Sabda Nabi tentang Keutamaan Shalat Berjamaah
1. Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda,
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ
دَرَجَةً
“Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan
shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari)
2. Dari Abu Darda’, Rasulullah bersabda,
Rasulullah saw. bersabda:
مَا
مِنْ ثَلَاثَةٍ فِيْ قَرْيَةٍ أَوْ بَدْوٍ لَاتُقَامُ فِيْهِمُ الْجَمَاعَةُ إِلَّا
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ
الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah disuatu desa atau sahara, yang
tidak didirikan shalat berjamaah di antara mereka kecuali mereka akan dikuasai
dan dikalahkan oleh setan. Maka dirikanlah shalat jamaah, karena sesungguhnya
harimau akan memangsa kambing yang jauh dari kawanannya.” (HR. Abu Daud)
Sabda Nabi tentang Shalat Perempuan
1.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى
بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا
أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا
“Shalat
seorang perempuan di kamar khusus untuknya lebih afdhal daripada shalatnya di
ruang tengah rumahnya. Shalat wanita di kamar kecilnya (tempat simpanan barang
berharganya, pen.) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya.” (HR. Abu Daud)
2.
Dari Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah bersabda,
خَيْرُ
مَسَاجِدِ النِّسَاءِ قَعْرُ بُيُوتِهِنَّ
“Sebaik-baik
tempat sujud bagi perempuan adalah bagian dalam rumah mereka.” (HR. Ibnu
Khuzaimah)
3.
Dari Ummu
Humaid Radhiyallahu ‘anha, ia pernah mendatangi Rasulullah, lalu berkata,
“Wahai Rasulullah, saya ingin sekali shalat berjamaah bersamamu.” Rasulullah menjawab,
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ
الصَّلاَةَ مَعِى وَصَلاَتُكِ فِى بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى
حُجْرَتِكِ وَصَلاَتُكِ فِى حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِى دَارِكِ
وَصَلاَتُكِ فِى دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ
وَصَلاَتُكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِى
“Aku
tahu bahwa engkau sangat ingin shalat berjamaah bersamaku. Namun, shalatmu di
dalam kamar khusus untukmu (bait) lebih utama daripada shalat di ruang
tengah rumahmu (hujrah). Shalatmu di ruang tengah rumahmu lebih utama
daripada shalatmu di ruang terdepan rumahmu. Shalatmu di ruang terdepan rumahmu
lebih utama daripada shalat di masjid kaummu. Shalat di masjid kaummu lebih
utama daripada shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi).” (HR. Ahmad)
Hukum Perempuan Shalat Berjamaah di Masjid
Para
ulama sepakat bahwa shalat fardhu berjamaah di masjid bagi lelaki adalah lebih utama
daripada shalat sendirian di rumah. Namun, bagi wanita lebih utama mendirikan shalat
fardhu di rumah, berdasarkan beberapa hadis di atas.
Dalam
kitab I’anah ath-Thalibin karya Syaikh Abu Bakr bin Muhammad ad-Dimyathi
juz 2 halaman 5 disebutkan:
قوله:
والجماعة في مكتوبة لذكر بمسجد أفضل-- وذلك لخبر: صلوا - أيها الناس - في بيوتكم،
فإن أفضل الصلاة صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة. …….. وخرج بالذكر المرأة، فإن
الجماعة لها في البيت أفضل منها في المسجد
“(Ungkapan
Syaikh Zainuddin al-Malibari: Shalat Fardhu berjamaah di masjid lebih utama
bagi laki-laki) hal tersebut berdasarkan hadis “Shalatlah kalian di rumah-rumah
kalian karena shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang di rumahnya,
kecuali shalat fardhu……dan di sini terdapat pengecualian bagi perempuan. Bagi perempuan
shalat berjamaah lebih utama dilaksanakan di rumahnya daripada di masjid.”
Akan tetapi, apabila seorang wanita ingin
melaksanakan shalat berjamaah di masjid, hendaklah tidak dilarang, selama wanita
tersebut memperhatikan aturan semisal menutup aurat dan tidak memakai wewangian
yang mengundang perhatian.
Abdullah bin Umar berkata, “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ
تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا
“Janganlah
kalian menghalangi istri-istri kalian ke masjid. Jika mereka meminta izin kepada
kalian maka berilah ia izin.” (HR. Muslim)
Setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi
seorang wanita jika ingin shalat berjamaah di masjid: (1) menutup aurat, (2)
tidak memakai wewangian yang dapat mengundang perhatian, (3) harus mendapatkan
izin suami.
Al-Mawardi
(w.450 H.), dalam kitabnya Al-Hawi Al-Kabir berkata,
من السنة لهن
الصلاة في بيوتهن دون المساجد
“Disunnahkan
bagi para wanita shalat di rumah-rumah mereka, bukan di masjid.” (Al-Hawi
Al-Kabir, jilid.2, hal. 163.)
Imam
An-Nawawi (w.676 H) juga menegaskan:
وَأَمَّا النِّسَاءُ فَجَمَاعَتُهُنَّ فِي
الْبُيُوتِ أَفْضَلُ لِمَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
" قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَمْنَعُوا
نِسَاءَكُمْ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ " فَإِنْ أَرَادَتْ
الْمَرْأَةُ حُضُورَ الْمَسَاجِدِ مَعَ الرِّجَالِ فَإِنْ كَانَتْ شَابَّةً أَوْ
كَبِيرَةً تُشْتَهَى كُرِهَ لَهَا الْحُضُورُ وَإِنْ كانت عجوز الا تُشْتَهَى لَمْ
يُكْرَهْ
“Bagi
para wanita, melaksanakan shalat berjamaah di rumah-rumah mereka lebih utama, sebagaimana
diriwayatkan Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah bersabda: ‘Janganlah kalian larang
istri-istri kalian ke masjid, dan rumah mereka lebih baik bagi mereka.’ Namun, apabila
seorang wanita ingin hadir shalat berjamaah di masjid bersama kaum laki-laki, jika
adalah seorang wanita yang masih muda atau sudah tua tetapi masih menarik (nyahwati),
maka makruh baginya hadir shalat berjamaah di masjid. Tetapi, jika wanita
tersebut telah berusia senja/tua yang tidak lagi menarik, maka tidak makruh
baginya hadir ke masjid.” (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, jilid.4, hal.197)
Imam ar-Ramli (w.1004 H.) juga menguatkan
perihal wanita muda yang shalat berjamaah di masjid:
ويكره لها
حضور جماعة المسجد إن كانت مشتهاة ولو في ثياب مهنة، أو غير مشتهاة وبها شيء من
الزينة أو الريح الطيب
“Dimakruhkan
bagi wanita yang musytahah (menarik; nyahwati) ikut shalat
berjamaah di masjid walaupun memakai pakaian yang jelek, atau dia bukanlah
wanita yang menarik yang dapat menimbulkan syahwat tetapi mengenakan perhiasan
atau wewangian.” (Nihayatu Al-Muhtaj, jilid 2, hal. 140.)
0 comments:
Post a Comment