"Pernah, Mbah.
Waktu anak saya minta dibelikan baju, aku tidak mewujudkannya."
"Mengapa,
Dul?"
"Karena baju yang
diminta anak saya kualitasnya nggak bagus. Saya bilang ke anak saya,
'Jangan beli yang ini, Nak. Bapak janji besok Bapak belikan yang jauh lebih
bagus, ya. Tapi, tidak sekarang, juga tidak di sini."
"Anakmu lantas
diam mengikuti ucapanmu?"
"Tidak, Mbah. Dia
tidak percaya dengan janjiku. Dia terus merengek dan memaksaku membelikan baju yang
kualitas jelek itu. Ya sudah, akhirnya aku belikan, yang penting dia diam. Aku
pun nggak jadi membelikannya yang lebih bagus lagi. Coba dia mau bersabar sejenak
dan percaya ucapanku, pasti aku belikan yang lebih bagus lagi."
"Hehehehhee..."
Mbah Sabdo terkekeh.
"Lho, kenapa
Panjenengan tertawakan, Mbah?"
"Ndak papa, Dul.
Aku cuma tertawa, ternyata perilaku anakmu saat merengek kepadamu sama seperti
perilakumu saat merengek meminta ini-itu kepada Tuhanmu. Kamu ndak percaya bahwa
Tuhan akan mengabulkan semua doamu dengan pengabulan yang lebih baik. Kamu ndak
percaya dan ndak sabar. Kamu lalu memaksa Tuhanmu mengabulkan doamu saat ini
dan di tempat ini juga, akhirnya doamu dikabulkan sekarang tapi sekadarnya saja,
padahal Dia punya janji/rencana yang lebih baik lagi untukmu kelak. Sayangnya,
kamu ndak sabar dan ndak percaya janji-Nya itu. Wkwkkk"
Klakepppp! Aku diam
seribu bahasa sambil menggemeretakkan gigi.
0 comments:
Post a Comment