Safinatun Najah, demikian para santri karib menyebutnya.
Kadang disebut juga Safinatun Naja (tanpa “h”) atau Matan
Safinatun Najah. Lengkapnya adalah “Safinatun Najah fi ma Yajibu ‘ala al-‘Abdi
li Maulah” (سفينة النجاة فيما يجب على العبد لمولاه), yang berarti perahu
keselamatan dalam mempelajari kewajiban hamba kepada Tuhannya.
Sebagaimana namanya, kitab ini diharapkan dapat menjadi perahu yang menyelamatkan
manusia dari gelombang kebodohan dan kesalahan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Kitab ini tidak hanya dikenal
di Indonesia, tetapi masyhur pula di negara-negara lain semisal Arab, Yaman,
Somalia, Ethiopia, Tanzania, Kenya, Zanjibar, Malaysia, Singapura, dan negara-negara
lain. Kitab ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing, seperti
Indonesia, Melayu, Sunda, India, Cina, dan sebagainya.
Isi
Kitab
Kitab ini berbentuk mukhtashar
(ringkasan) dalam bidang fikih bagi pemula dan masyarakat awam. Sebagai sebuah
karya ringkasan, kitab ini tidak menguraikan pembahasannya secara panjang lebar.
Oleh karena itu, wajar jika di dalamnya tidak kita temukan sederet dalil, entah
dari al-Qur’an maupun hadits Nabi.
Sajiannya yang ringkas dan
tidak bertele-tele menjadikan kitab tipis ini menebarkan manfaat yang besar bagi
para pembelajar, khususnya pemula dan masyarakat awam. Berkat bentuk mukhtashar
inilah mereka mudah memahami dasar-dasar akidah dan fikih, bahkan mudah
pula menghafalnya.
Berbeda dengan kebanyakan
kitab fikih, Safinatun Najah tidak langsung memulai pembahasannya dengan
masalah-masalah fikih. Tetapi, membukanya terlebih dahulu dengan pembahasan tentang
pokok-pokok akidah (rukun iman, rukun Islam, dan makna kalimat tauhid), baru
kemudian membahas masalah-masalah fikih, mulai dari kriteria baligh, kemudian thaharah
(bersuci), shalat, dan seterusnya sampai pembahasan tentang haji dan umrah.
Kitab Safinatun Najah yang
beredar saat ini memang memulai pembahasannya dari rukun iman dan diakhiri dengan haji dan umrah.
Padahal, sebetulnya, karya orisinil Syekh Salim al-Hadhrami dalam kitab tersebut
hanya sampai pada pembahasan zakat. Pembahasan lainnya (puasa, haji, dan umrah)
tidak sempat beliau tuliskan.
Kalau begitu, tambahan pembahasan
tentang puasa, haji, dan umrah itu tulisan siapa?
Itu adalah tulisan Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Muhammad Ba’athiyyah. Syekh
Nawawi menambah pembahasan tentang puasa (saat beliau menulis kitab Kasyifatus Saja, syarah kitab Safinatun
Najah). Sementara
Syekh Muhammad Ba’athiyyah menambah pembahasan tentang haji dan umrah (saat beliau
menulis kitab Ghayatul Muna, juga syarah kitab Safinatun Najah).
Kitab
Syarah dan Nazham
Walaupun tidak tebal, kitab
ini sarat dengan keberkahan. Terbukti banyak ulama yang mengkajinya bahkan mengembangkannya
melalui berbagai karya, baik berupa kitab syarah (penjelasan) agar semakin
menyamudera kajiannya maupun manzhumah (nazham/syair) agar mudah dihafal.
Di antara karya penjelas
(syarah) atas kitab ini adalah:
- Kasyifatus Saja Syarh Safinatin Naja (كاشفة
السجا شرح سفينة النجا),
yang berarti menyingkap tabir
kegelapan dengan syarah kitab Safinatun Naja, karya Syekh Nawawi al-Bantani
(1230 H/1813 M - 1314 H/1897 M). Beliaulah yang menambah pembahasan tentang
puasa dalam kitab Safinatun Najah.
- Nailur Raja’ Syarah Safinatun Naja’ (نيل
الرجاء بشرح سفينة النجاء), yang berarti meraih harapan
dengan Syarah Safinatun Naja, karya Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri
(1312 H/1895 M - 1362H/1945 M), seorang ulama besar dari Hadramaut Yaman.
- Nasimul Hayah ‘ala Safinatun Najah (نسيم الحياة على سفينة النجاة),
yang berarti angin lembut kehidupan penjelas kitab Safinah Najah, karya Syekh
Abdullah bin Awadh bin Mubarak Bukair (1314 H/1897 M - 1399 H/1979 M), seorang
ulama fiqih dari Hadramaut Yaman.
- Inaratud Duja Syarh ‘ala Tanwiril Hija Nazhm Safinatun Naja (انارة الدجى : شرح على تنوير الحجا نظم سفينة النجا), karya Syekh Muhammad Ali bin Husein al-Makki al-Maliki, seorang ulama Mekah (1287 H 1870 M - 1368 H/1949 M).
- Ghayatul
Muna Syarh Safinatin Naja (غاية المُنى شرح سفينة
النجا), yang berarti
puncak harapan penjelas kitab Safinatun Naja, karya Syekh Muhammad bin Ali
bin Muhammad Ba’athiyah ad-Du’ani (1380 H/1960 M - sekarang), seorang ulama dari
Hadhramaut Yaman. Beliaulah yang menambah pembahasan tentang haji dan umrah dalam kitab Safinatun
Najah.
- Ad-Durrah
al-Yatimah (الدرة اليتيمة),
yang berarti mutiara paling berharga, karya Syekh Muhammad bin Ali bin Muhammad
Ba’athiyah ad-Du’ani (1380 H/1960 M - sekarang). Kitab ini merupakan syarah
dari kitab as-Sabhah ats-Tsaminah Nazhm as-Safinah (السَّبْحة الثّمينة نظم السَّفينة), sebuah kitab yang menazhamkan/mensyairkan kitab Safinatun
Najah karya al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al-Haddad (1325 H/1907 M -
1416 H/1995 M).
- Wasilatur
Raja’ bi Syarhi Safinatin Naja (وسيلة
الرجاء بشرح سفينة النجا),
yang berarti jalan harapan dengan syarah kitab Safinatun Naja, karya Syekh
Hasan bin Umar asy-Syirazi, seorang ulama Afrika Timur.
- Sullamur
Raja lil Wushul ila Hill Alfazh Safinatin Naja (سلم
الرجا للوصول الى حل ألفاظ سفينة النجا), yang berarti tangga harapan untuk dapat mengurai lafal-lafal
dalam kitab Safinatun Naja, karya Syekh Utsman bin Muhammad Sa’id Tunkal
al-Jambi al-Indunisi al-Makki (1320 H/1903 M - 1405 H/1984 M), seorang ulama Jambi
yang menjadi guru besar di Mekah.
- Faidhul
Hija ‘ala Nailir Raja
karya KH. Sahal Mahfuzh (1937
M – 2014 M), Kajen Pati Jawa Tengah, Rais Aam ke-8 PBNU. Kitab ini merupakan syarah dari kitab
nazham Nailur Raja Manzhumah Safinatun Naja karya al-Ustadz Abi
Fauzi Muhammad Muhammad Ma’shum bin asy-Syaikh Siraj asy-Syirbuni (Cirebon).
Adapun karya
nazham/syair atas kitab Safinatun Najah, di antaranya adalah:
- Tanwirul
Hija (تنوير
الحجا), yang berarti pencerahan
pikiran, karya KH. Ahmad Qusyairi bin Shiddiq bin Abdullah al-Lasimi al-Fasurwani
(11 Sya'baan 1311H / 17 Februari 1894M - 22 Syawal 1392 H/28 November 1972 M),
kakak Rais Aam ke-5 PBNU KH Ahmad Shiddiq. KH. Ahmad Qusyairi lahir di Lasem,
Jawa tengah, kemudian
hijrah dan wafat di Pasuruan.
- Nailur Raja Manzhumah Safinatun Naja (نيل الرجا منظومة سفينة النجا), yang berarti menggapai harapan dengan nazham kitab Safinatun Naja, karya al-Ustadz Abi Fauzi Muhammad Muhammad Ma’shum bin asy-Syaikh Siraj asy-Syirbuni (Gedongan, Cirebon) atau Kiai Ma'shum Siraj. [Saya kesulitan melacak biografi beliau. Semoga ada pembaca yang bisa membantu.]
- Al-Lu’lu-atuts
Tsaminah (اللؤلؤة
الثمينة), yang berarti
mutiara berharga, karya Syekh Muhammad Ali bin Zakin Bahannan (1312 H - 1383 H),
seorang ulama Tarim Yaman.
- As-Sabhatu
Ats-Tsaminah (السَّبحة
الثمينة), yang berarti baju
kulit (?) yang berharga, karya al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al-Haddad (1325
H/1907 M - 1416 H/1995 M).
Biografi Penulis
Kitab Safinatun Najah ditulis
oleh Syekh Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Sumair al-Hadhrami. Syekh Salim al-Hadhrami
adalah ulama besar bermadzhab Syafi’I asal Hadramaut, Yaman. Beliau merupakan seorang
pendidik yang penyabar dan sangat ikhlas, seorang qadhi yang adil dan zuhud
kepada dunia, bahkan juga politikus dan pengamat militer negaranegara Islam.
Setelah mendalami
berbagai ilmu agama beliau memulai langkah dakwahnya dengan berprofesi sebagai
Syekh Al Qur'an. Di desanya, pagi dan sore, tak henti-hentinya beliau mengajar
para santrinya dan karena keikhlasan serta kesabarannya, maka beliau berhasil
mencetak para ulama ahli Al-Qur'an di zamannya.
Suatu ketika Syekh Salim
diminta kerajaan Kasiriyyah Yaman agar membeli peralatan perang tercanggih pada
saat itu, maka beliau berangkat ke Singapura dan India untuk keperluan
tersebut. Pekerjaan beliau ini dinilai sangat sukses oleh pihak kerajaan yang
kemudian mengangkat beliau sebagai staf ahli dalam bidang militer kerajaan.
Pada tahun-tahun
berikutnya Syekh Salim diangkat menjadi penasihat khusus Sultan Abdullah bin
Muhsin. Sultan tersebut pada awalnya sangat patuh dan tunduk pada semua saran,
arahan, dan nasihat beliau. Namun sayang, pada tahun-tahun berikutnya ia tidak
lagi menuruti saran dan nasihat beliau, bahkan cenderung meremehkan dan
menghina. Puncaknya, karena kondisi yang semakin tidak kondusif, Syekh Salim memutuskan
pergi meninggalkan Yaman. Negara yang dituju adalah India, sampai akhirnya hijrah
ke Batavia (sekarang Jakarta).
Selain Safinatun Najah, kitab
lain yang ditulis beliau adalah al-Fawa’id al-Jaliyyah fi az-Zajri ‘an
Ta’athi al-Hiyal ar-Ribawiyyah (الفوائد الجلية
في الزجر عن تعاطي الحيل الربوية).
Syekh Salim wafat di Betawi/Jakarta
pada 1271 H/1855 M.[]
Pengumuman takmir Masjid al-Ma'mur Tanah Abang tentang makam yang diyakini sebagai makam Syaikh Salim |
Referensi
0 comments:
Post a Comment