Menulis
memang kegemaran saya (juga Istri) sejak dulu. Menulis apa saja yang kami rasa
mampu menulisnya. Kalau disertasi, kami jelas belum mampu menulisnya. Jangankan
disertasi, tesis saja belum mulai ditulis kok sampai sekarang. Hehe...
Mulai
dari menulis buletin Jumat sampai menulis buku, kami lakoni. Termasuk menulis
untuk kolom-kolom ringan di surat kabar, seperti cerita anak, resensi, dan
opini, semua kami jalani. Namanya juga hobi, selama kami rasa mampu menulisnya, ya, kami
tulis saja. Kami tidak pernah berpikir tulisan yang kami buat bagus atau tidak.
Pokoknya kami tulis saja!
Bagi
kami, menulis adalah belajar. Dan proses belajar yang paling baik adalah dengan
langsung berbuat atau melakukan. Istilahnya John Dewey (1859-1952) learning by doing, belajar dengan melakukan/praktik. Learning by doing mengajarkan kami untuk melupakan segala teori dan aturan tentang menulis. Menghafal
dan menguasai segudang teori tentang menulis justru akan membuat kami tidak
pernah memulai menulis. Karena itulah, agar kami serius belajar menulis, dibutuhkan
media yang menantang dan memacu keseriusan. Buletin, koran, majalah, buku,
dan media publikasi lain itulah yang kami pilih menjadi media learning by doing.
Namanya belajar, pasti akan tercecer banyak kesalahan di sana-sini. Tak perlu diambil
pusing, kesalahan kemarin justru bisa kita jadikan sebagai modal memperbaiki
tulisan berikutnya. Begitu pula kesalahan hari ini bisa menjadi ilmu penyempurna untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Jujur, ketika membaca ulang kliping tulisan-tulisan
pertama saya di media massa, saya suka menertawai diri sendiri. Bagaimana bisa
tulisan acakadul seperti itu bisa dimuat di koran sekian tahun lalu? Apa
redaksi atau editornya sudah teramat lelah sehingga meloloskan tulisan saya? Atau,
jangan-jangan mereka menerima tulisan saya karena rasa iba saja? J
Pertama Kali Menulis
Baru
pada semester enam saya mulai menulis. Saat itu saya baru beberapa bulan menjalani
hidup sebagai seorang suami.
Loh,
semester
enam kok sudah berstatus suami?
Tidak
perlu kaget. Sekadar diketahui saja, saya memang menikah saat masih
kuliah. Istri juga demikian. Kami kuliah di kampus yang sama, fakultas juga
sama, jurusan pun tidak beda, bahkan satu kelas pula. Hehe...
Tulisan
pertama saya dimuat di rubrik Nguda Rasa, kolom opininya Koran Merapi
Yogyakarta. Judul tulisannya adalah “Sumpah Pemuda Tak Sekadar Romantisme
Sejarah”. Senang, girang. Terbayanglah honor setengah juta atau Rp500.000 dari
tulisan itu bakal saya terima. Begitu bergairah, saya segera mengambil honor di kantor
Koran Merapi. Alhamdulillah, honor yang saya terima tidak meleset dari
bayangan. Hanya hilang nol satu. Bukan Rp500.000 seperti yang saya bayangkan, melainkan Rp50.000. J
Apakah
ini membuat saya kemudian lesu menulis? Tidak! Menulis itu bukan semata-mata
soal uang atau materi. Menulis adalah kepuasan dan hobi. Bahkan, tak terhitung
kali tulisan-tulisan saya dipublikasikan secara cuma-cuma di media massa. Ini tetap
saya syukuri, walaupun tidak mendapat honor, saya tetap bisa learning by
doing melalui media tersebut.
Sejak
itu saya menjadi lebih percaya diri mengirimkan tulisan ke media-media massa
cetak lainnya; SKH. Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Suara Merdeka Semarang, Koran
Jakarta, Batam Pos, Republika, Media Indonesia, dan sebagainya.
Mulai Menerjemah Buku
Sebagaimana
kita maklum, setiap resensi yang dimuat di koran selanjutnya kita laporkan kepada
penerbit tempat buku itu diterbitkan. Nah, tersebab oleh resensi inilah penerbit
menjadi mengenal saya. Mereka lalu menawari saya menerjemah buku-buku berbahasa
Arab. Menolak rezeki itu tidak baik, maka saya terima saja penawaran itu.
Di
antara buku yang telah saya terjemah dan sudah terbit adalah:
1.
Fauzi Ibrahim, 2008,
Muhammad Makhluk Paling Mulia, Yogyakarta: Citra Risalah.
2.
Dr. Ali Jum'ah,
2008, Mengungkap Dimensi Keabadian Sang Nabi Dalam Perspektif Injil dan
Barat, Yogyakarta: Citra Risalah.
3. Bassam Nahat
Jarar, 2008, Lenyapnya Israel di Tahun 2022 M, Yogyakarta: Citra Risalah.
4. Dr. Khalid Abu
Syady, 2008, Pengalaman Shalat Pertamaku Sehingga Ia Menjadi Candu Bagiku, Yogyakarta:
Citra Risalah.
5. Dr. ‘Aidh
al-Qarni, 2009, Berita dari Balik Gundukan Tanah, Yogyakarta: Gara Ilmu.
6. Ahmad Salim
Badawilan, 2010, Membangkitkan Energi Diri (Self-Power), Yogyakarta:
Gara Ilmu.
Mulai Menulis Buku
Menjelang akhir 2009, pasar buku-buku terjemahan (kata pihak penerbit) mulai
lesu. Penerbit tentu tidak ingin menutup perusahaan hanya karena hal itu. Akhirnya,
mereka meminta saya menulis buku, tidak lagi menerjemah. Lagi-lagi, ini rezeki.
Tak elok saya menolaknya. Akhirnya, terbitlah buku pertama saya berjudul Dahsyatnya
Tahajud. Atas permintaan penerbit, nama penulis yang tercantum di buku
tersebut bukan nama asli saya, melainkan nama pena Ibnu Rif’ah ash-Shilawy. Mungkin
nama asli saya terlalu ndeso sehingga kurang layak jual. J Ibnu
artinya anak, Rif’ah itu nama ibu saya, sedangkan ash-Shilawy nisbat dari
nama desa saya: Selo.
Menulis
buku ternyata mengasyikkan sampai-sampai saya dibuat ketagihan. Karena ketagihan itulah akhirnya lahir
buku-buku lainnya, di antaranya:
1.
Motivasi Islami
Dosis Tinggi, (Yogyakarta: Citra Risalah, 2010).
2.
Al-Qur’an
Kitabku; Juz Amma Lengkap Bergambar, (Yogyakarta: Idea World Kidz, 2010)
3.
Panduan Lengkap
Ibadah Shalat, (Yogyakarta: Citra Risalah, 2010), nama pena Ibnu Rif’ah
ash-Shilawy.
4.
Nina Bobo 50
Kisah Pengantar Tidur, (Yogyakarta: Idea World Kidz, 2011).
5.
Buku Pintar
Mengenal Budaya Nusantara, (Yogyakarta: Idea World Kidz, 2011).
6.
Sejarah Hidup
Nabi Muhammad, (YogyakartaL Idea World Kidz 2012).
7.
Beribadah Tanpa
Henti, (Yogyakarta: Kata Hati, 2013).
8.
Shalat
Istikharah, (Yogyakarta: Citra Risalah, 2012), nama pena Baba Rusyda Babel
Haqq.
9.
5 Shalat Sunnah
Pilihan, (Yogyakarta: Citra Risalah, 2013), nama pena Baba Rusyda Babel Haqq.
10. The
Secret of Poso Senin-Kemis, (Yogyakarta: Citra Risalah, 2013), nama pena Baba
Rusyda Babel Haqq.
11.
Koleksi Kisah
Islami Pengantar Tidur, (Yogyakarta: Idea World Kidz, 2013).
12. Kisah
Para Pangeran dan Putri Cantik dari Negeri Dongeng, (Yogyakarta: Laksana Kidz,
2013).
13. Hafal
Luar Kepala 99 Asmaul Husna, (Yogyakarta: Laksana Kidz, 2013).
14. Buku
Lengkap Pengetahuan Agama Islam untuk Muslim Cilik, (Yogyakarta: Laksana Kidz,
2013).
15. Mengenal
Perbuatan Baik dan Buruk, (Yogyakarta: Laksana Kidz, 2014).
16. Cepat
Hafal 99 Doa Super Pendek, (Yogyakarta: Laksana Kidz, 2016).
17. Dan
lain-lain.
Promosi Buku
Selain
menulis, saya juga mempromosikan/menjualkan buku karya istri saya yang
(alhamdulillah) diminati para orang tua. Entahlah, buku yang dia buat --walaupun
sangat sederhana-- ternyata lebih best seller daripada buatan saya. Mungkin karena nama saya memang kurang membawa hoki. J
Buku-buku
Istri yang saya promosikan adalah:
1.
Abacaka;
Belajar Membaca Cepat, Mudah, dan Menyenangkan, (Yogyakarta: Laksana, 2013), harga
Rp33.750,-
2. Abacaka kubaca; Cara Baru
Belajar Membaca Cepat, Efektif, & Ceria, (Yogyakarta: Laksana, 2015), harga
Rp41.250,-
3. Kamus Lengkap Bergambar 3 Bahasa (Indonesia – Inggris – Arab), (Depok: Barokah Books,
2017), harga Rp100.000,-
10 comments:
Melakukan aktifitas yang menjadi hobi tentu suatu hal yang sangat menyenangkan, kalau ada yang didapat dr aktifitas itu adalah bonus, tanpa bonuspun sdh mendptkan kepuasan karena ini tentang kesukaan atau kegemaran alias hobi
Wah, keren nih bisa masuk koran tulisannya. Selamat mas
Selamat ya mas
Bener banget, Mbak Maya, setiap aktivitas yang dilakukan tanpa keterpaksaan insya-Allah akan selalu menyenangkan.
Alhamdulillah, buah dari hobi menulis di blog kebawa juga ke koran, Mas. :)
Terima kasih, Mas Digimania.
waaah.. banyak sekali bukunya mas, dari dulu pengen bikin buku tapi ya buku apa tho.. pernah terpikir dengan buku seperti Kambing Jantan Raditya Dika, tapi ya ga ada faedahnya buatnya wmwkwkwkwkwk
Ayo, Mas, semangat!! Mas Andie pasti bisa.
Semua tulisan termasuk buku, apa pun genre-nya, selama tidak mengajarkan keburukan dan kejahatan, pasti berfaedah, Mas.
Wah emang udah keren nih tulisannya mas Irham. Tulisan pertama saat kuliah saja sudah langsung tembus ke surat kabar, ditambah lagi dengan segudang karya-karya lainnya.
Semoga sukses terus dalam berkarya mas. Doakan juga kami yang mulai belajar menulis agar bisa menghasilkan banyak karya seperti mas Irham :)
Aamiin, terima kasih, Mas Bay.
Mari saling mendoakan dan menyemangati. Aku yakin Mas Bay dan teman-teman pasti bisa jauh lebih produktif berkarya.
Sukses untuk kita semua.
Post a Comment