Pertanyaan
Assalamu’alaikum.
Nyuwun sewu. Mohon penjelasan tentang puasa-puasa sunnah di bulan
Muharram. Tanggal berapa saja? Karena almarhumah Ibu saya sering mengajak saya
puasa pada sebelum tanggal 1 dan sebelum tanggal 10. Tapi, saya ragu tentang
dasar hukumnya, terutama sebelum tanggal 1.
Atas penjelasannya saya ucapkan matur nuwun.
Wa’alaikumussalam warahmatullah.
(Pak Bagyo)
Jawaban
Sebelumnya, perlu kita ketahui puasa sunnah
terbagi dalam dua kategori.
1.
Puasa sunnah yang telah ditentukan
waktunya/harinya (mu’ayyanah).
Termasuk dalam kategori ini adalah puasa Senin
dan Kamis, puasa Arafah (9 Dzulhijjah), puasa Tasu’a ( 9 Muharram), puasa Asyura
(10 Muharram), puasa Daud, puasa 6 hari bulan Syawal, puasa hari putih (ayyamul
Bidh; setiap tanggal 13, 14, dan 15 Hijriah), dan puasa hari gelap (ayyamus
sud; setiap tanggal 27, 28, dan 29 hijriah atau setiap 28, 29, dan 30 hijriah).
2.
Puasa sunnah yang tidak terikat oleh waktu atau
hari tertentu (muthlaqah). Puasa ini
didasari kecintaan seseorang pada ibadah puasa dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Allah dan mengharap semakin bertambahnya pahala. Boleh-boleh saja kita
berpuasa sunnah muthlaqah ini, asal tidak dilakukan pada hari-hari terlarang (dua
hari dan tiga hari tasyriq).
Selanjutnya, berkenaan dengan puasa
sunnah pada bulan Muharram, dua kategori puasa sunnah di atas tetap kita jadikan
rujukan.
1. Puasa sunnah mu’ayyanah
a. Puasa Tasu’a (9
Muharram)
Puasa ini sangat dianjurkan, sebagaimana
penuturan Abdullah bin ‘Abbas:
حين صام النبي
صلى الله عليه وسلم يوم عاشوراء وأمرنا بصيامه قالوا يا رسول الله إنه يوم تعظمه اليهود
والنصارى فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فإذا كان العام المقبل صمنا يوم التاسع
فلم يأت العام المقبل حتى توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Ketika Rasulullah berpuasa pada hari
Asyura dan memerintahkan kami agar juga berpuasa, para sahabat lalu berkata:
‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh
orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah bersabda: ‘Apabila tiba tahun
depan, Insya Allah kita akan berpuasa pula pada tanggal 9 (Muharram).’ Belum
sampai tahun depan, ternyata Rasulullah Saw meninggal.” (HR. Muslim)
b. Puasa Asyura (10
Muharram)
قَدِمَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ فَرَأَى الْيَهُوْدَ تَصُوْمُ
يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: “مَا هَذَا؟ “قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ نَجَى اللهُ
فِيْهِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى قَالَ: “فَأَنَا أَحَقُّ
بِمُوْسَى مِنْكُمْ” فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Ketika tiba di Madinah, Rasulullah mendapati
orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian Rasulullah bertanya, “Hari
apa ini?” Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari mulia. Allah
menyelamatkan Bani Israil (Nabi Musa dan kaumnya) dari musuh mereka pada hari
ini. Lalu Musa berpuasa pada hari ini (dalam rangka bersyukur).” Rasulullah lalu
bersabda, “Seharusnya akulah yang lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa
daripada kalian.” Setelah itu Rasulullah berpuasa dan memerintahkan (kaum
muslimin) untuk berpuasa pula.”
وَسُئِلَ
عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ
السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ
فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah ditanya mengenai keutamaan
puasa Arafah? Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang
lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keutamaan puasa
’Asyura. Beliau menjawab, “Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang telah
lalu.” (HR. Muslim)
c. Puasa 11 Muharram
صُومُوا
يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ
يَوْماً
“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura dan
berbedalah dengan orang-orang Yahudi, (yaitu) berpuasalah kalian sehari sebelumnya
atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)
2. Puasa sunnah muthlaqah
Memperbanyak puasa sunnah (muthlaqah) pada
bulan Muharram merupakan anjuran Rasulullah. Beliau bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ
شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ
صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan
adalah puasa pada bulan Allah -Muharram-. Sebaik-baik shalat setelah shalat
wajib adalah shalat malam.” (H.R. Muslim)
Apakah ada aturan khusus puasa sunnah
muthlaqah ini? Tidak ada! Kita bisa melaksanakannya sekehendak kita, semau kita,
di tanggal berapa pun dan hari apa pun tanpa terikat tanggal atau hari
tertentu.
Selanjutnya, berkaitan dengan puasa
sebelum tanggal 1 Muharram, yang berarti sehari atau beberapa hari terakhir dari bulan
Dzulhijjah), memang ada hadits tentang anjuran berpuasa pada akhir tahun dan
awal tahun. Namun, hadits ini dinilai sangat dhaif (lemah) atau bahkan maudhu’ (palsu), di
antaranya oleh Ibnu Al-Jauzi dan As-Suyuthi, karena adanya dua perawi pendusta
(Al-Jubaibari/Al-Juwaibari dan Wahb bin Wahb).
Berikut hadits yang dimaksud:
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ
يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ
السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً
“Siapa berpuasa sehari pada akhir dari
bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal bulan Muharram, maka ia
sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun
yang akan datang dengan puasa pula. Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarat/pelebur
dosanya selama 50 tahun.”
Sampai di sini, apakah berarti kita
diharamkan atau divonis sebagai pelaku bid’ah apabila berpuasa pada satu hari atau
beberapa hari terakhir bulan Dzulhijjah?
Untuk menjawabnya, perlu kita urai
kembali bahwa hari-hari yang haram digunakan berpuasa adalah 1 Syawal dan 10,
11, 12, serta 13 Dzulhijjah. Dengan demikian, hari-hari terakhir bulan
Dzulhijjah tidak termasuk hari yang diharamkan berpuasa. Berarti kita boleh berpuasa
pada hari-hari tersebut.
Nah, pertanyaannya, puasa apa saja yang
boleh kita lakukan pada hari-hari terakhir bulan Dzulhijjah?
- Puasa Ayyamus sud (puasa hari
gelap) tanggal 27, 28, dan 29 atau tanggal 28, 29, dan 30, sebagaimana dianjurkan
dalam mazhab Syafi’i.
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: وَيُسَنُّ صَوْمُ أَيَّامِ السُّودِ
وَهِيَ الثَّامِنُ وَالْعِشْرُونَ وَتَالِيَاهُ، وَيَنْبَغِي أَنْ يُصَامَ مَعَهَا
السَّابِعُ وَالْعِشْرُونَ احْتِيَاطًا. قَالَ ابْنُ الْعِرَاقِيِّ: وَلَا يَخْفَى
سُقُوطُ الثَّالِثِ مِنْهَا إذَا كَانَ الشَّهْرُ نَاقِصًا، وَلَعَلَّهُ يُعَوَّضُ
عَنْهُ بِأَوَّلِ الشَّهْرِ الَّذِي يَلِيهِ وَهُوَ مِنْ أَوَّلِ أَيَّامِ السُّودِ
أَيْضًا لِأَنَّ لَيْلَتَهُ كُلَّهَا سَوْدَاءُ، وَخُصَّتْ أَيَّامُ الْبِيضِ وَأَيَّامُ
السُّودِ بِذَلِكَ لِتَعْمِيمِ لَيَالِي الْأُولَى بِالنُّورِ وَلَيَالِي الثَّانِيَةِ
بِالسَّوَادِ، فَنَاسَبَ تَزْوِيدَهُ بِذَلِكَ لِإِشْرَافِهِ عَلَى الرَّحِيلِ وَشُكْرًا
لِلَّهِ تَعَالَى فِي الْأُولَى وَطَلَبًا لِكَشْفِ السَّوَادِ فِي الثَّانِيَةِ
(كتاب نهاية المحتاج
إلى شرح المنهاج -ج 3 – ص 208)
- Puasa Senin atau Kamis, jika kebetulan akhir bulan
Dzulhijjah adalah hari Senin atau Kamis.
- Puasa Daud, jika memang telah terbiasa puasa Daud.
- Puasa sunnah muthlaqah dan tidak mendasarkan puasanya pada hadis yang telah dinilai palsu oleh para ahli hadits.
Kesimpulan
1. Puasa bulan Muharram
ü Disunnahkan berpuasa Tasu’a dan Asyura
serta memperbanyak puasa sunnah lain pada bulan Muharram.
ü Boleh berpuasa pada 10 Muharram saja. Dalam
hal ini, menurut Ulama Hanafiyah hukumnya makruh. Sementara menurut ulama
Malikiyah, syafi'iyah, dan hanabilah tidak makruh.
ü Disunnahkan puasa tanggal 9 Muharram
(Tasu’a) sekaligus 10 Muharram (Asyura).
ü Baik pula berpuasa tiga hari
berturut-turur, yakni tanggal 9, 10, & 11 Muharram.
ü Bagi yang tidak sempat berpuasa pada
tanggal 9 Muharram, boleh berpuasa pada 10 & 11 Muharram.
ü Lebih baik lagi jika memperbanyak berpuasa
pada Muharram. Termasuk dalam kategori memperbanyak puasa adalah mulai tanggal 1 sampai 10
Muharram.
2. Puasa Akhir
Dzulhijjah
ü Boleh berpuasa pada akhir Dzulhijjah
dengan niat puasa ayyamus sud (puasa hari gelap) tanggal 27, 28, dan 29
atau tanggal 28, 29, dan 30.
ü Puasa Senin atau Kamis, jika kebetulan bertepatan dengan hari
Senin atau Kamis.
ü Puasa Daud, jika memang terbiasa puasa Daud.
ü Puasa sunnah muthlaqah, namun tidak mendasarkan puasanya pada hadis yang telah dinilai palsu oleh para ahli hadits.
Wallahu a’lam
1 comments:
Wah blog nya keren banget https:// arofahmina.co.id/ ijin share ya semoga bermanfaat
Post a Comment