Shalat apa yang paling
ringan Anda kerjakan?
Shalat apa yang paling
berat Anda kerjakan?
Monggo dijawab
secara jujur dua pertanyaan di atas.
Sebagai pembuka, saya akan
menjadi penjawab pertama.
Bagi saya pribadi, shalat
yang paling ringan adalah shalat Maghrib, sedangkan yang paling berat adalah
shalat Shubuh. Hati memang tidak bisa berbohong, saat adzan Isya’ berkumandang,
berasa tidak ada beban sedikit pun untuk mengambil air wudhu.
Berbeda dengan shubuh, untuk
bangkit dan beranjak dari tempat tidur terlebih dahulu kita harus berjuang
keras menyingkirkan kaki-kaki setan yang menginjak kuat tubuh kita. Atau, berjuang
melawan setan-setan yang mendekap hangat tubuh kita dan meninabobokan kita agar
terus lelap dalam tidur.
“Buat apa engkau bangun,
hai manusia? Ayo, tidur lagi! ‘Kan kudekap hangat dirimu dengan tubuhmu yang
terbuat dari api ini?” mungkin seperti itulah setan membujuk kita.
Tidak salah saya menyebut
bahwa shalat yang paling berat adalah shalat Shubuh, karena Rasulullah pun mengatakan
itu dalam sabdanya.
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ
صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا
وَلَوْ حَبْوًا
“Sesungguhnya shalat yang
paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan
shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka
akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim
no. 651)
Strategi Dakwah
Beberapa tahun terakhir memang
terdengar gaung “gerakan shalat Shubuh berjamaah” di kota-kota besar. Semakin menggema
saat GNPF-MUI mengampanyekan itu. Kian menggema lagi ketika Kang Emil (Ridwan
Kamil, Walikota Bandung) juga menggalakkan itu.
“Ah, begitu saja kok dikampanyekan
dan digembar-gemborkan di media. Di kampungku, di pesantren-pesantren tempat dulu
aku mencari ilmu, shalat Shubuh berjamaah itu biasa. Tidak istimewa.”
Di pesantren dan di
beberapa kampung tertentu, shalat Shubuh berjamaah memang biasa. Tidak diistimewakan.
Tidak ada pula istilah “gerakan ini dan itu”. Mereka, para santri dan
masyarakat kaum santri, menunaikan shalat Shubuh dengan ringan dan tanpa beban.
Walaupun senyatanya tidak semua santri seperti itu. Ada pula yang santri yang susah dibangunkan pengurusnya, sampai-sampai harus dipukul pakai sajadah atau disiram air.
Lalu, apa pentingnya “gerakan
shalat Shubuh berjamaah” ini? Bukankah itu sudah diajarkan dan dicontohkan oleh
Rasulullah sedari dulu?
Iya, benar, shalat Shubuh
berjamaah memang sudah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah sejak dulu. Akan
tetapi, seiring bergantinya masa, shalat Shubuh berjamaah menjadi barang langka
saat ini. Karena itulah masyarakat harus digairahkan lagi agar bersemangat menunaikannya.
Untuk menggairahkan masyarakat
agar melaksanakan ini dan itu, termasuk shalat Shubuh berjamaah, dibutuhkan
cara atau strategi. Di antaranya, ada beberapa masjid yang menyediakan puluhan doorprize
untuk menggaet jamaah agar menghadiri shalat Shubuh berjamaah. Saya pernah
beberapa kali diundang untuk memberikan ceramah di sana. Bahkan, ada pula
masjid yang memberikan hadiah umroh bagi jamaahnya. Kalau ini, saya belum tahu
bagaimana mekanisme menentukan penerima hadiah umroh.
Terlepas dari itu semua, shalat
Shubuh adalah kewajiban, shalat Shubuh berjamaah penuh dengan keutamaan dan
kemuliaan, dan shala Shubuh berjamaah sudah sedari dulu diajarkan dan
dicontohkan oleh Rasulullah. Jika saat ini kebanyakan kita menjadi asing dengannya
maka kita perlu menggairahkan kembali mereka dengan strategi dakwah yang penuh
kelembutan dan menggembirakan.
Gerakan di Al-Jihad
Pijenan
Alhamdulillah, gerakan
shalat Shubuh berjamaah meluas pula hingga pelosok kampung. Salah satunya
adalah di Mushalla Al-Jihad Pijenan, Wijirejo, Pandak, Bantul.
Beberapa hari kemarin
takmir Mushalla Al-Jihad menghubungi saya agar berkenan memberi kajian kitab
setiap Ahad Pahing selepas shalat Shubuh di mushalla tersebut. Dalam hati saya membatin,
“Kalau kajian ba’da shubuh selama Ramadhan itu biasa, tetapi ini di luar
Ramadhan. Benar-benar luar biasa!”
Saya menyanggupi permintaan
takmir itu dengan iringan doa, “InsyaAllah, saya siap. Semoga bisa istiqamah.”
Nah, persoalan istiqamah
inilah yang kerap menjadi problem utama dalam setiap kebaikan. Biasanya,
kebanyakan dari kita, sangat antusias dan menggebu-gebu di awalnya, namun kendur
dan berat di pertengahan dan akhir. Semoga semuanya bisa istiqamah; jamaahnya
istiqamah, saya pun yang diundang untuk mengaji juga istiqamah.
Beberapa judul kitab saya
sodorkan kepada mereka. Di antaranya, Bidayatul Hidayah, Arbain
Nawawi, Nashaihul Ibad, Fathul Qarib, dan lain-lain. Terserah
mereka yang menentukan. Akhirnya, mereka memilih mengkaji kitab Nashaihul
Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani.
Keutamaan Shalat Shubuh
Ada banyak keutamaan dari shalat
Shubuh. Di antaranya disebutkan oleh Rasulullah dalam sabdanya.
1. Menjadi
salah satu kunci masuk surga
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ
الْجَنَّة
“Barangsiapa
mengerjakan shalat bardain (shalat Shubuh dan Ashar) maka dia masuk
surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)
2. Salah
satu penghalang masuk neraka
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى
قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidak
akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum matahari terbit (shalat
Shubuh) dan shalat sebelum matahari tenggelam (shalat Ashar).” (HR. Muslim no.
634)
3. Shalat
Shubuh senilai dengan shalat malam
مَنْ
صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى
الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barangsiapa
shalat Isya` berjamaah maka seolah-olah dia telah melaksanakan qiyam
dalam separuh malam. Dan barangsiapa shalat Shubuh berjamaah maka seolah-olah
dia telah shalat pada seluruh malam.” (HR. Muslim no. 656)
4. Mendapat
pahala senilai haji dan umrah
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ
اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ
حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Barangsiapa shalat Shubuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sehingga matahari terbit,
kemudian shalat dua rakaat, maka dia mendapat pahala haji dan umrah secara sempurna
(diulang tiga kali)." (HR. Al-Tirmidzi)
0 comments:
Post a Comment