Zaid mempunyai dua istri;
Fatimah dan Hindun. Dari Fatimah lahirlah anak perempuan bernama Aisyah.
Setelah Aisyah dewasa, ia dinikahi oleh seorang lelaki bernama Amir. Suatu saat
Zaid (ayah mertua si Amir) meninggal dunia sehingga Hindun (ibu mertu tiri)
menjanda. Hindun kemudian dinikahi oleh Amir.
Pertanyaan
Bagaimana
hukum menikahi mantan istri dari ayah mertua (alias ibu tiri dari istri kita) sebagaimana contoh di atas?
Jawaban
Hukum
menikahi mantan istri ayah mertua seperti contoh di atas diperbolehkan.
Maraji’
Qurrat al Ain 208
أن
التحريم خاص بأم الزوجة وأمهاتها وإن علون فقط. أما زوجات أبيها الباقيات فلايحرمن
علي الزوج. وذلك لفقد المعني الذي من أجله حرمت أم الزوجة في قوله
تعالي"أمهات نسأئكم" وهو أن الله تعالي جعلها محرمة علي زوج بنتها بمجرد
العقد علي البنت لاحتياجه اليها. بل لاضطراره اليها لتفريب وجهة النظر بينه وبين
الزوجة وتوفير اسباب الألفة بينهما. وهذا المعني مفقود من بقية زوجات الأب لأنهن
ضرائر لأمها فلا يسرهن صلاح حالها مع زوجها كما هو المعروف من طبيعة الحال والعرف
Mughni al Muhtaj VII Hal 498
مسألة:
قال: (ولا بأس أن يجمع بين من كانت زوجة رجل وابنته من غيرها(أكثر أهل العلم يرون الجمع بين
المرأة وربيبتها جائزاً لا بأس به، فعله عبدالله بن جعفر وصفوان بن أمية. وبه قال
سائر الفقهاء إلا الحسن وعكرمة وابن أبي ليلى رويت عنهم كراهيته لأن إحداهما لو
كانت ذكراً حرمت عليه الأخرى، فأشبه المرأة وعمتها. وأما: قول الله تعالى: {وَأحلَّ
لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُم} (النساء) 24) ولأنهما لا قرابة بينهما فأشبهتا
الأجنبيتين، ولأن الجمع حرم خوفاً من قطيعة الرحم القريبة بين المتناسبين ولا
قرابة بين هاتين وبهذا يفارق ما ذكروه.
فصل:
ولو كان لرجل ابن من غير زوجته ولها بنت من غيره أو كان له بنت ولها ابن جاز تزويج
أحدهما من الآخر في قول عامة الفقهاء. وحكي عن طاوس كراهيته إذا كان مما ولدته
المرأة بعد وطء الزوج لها. والأول أولى لعموم الآية والمعنى الذي ذكرناه فإنه ليس
بينهما نسب ولا سبب يقتضي التحريم. وكونه أخاً لأختها لم يرد الشرع بأنه سبب
للتحريم فبقي على الإباحة لعموم الآية ومتى ولدت المرأة من ذلك الرجل ولداً صار
عماً لولد ولديهما وخالاً.
(Hasil Bahts Masail PWNU Jatim 1996 di PP.Salafiyah Asembagus Situbondo)
Lho,
bukankah ibu dari istri kita itu termasuk mahram yang haram dinikahi? Benar,
ibu dari istri kita memang termasuk mahram yang haram kita nikahi. Tetapi, itu
terbatas pada ibu kandung, bukan ibu tiri. Adapun ibu tiri dari istri kita
tidaklah termasuk mahram. Dengan demikian, jika dia bercerai dengan ayah
mertua kita maka kita boleh menikahinya. Lebih detail tentang mahram, bisa
dilihat di catatan lain berjudul Daftar Wanita yang Haram Dinikahi.
Adapun
Q.S. An-Nisa' ayat 22:
وَلاَ تَنْكِحُوْا مَا نَكَحَ أبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ
“Dan
janganlah kamu menikahi istri-istri ayah kamu”.
maksudnya
ayat tersebut adalah antara anak kandung dan istri-istri ayah kandungnya.
Begitu
juga Q.S. An-Nisa' ayat 23:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ اُمَّهَاتُكُمْ .....وَاُمَّهَاتُ نِسَاءِكُمْ
“Diharamkan
atas kalian Ibu-ibu kalian …….dan Ibu-ibu dari istri–istri kalian.”
maksudnya
adalah ibu kandung istri, bukan ibu tirinya. Karena, yang dimaksud ibu di sini
adalah dari segi nasab (min jihatin nasb). Adapun lafal jamak dalam ayat
tersebut tidak bisa diartikan sebagai ibu tiri dari istri, tetapi ibu kandung
dari istri-istrinya jika ia memiliki lebih dari satu istri atau ibu istri ke
atas semisal neneknya dan seterusnya. (Tafsir ash-Shawi dan I’anatuth
Thalibin juz III bab Nikah).
Referensi:
- http://solusinahdliyyin.net
6 comments:
jadi boleh ya menikahi mantan istri ayah mertua. makasih infonya pak
informasi menarik dan bermanfaatnya,
semoga sukes aja yah!! Salm hangat untuk keluarga yang berada di samping anda yah Terimaksih atas informasinya..
Oh begitu ya
Http://tangeran9.wordpress.com/
Sama-sama, terima kasih kembali.
Sama-sama
Iya
Post a Comment