عَنْ
أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ , قُلْنَا: لِمَنْ؟
قَالَ: للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ.
)
رواه مسلم (
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Bagi siapa?” Beliau menjawab,
“Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum
muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim, no. 55)
Tamim bin Aus ad-Dari
Tamim bin Aus ad-Dari adalah seorang pendeta
Nasrani dari Palestina. Pada tahun 9 H ia datang ke Madinah dan menyatakan
masuk Islam. Dialah yang menjadi sababun nuzul (sebab turunnya) surah al-Ma’idah
ayat 106-108. Kun-yah-nya adalah Abu Ruqayyah, yang berarti ayahnya
Ruqayyah. Ada 18 hadits yang ia riwayatkan, satu di antaranya adalah hadits ini
yang tersurat dalam Shahih Muslim.
Saat menunaikan shalat Tahajud Tamim sering mengulang-ulang
satu ayat tertentu hingga ia menangis tak henti-henti. Ayat tersebut adalah:
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا
السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Apakah orang-orang yang berbuat jahat mengira
bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat
buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 21)
Tamim adalah orang pertama yang mengenalkan
sistem penerangan/pencahayaan Masjid. Ia juga kesohor sebagai narator pertama cerita-cerita
agama Islam. Peran sebagai narator atau storyteller ini bermula ketika umat
Islam terlihat mulai lalai dari al-Qur’an pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab. Atas izin sang Khalifah, Tamim menyelenggarakan pagelaran cerita
Islami setiap minggu menjelang shalat Jum’at. Berkat pagelaran itu umat Islam
kembali termotivasi untuk bermesraan dengan al-Qur’an.
Tamim bin Aus adalah orang yang pernah bertemu dan
berbicara langsung dengan Dajjal. Kejadian itu terjadi sebelum ia memeluk
Islam. Kisah pertemuan Tamim dengan Dajjal ini diabadikan secara lengkap dalam
hadits Shahih Muslim (4/2261 no. 2942).
Sepeninggal Khalifah Utsman bin Affan, Tamim pindah
ke Palestina. Ia wafat di sana pada tahun 40 H dan dimakamkan di kota Bayt
Jibrin (sekitar Hebron), Palestina.
Agama adalah Nasihat
Jika hanya merujuk kepada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kita gagal memahami hadits tersebut. Pasalnya, dalam
KBBI, kata “nasihat” diartikan sebagai (1) ajaran atau pelajaran baik; anjuran
(petunjuk, peringatan, teguran) yang baik; (2) ibarat yang terkandung dalam
suatu cerita dan sebagainya; moral. “Nasihat bagi Allah dan Rasul-Nya”, apakah
berarti Allah dan Rasul-Nya dinasihati, ditegur, dan diberi peringatan? Tentu
tidak!
Nah, untuk memahami terjemahan tersebut secara
benar, maka kembalikan kata “nasihat” kepada bahasa aslinya, yakni bahasa Arab.
Sebagai penanda bahwa kata tersebut adalah bahasa asing (Arab), maka saya
menulisnya secara Italic atau cetak miring: “Agama adalah Nasihat”.
Kata an-nashihah berasal dari kata an-nush-hu
yang berarti al-Khulush (murni, bersih) atau an-nash-hu yang
berarti al-Khiyathah/al-Khaith (menjahit/menyulam dengan jarum; yakni
kain yang robek atau terpisah menjadi tersulam/tersambung dengan baik). Dengan
demikian, hakikat dari nasihat adalah memurnikan, membersihkan, berbuat
baik, atau memperlakukan dengan baik.
Nasihat bagi
Allah
Nasihat bagi Allah berarti memurnikan iman dan ibadah
kita kepada-Nya dengan tidak mempersekutukannya dengan apa pun, tunduk dan taat
hanya kepada-Nya, tidak durhaka/bermaksiat kepada-Nya, serta ikhlas beramal saleh
semata-mata karena-Nya.
Nasihat bagi Kitab-Nya
Yakni, memurnikan keimanan kita kepada
kitab-Nya dengan mengimani bahwa kitab suci tersebut adalah kalam Allah (bukan buatan
manusia), istiqamah membacanya, mengamalkan isinya, serta
mengajarkan/mendakwahkannya kepada orang lain.
Nasihat bagi Rasul-Nya
Yakni, memurnikan iman kita bahwa Rasul adalah manusia
pilihan yang diutus Allah membawa ajaran suci di atas muka bumi. Keimanan itu
kita wujudkan dengan mengikuti (ittiba’) sunnahnya dan menjauhi segala yang
melanggar syariatnya.
Nasihat bagi Pemimpin-Pemimpin
Kaum Muslimin
Yakni, berbuat baik secara ikhlas dengan taat
dan membantu mereka dalam kebaikan dan kebenaran, serta mengingatkan mereka jika
lalai menunaikan kewajiban atau justru berbuat buruk kepada kaum muslimin.
Nasihat bagi Umat
Islam pada Umumnya
Yakni, berlemah lembut kepada umat Islam, tidak
menyakiti mereka, gemar menolong mereka, menutup aib mereka, mengajak mereka ke
jalan kebenaran dan menjauhkan mereka dari jalan kemungkaran, mengajarkan
perkara yang mereka tidak tahu, dan kebaikan-kebaikan yang lain.
Kesimpulan
“Agama adalah nasihat” memuat arti bahwa
pondasi agama Islam adalah berbuat baik secara murni (ikhlas) kepada Allah,
kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin umat Islam, dan kaum muslimin pada
umumnya.
Referensi
Ibnu Hajar al-Haitami, 2011, al-Fathu al-Mubin bi Syarhi
al-Arbain, Cet. II, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah.
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu, 2010, al-Wafi fi
Syarhi al-Arbain an-Nawawiyah, Cet. II, Damaskus: Darul Musthafa.
Muhammad Raji Hasan Kinas, 2011, Nafahat ‘Athirah fi Sirah
Shahabat Rasulillah, Beirut: Darul Ma’rifah.
***
وَمَنْ
لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً #
تَجَرَّعْ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
Siapa
yang tidak merasakan kepedihan belajar walau sesaat
Dia
akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hayat
وَمَنْ
فَاتَهُ التَّعْلِيِمُ وَقْتَ شَبَابِهِ # فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعاً لِوَفَاتِهِ
Siapa
yang ketinggalan belajar di waktu muda
Bertakbirlah
untuknya empat kali karena (sejatinya) dia telah “tutup usia”
حَيَاةُ
الْفَتَى -وَاللهِ- بِالْعِلْمِ وَالتُّقَى #
إِذَا لَمْ يَكُونَا
لاَ اعْتِبَارَ لِذَاتِهِ
Kehidupan
pemuda –demi Allah- ada pada ilmu dan ketakwaannya
Jika
keduanya tidak ada, maka dirinya tiada guna
(Kata
Mutiara Imam Syafi’i)
0 comments:
Post a Comment