Almarhum walmaghfurlah KH. Rifa'i |
Cukuplah kematian menjadi nasihat dan
pelajaran bagi kita. Saat bertakziah, gunakanlah hati dan akal untuk memetik
nasihat dan pelajaran yang amat berharga darinya. Saat mata kita menatap lekat keranda yang mengusung jenazah, sebetulnya
saat itu ia sedang berseru tegas dan lantang kepada kita:
اُنْظُـــــــــرْ إلَـــــــــيَّ بِعَقْلِــــــــك أَنَـــــــــا الْمُهَيَّــــــــا
لِنَقْلِـــــــــكَ
أَنَــــــــــا سَـــــــــرِيرُ
الْمُنَايَـــــــــا كَــــــمْ سَـــــارَ مِثْلِـــــي بِمِثْلِـــــكَ
Lihatlah aku dengan akalmu. Aku disediakan untuk membawamu.
Aku ini adalah tempat tidurnya orang yang mati. Telah banyak keranda
sepertiku yang membawa orang-orang sepertimu.
Kematian tidak perlu ditakutkan. Justru kedatangannya
harus kita sambut dengan rancangan atau program sebagaimana kita merencanakan perhelatan
perkawinan. Seperti itulah ekspresi kerinduan atas perkawinan, seperti itu pula
ungkapan hati orang yang merindukan kematian.
Para wali Allah yang hati mereka senantiasa bertabur syauq
(rindu) kepada Allah, kehadiran Malaikat Izrail tidaklah menakutkan. Mereka
justru menyambut kedatangan Malaikat Maut itu dengan penuh kegembiraan: Marhaban
ahlan wa sahlan, selamat datang (duhai Malaikat Kematian). Sampai-sampai para
musyawwiq (perindu) itu berkata:
وَاللهِ لَقَدْ سَئِمْتُ الْحَيَاةَ حَتَّى لَوْ
وَجَدْتُ الْمَوْتَ يُبَاعُ لَا شْتَرَيْتُهُ شَوْقاً إِلَى اللهِ وَحُبًّا لِلِقَائِهِ
“Demi Allah, aku telah bosan hidup. Bahkan, andai aku menemukan
ada orang yang menjual kematian, niscaya aku akan membelinya (semata-mata) karena
kerinduanku kepada Allah dan hasrat cintaku untuk bertemu dengan-Nya.”
Seseorang yang jatuh cinta pastilah membara
dalam hatinya hasrat ingin bertemu dengan orang yang dicinta. Begitu pula
mereka yang cinta kepada Allah, pastilah hatinya disesaki oleh hasrat untuk berjumpa
dengan-Nya.
Ucapan para musyawwiq ini memantik pertanyaan
selidik dari orang-orang yang mendengarnya. Ditanyakanlah kepada para musyawwiq,
عَلَى ثِقَةٍ أَنْتَ مِنْ عَمَلِكَ؟
“Engkau yakin betul dengan amalmu?”
لَا وَاللهِ، لِحُبِّيْ إِيَّاهُ وَحُسْنِ ظَنِّيْ
بِهِ . أَفَتَرَاهُ يُعَذِّبُنِيْ وَأَنَا أُحِبُّهُ؟
“Demi Allah, tidak. Tetapi, semata-mata
karena cintaku kepada-Nya dan persangkaan baikku (husnuzhan) kepada-Nya.
Apakah menurutmu Dia akan menyiksaku, sementara aku benar-benar mencintai-Nya?”
***
Tausiyah ini disampaikan oleh KH.
Sirojan Muniro dalam acara Malam Tahlilan atas
wafatnya KH. Rifa’i, ayahanda KH. Drs. Murtadlo --Lurah Desa Wijirejo-- di kediaman almaghfurlah di Kauman, Wijirejo, Pandak,
Bantul, DIY.
Almaghfurlah KH. Rifa'i wafat pada Senin, 5 Juni 2017, bertepatan dengan 10 Ramadhan 1438 H, dalam usia 102 tahun. Menurut informasi dari Bapak Durori, istri almaghfurlah juga meninggal pada tanggal yang sama, 10 Ramadhan, sembilan belas tahun yang lalu. Kita ingat juga, menurut sebagian riwayat, Sayyidah Khadijah –istri Rasulullah—wafat pada tanggal yang sama, 10 Ramadhan (tahun ke-10 kenabian).
Almaghfurlah KH. Rifa'i wafat pada Senin, 5 Juni 2017, bertepatan dengan 10 Ramadhan 1438 H, dalam usia 102 tahun. Menurut informasi dari Bapak Durori, istri almaghfurlah juga meninggal pada tanggal yang sama, 10 Ramadhan, sembilan belas tahun yang lalu. Kita ingat juga, menurut sebagian riwayat, Sayyidah Khadijah –istri Rasulullah—wafat pada tanggal yang sama, 10 Ramadhan (tahun ke-10 kenabian).
Almaghfurlah adalah satu-satunya
murid tahfizh almaghfurlah KH. M. Munawir Krapyak yang masih tersisa. Sementara
murid-murid yang lain telah wafat, menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. Menurut
informasi dari Gus Mishbah, di antara kawan karib beliau semasa nyantri
adalah KH. Muntaha, pengasuh Pondok Pesantren al-Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo.
Hadir pula dalam acara tersebut
Bapak Wakil Bupati Bantul, KH. Abdul Halim Muslih. Dalam sambutannya, beliau
menyampaikan:
مَوْتُ الْعَالِمِ مَوْتُ الْعَالَمِ
“Matinya orang alim adalah kematian pula bagi alam.”
Setiap tahun ada sekian ratus dokter baru yang diangkat
oleh pemerintah menggantikan ratusan dokter lain yang pensiun. Begitu pula
saban tahun ada sekian pilot baru yang diberi lisensi terbang untuk
menggantikan para pilot lama yang telah memasuki masa pensiun. Tetapi,
kepergian kiai atau wafatnya orang alim, tidak mudah dicari penggantinya.
اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ. اَللهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلاَتُضِلَّنَا بَعْدَهُ بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Bantul, Malam Jum’at, 8 Juni 2017.
2 comments:
Kematian para alim adalah kebahagian yang luar biasa bagi nya,namun terasa bagai musibah bagi kita semoga Allah memberi lebih banyak lagi pengganti sosok seperti beliau
Aamiin... semoga akan lahir ulama-ulama baru sebagai teladan bagi kita, ya, Mas.
Post a Comment