” sergah Fitri.
“Tapi kalau sekadar bermain dan nonton TV kan kurang bermanfaat untuk mengisi liburan kita,” terang Nana. “Bagaimana kalau kita berlibur di taman baca saja?” usul Nana.
“Wah, ide bagus tuh,” ucap Fitri girang sembari mengacungkan jari jempolnya ke udara.
“Tapi maaf, aku harus membantu ibuku dulu memasak, mencuci, dan membersihkan rumah,” ujar Nana.
“Aku bantu ya, Mbak!” Fitri menawarkan bantuan.
Fitri dan Nana memang sahabat karib, dalam suka maupun duka. Bahkan setiap ada masalah selalu mereka pecahkan bersama.
Tugas memasak, mencuci, dan membersihkan rumah sudah sempurna mereka kerjakan. Sejurus kemudian, mereka sudah sampai di rumah Pak Nur, tempat teman-teman Fitri dan Nana berkumpul.
“Assalamu’alaikum, teman-teman!” ucap Fitri dan Nana kepada teman-temannya yang tengah asyik bermain dan menonton televisi.
“Wa’alaikumussalam warahmatullah,” jawab teman-teman serentak.
“Wah, sepertinya kalian asyik sekali bermain dan menonton televisi,” kata Nana membuka perbincangan.
“Iya nih. Ikut yuk, biar tambah ramai! Asyik lho, mumpung liburan,” bujuk Arin yang saat itu tengah melempar dadu ular tangga.
“Terima kasih. Tapi, saya punya usul, bagaimana kalau kita liburan di taman baca saja? Di sana kita bisa menggali banyak pengetahuan baru,” ajak Nana kepada teman-temannya.
“Benar teman-teman. Kata orang bijak, membaca adalah kunci ilmu, dan gudangnya adalah buku,” imbuh Fitri menguatkan ajakan Nana.
“Tapi, ini kan liburan. Seharusnya untuk senang-senang.” Menur yang sedari tadi sibuk memelototi TV tertarik untuk ikut bicara.
“Benar, Nur. Tapi, di taman baca pasti lebih menyenangkan dan bermanfaat bagi kita. Kita bisa menikmati buku-buku bacaan yang beragam, juga bisa menikmati indahnya pemandangan alam. Sebab, di sana kita tidak harus membaca di dalam ruangan. Tapi, boleh di pinggir kali, di bawah pohon rindang, atau bahkan sambil duduk di ayunan di sekitar taman baca itu. Bagaimana, teman-teman, setuju?”
“Setuju…!” jawab mereka serentak dan penuh semangat.
Akhirnya, Nana, Fitri, dan teman-teman, menghabiskan liburan panjang di taman baca di desa mereka.
------------------------------------------------
Cerita anak ini dipublikasikan di koran Bernas Jogja pada Ahad, 5 Agustus 2007.
Sumber Gambar
Wednesday, August 29, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment