ads
Sunday, July 31, 2016

July 31, 2016

  1. Nama aslinya adalah Yahya bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-Nawawi ad-Dimasyqi.
  2. Nama kun-yah beliau adalah Abu Zakariya, padahal ia tidak mempunyai anak bernama Zakariya. Sebab hingga akhir hayatnya, Imam Nawawi tidak sempat menikah.
  3. Salah satu gelar (laqab) yang disematkan kepadanya adalah “Muhyiddin”, artinya orang yang menghidupkan agama. Sebenarnya, karena sifat tawadhu’nya, Imam Nawawi tidak mau disemati gelar tersebut.
  4. Imam Nawawi lahir pada bulan Muharram, tahun 631 H/1233 M. di kota Nawa, sebuah daerah di bumi Hauran, Damaskus, Suriah (Syria). Dan, meninggal pada malam Rabu, 24 Rajab tahun 676 H (21 Desember 1277 M) pada usia 45 tahun.
  5. Pada usia 7 tahun, pada tanggal 27 Ramadhan, Imam Nawawi menyaksikan keajaiban langit, rumahnya yang gulita mendadak terang benderang. Hanya dia yang melihat, sementara kedua orang tuanya tidak. Ternyata itu adalah lailatul qadar.
  6. Imam Nawawi telah hafal al-Quran sebelum menginjak usia baligh, yakni pada usia 10 tahun. 
  7. Pada usia 10 tahun, Imam Nawawi sering dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya. Tetapi, dia sering menghindar dan menolak karena lebih suka membaca al-Qur’an daripada bermain. Teman-teman terus memaksanya sampai akhirnya dia menangis karena paksaan tersebut.
  8. Imam Nawawi tinggal di Nawa sampai usia 18 tahun. Setelah tuntas menimba ilmu kepada para ulama di Nawa, Imam Nawawi lalu dipindah oleh ayahnya ke Damaskus. Di sana dia belajar di Madrasah Rawahiyyah. Selama 2 tahun di sana, Imam Nawawi jarang tidur nyenyak karena waktunya lebih banyak digunakan untuk belajar. Bahkan, tidak pernah tidur dengan merebahkan badannya. Begitu pula dalam hal makan, hanya sedikit makanan yang dia konsumsi dalam sehari. Itu pun hanya sekali, setiap waktu sahur.
  9. Dalam sehari Imam Nawawi bisa menghadiri 12 majelis ilmu, berguru kepada 12 orang syaikh.
  10. Pada tahun 651 H., Imam Nawawi menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian tinggal di Madinah selama satu setengah bulan, barulah kemudian kembali lagi ke Damaskus.
  11. Pada tahun 665 H., Imam Nawawi mengajar di Darul Hadits al-Asyrafiyyah, Damaskus. Dia menolak menerima gaji.
  12. Usia Imam Nawawi cukup singkat, hanya 45 tahun. Akan tetapi, pada usia yang singkat tersebut, Imam Nawawi dikenal sangat produktif menulis. Dia mulai aktif menulis pada usia 30 tahun. Jadi, sekira 15 tahun dia mencurahkan waktu dan pikiran untuk menulis. Sedikitnya ada 40 kitab yang telah dia tulis.
  13. Di antara karya tulis (kitab) yang berhasil dia tulis adalah al-Arba’in an-Nawawiyah, Riyadhush Shalihin, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, at-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan al-Basyirin Nadzir (bidang hadits); Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (bidang fiqih); at-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar (bidang akhlak); Tahdzibul Asma’ wal Lughat (bidang bahasa).
  14. Pada tahun 676 H., beliau kembali ke kampung halamannya di Nawa. Sebelum kembali ke kampung halaman, Imam Nawawi mengembalikan semua kitab yang dia pinjam dari badan wakaf, lalu menziarahi makam guru-gurunya, kemudian bersilaturrahim ke rumah para sahabatnya.
  15. Imam Nawawi wafat dan dimakamkan di Nawa pada malam Rabu, 24 Rajab 676 H. (21 Desember 1277 M) pada usia 45 tahun.

0 comments: