ads
Tuesday, December 27, 2011

December 27, 2011
2

“Kapan waktunya untuk merasakan bahagia?” Barangkali di antara kita akan menjawab, “Saya akan bahagia nanti. Nanti pada waktu saya sudah menikah. Nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri. Nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya. Nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya. Nanti pada saat penghasilan saya sudah sangat besar. Nanti..., nanti..., dan seterusnya.”

Karena pemikiran ‘nanti’ itulah, kita akan semakin dituntut untuk mengejar semua impian itu di saat ‘sekarang’. Semua pengorbanan waktu, tenaga, harta, dan pikiran telah kita curahkan untuk masa ‘nanti’ bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat, tetapi rasanya tidak pernah sampai di masa ‘nanti’ bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat dan target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuatnya, semua itu tidak pernah membuat kita puas dan bahagia.

Cobalah sekarang kita kurangi ritme kehidupan kita menjadi lebih santai dan pelan! Misalnya, dengan mengisi waktu kita untuk bersujud dan rukuk di hadapan Tuhan serta berdzikir kepada-Nya, dengan mengeja ayat demi ayat kitab suci-Nya, dengan duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda, dengan mendengarkan cerita lucu anak-anak, makan malam bersama keluarga, atau dengan membagikan beras dalam acara bakti sosial. Rasakan, justru saat itulah hidup kita menjadi lebih indah dan bahagia!

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup dengan penuh kesadaran, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas, maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang teramat indah dan bisa kita syukuri. Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan, pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur.

Sayangnya, nafsu hanya memuaskan kita pada kesuksesan-kesuksesan yang kita anggap besar, keberhasilan-keberhasilan yang ingar bingar, dan keuntungan-keuntungan yang berlimpah. Hati, mata, dan pikiran kita telah dibutakan oleh semua proyek besar yang bersifat materi itu! Ketika proyek-proyek itu tidak berhasil kita raih, kita lantas meratap dan hanyut dalam kesedihan yang mendalam. “Tuhan benar-benar kejam! Dia tidak memberiku kebahagiaan,” barangkali keluh kesah inilah yang menghinggapi kita. Na’udzu billah.

Saudaraku, kenikmatan dan kebahagiaan itu teramat murah dan mudah, selama kita tahu bagaimana cara menikmati hidup ini. Kita tidak perlu tersandera oleh dogma kehidupan yang harus mendewakan kesuksesan, jabatan, dan materi. Sadarilah bahwa di dalam kesederhanaan dan hal-hal kecil yang kita lalui setiap hari, banyak tersimpan segudang keindahan dan juga kebahagiaan.

Saudaraku, kita bagaikan orang yang berada di dalam bus yang melewati jalan-jalan yang luar biasa indah pemandangannya. Tetapi, di saat itulah kita justru menutup gorden jendela, sehingga keindahan apa pun di luar bus tidak pernah bisa kita rasakan.

Berbahagialah, karena Allah senantiasa mengasihi Anda dengan segudang kebahagiaan yang diberikan-Nya! Hanya, kadang kita tidak pernah mau menyadarinya.



Sepenggal Kisah Inspiratif

Pengusaha Tak Bahagia


Di sudut tempat hiburan malam, dengan ditemani wanita-wanita cantik dan beberapa botol minuman keras, seorang pengusaha berusaha melepaskan kegalauan pikirnya.
“Aku ingin bahagia! Aku ingin bahagia!” teriaknya bersama aroma minuman keras yang menguap dari dalam mulutnya.

“Bapak tidak usah khawatir, kami akan membahagiakan Bapak malam ini,” sahut para wanita berpenampilan seksi yang bergelayut manja di pundak sang pengusaha.
“Mari, Pak, kita lanjutkan pestanya, agar Bapak benar-benar bahagia malam ini,” ucap yang lain.

Wanita-wanita itu terus menghibur dan tak henti-hentinya menuangkan minuman keras ke gelas sang pengusaha. Mereka tentu berharap sang pengusaha akan bahagia kemudian memberi upah yang besar kepada mereka. Namun salah, sang pengusaha justru kian kacau pikirannya. Sembari melemparkan gelas dan botol di depannya “Pranggg…!”, sang pengusaha kembali berteriak garang, “Aku hanya ingin kebahagiaan! Aku ingin bahagia!” Ia lalu mendorong tubuh semua wanita di sampingnya itu hingga semuanya terjengkang ke lantai.

Melihat kekacauan itu, dengan sigap seorang pria meraih tangan sang pengusaha dan membawanya keluar. “Apa yang Bapak inginkan?” tanya pria itu dengan suara teduh dan tenang.

“Aku ingin bahagia!” jawab pengusaha singkat.

“Kebahagiaan apa yang Bapak inginkan?” tanya pria itu.

“Aku ingin semua proyekku sukses dan mengeruk untung besar. Tetapi, Tuhan telah berbuat tidak adil kepadaku. Semua proyekku kandas. Aku telah gagal,” ratap sang pengusaha.

“Saya bisa membuat Bapak bahagia,” ujar pria itu.

“Apakah kau akan membuat semua proyekku kembali lancar?”

“Tidak, Pak! Itu semua bukan kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki ada di sini,” ujar pria itu sambil menepuk dada sang pengusaha. “Di keheningan malam, Bapak akan merasakan bahagia saat bercumbu dengan Tuhan. Dengan anak dan istri, Bapak akan merasakan kebahagiaan saat bercengkerama dan tertawa bersama mereka. Saat Bapak tidak tertipu oleh gemerlap dunia, itulah kebahagiaan. Sebetulnya Bapak telah memiliki semua kebahagiaan. Sayangnya, proyek-proyek yang menyilaukan telah membutakan mata Bapak. Ingat, dalam diri Bapak saat ini tersimpan potensi kebahagiaan yang dapat ditumbuhkembangkan setiap hari menjadi berjuta atau bahkan bermiliar keindahan, kenikmatan, dan kebahagiaan!”

Pria itu lalu pergi membiarkan sang pengusaha merenungkan semua ucapannya.


Untaian Mutiara Kata

1. Hiduplah bersama Al-Qur’an, baik dengan cara menghafal, membaca, mendengarkan, maupun merenugkannya. Sebab, ini adalah obat yang mujarab untuk mengusir kesedihan dan kedukaan. (Dr. ‘Aidh Al-Qarni)

2. Buah keridhaan adalah kegembiraan dan kebahagiaan terhadap Allah swt.. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)

3. Ketenteraman, kedamaian, kepuasan, dan ketenangan jiwa yang dirasakan oleh orang-orang yang berbahagia itu akan selalu dianugerahkan kepada yang mendekap mesra keimanan dalam dadanya. Bahkan, dengan ketenangan dan ketenteraman itu imannya akan semakin bertambah dan makin kokoh. (Dr. Hamzah Ya’kub)

4. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. (Imam Al-Ghazali)

5. Bila Anda mampu mengisi hari-harimu tanpa menganiaya seorang hamba, berarti Anda tergolong orang yang bahagia. Bahkan, bila Anda tidak menganiaya diri sendiri dalam hubungan antara Anda dengan Allah, serta tidak menyalahi perintah-Nya, maka sempurnalah kebahagiaan Anda dari semua sisi. (Ibnu Atha’illah As-Sakandari)

6. Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah, dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar. (Sabda Nabi saw.)

7. Memang amat tinggi letak kebahagiaan. Tetapi, kita harus menuju ke sana. Ada orang yang berputus asa berjalan ke arahnya lantaran ia menyangka jalan ke sana amat sukar. Padahal mudah, karena itu dimulai dari dirinya sendiri. (Said Mustafa)

8. Jangan masukkan kesedihan di hari esok ke dalam hari ini. Bila kamu mencemaskan hari esok, itu hanya akan menambah kesedihan dan kelelahanmu. (Hasan Al-Bashri)

9. Kesedihan dalam urusan dunia dapat menggelapkan hati. Kesedihan dalam urusan akhirat bisa menerangi hati. (Utsman bin Affan)

10.Bahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya, menjadi kusir untuk nafsunya, dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya. (Ali bin Abi Thalib)

11.Jika seseorang tetap tabah menghadapi kepahitan hidup yang hanya dalam waktu singkat, maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam waktu yang panjang. (Thariq bin Ziad)

12.Berbahagialah orang yang bisa menahan kelebihan mulutnya dan menginfakkan kelebihan hartanya. (Ali bin Abi Thalib)

13.Takwa kepada Allah adalah sumber kebahagiaan. Menuruti hawa nafsu adalah sumber kecelakaan. (Zainuddin Al-Malibary)

14.Kebahagiaan yang paling membahagiakan ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah swt..(Sabda Nabi saw.)

15.Tidak ada kebahagiaan di dunia bagi orang yang tidak mementingkan kebahagiaan di akhirat. Siapa yang lebih memprioritaskan dunia daripada akhirat, ia tidak akan memperoleh kebahagiaan dunia, tidak pula di akhirat. (Hasan Al-Bashri)

16.Nabi Adam bahagia karena lima hal, yaitu mau mengakui dosa yang pernah beliau perbuat, menyesali dosanya, mencela dirinya sendiri (karena melakukan kesalahan), dan tidak putus asa dari rahmat Allah. (Muhammad Ibnu Dauri)

17.Orang yang paling berbahagia di hari Kiamat kelak karena mendapat syafaatku ialah orang yang mengucapkan kalimat Lâ ilâha illallâh dengan ikhlas dari lubuk hatinya atau dari dalam jiwanya.(Sabda Nabi saw.)

18.Kau adalah orang yang paling berbahagia, andaikan engkau tidak mencintai dunia. (Rabi’ah Al-Adawiyah)

19.Siapa yang tidak tahu betapa berharganya suatu nikmat ketika ada, maka barulah ia tahu betapa berartinya ketika nikmat itu lenyap. (Ibnu Atha’illah)

20.Barangsiapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan, maka diberinya penderitaan.(Sabda Nabi saw.)

2 comments:

Anonymous said...

mas/ngk cocok lah gambarny msk org yg msuk surga ngk pakai jilbab.ap alsanny???????................

Irham Sya'roni said...

@Anonim maaf, kebetulan saya bukan ilustrator,jd ga bs gambar sndiri. Bisanya cm copas dr google. Tp bagi sy, itu skdar ilustrasi ttg smangat untk meniti menuju puncak. Bukan prjlnan mnusia menuju surga. Krn memang tdk ada gmbar surga di sana. Hanya ada langt sbgai simbol smgt qt mniti punck. Makasih atas masukannya ya sobat.