ads
Sunday, June 19, 2016

June 19, 2016
24

Selepas Tarawih, seorang teman berkisah tentang tetangganya yang bisnisnya terus berkembang. Beberapa cabang dibuka di beberapa kota. Rumah tinggalnya semakin megah. Mobilnya pun kian bertambah.

“Padahal dia tidak pernah shalat, lho, Mas,” kata teman saya. “Saat Ramadhan pun dia tidak pernah berpuasa. Tapi, kalau mabuk atau judi, dia suka banget.”

“Apa hubungannya shalat dan puasa dengan kekayaan?” ucapku.

Ternyata, teman saya meyakini bahwa orang yang rajin shalat dan puasa, pasti akan kaya raya. Setiap doanya pasti terkabul seketika itu juga. Teman saya lupa bahwa Allah tidak bisa diatur oleh siapa pun.

Benar bahwa Allah berjanji akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya, tetapi kapan, di mana, dan bagaimana akan dikabulkan, hanya Allah yang mengetahui.

Itulah Istidraj
Allah berkuasa melimpahkan beragam kenikmatan kepada siapa saja. Bahkan, kepada pelaku maksiat sekalipun, Allah tetap berkuasa memberi mereka nikmat. Lihat saja Fir’aun, Namrud, Qarun, dan orang-orang yang durhaka kepada Allah, mereka justru bergelimang kemewahan. Bahkan, kekayaan mereka melebihi orang-orang yang beriman kepada Allah. Begitulah Allah memberi “jebakan batman” kepada mereka, yang dalam bahasa agama disebut dengan istidraj. Sementara orang Jawa sering menyebutnya “penglulu sangking Pengeran”.

Secara sederhana istidraj bisa diartikan sebagai kesenangan dan kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang bermaksiat dan durhaka kepada-Nya, yang sebenarnya itu menjadi ujian atau bahkan azab bagi mereka; apakah dengan itu mereka mau bertobat atau justru semakin tenggelam dalam dosa.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Apabila kamu mengetahui bahwa Allah memberi (kenikmatan/kemewahan) dunia yang diinginkan oleh seorang hamba, padahal hamba tersebut terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa itulah istidraj.” (HR. Ahmad)

Barometer Kebenaran
Jika kekayaan duniawi kita melimpah atau doa-doa kita tampak selalu dikabulkan oleh Allah, jangan lantas membuat kita sombong dan bangga. Jangan-jangan Allah sedang meng­-istidraj kita.

Kedekatan kita kepada Allah tidaklah ditandai dengan gemerlapnya kemewahan dunia yang kita terima. Tidak pula setiap doa yang selalu tampak terkabulkan. Tetapi, kedekatan kita kepada Allah diukur dari kesesuaian perilaku kita dengan petunjuk agama. Benarkah perbuatan sesuai al-Qur’an? Benarkah kita tidak menentang aturan Kanjeng Nabi?

Apabila perilaku kita sesuai dengan agama, di situlah kita dekat dengan Allah Ta’ala, kendati kekayaan tidaklah melimpah dan doa-doa pun belum dikabulkan. Sebaliknya, apabila perilakunya bertentangan dengan agama, berarti dia berada jauh dari Allah, walaupun semua keinginannya terkabulkan.

 
Iblis adalah satu satu contohnya. Makhluk yang sangat durhaka ini ternyata pernah berdoa kepada Allah, dan Allah pun mengabulkan doanya. Termaktub dalam Q.S. al-A’raf[7]: 14, iblis berdoa kepada Allah setelah ia diusir dari surga:

قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan."

Allah lalu mengabulkan doanya, sebagaimana difirmankan dalam Q.S. al-A’raf [7]: 15.

قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ

Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."


Wallahu a’lam

Sumber Gambar

24 comments:

Debe Dila said...

Saya merasa artikel ini tepat sekali kang, kadang kita diberi banyak harta adalah untuk ujian dan cobaan bahkan malah adzab. tidak kaya disini bukan karena tidak dikabulkan doa, mungkin punya istana Megah Disana

Debe Dila said...

alhamdulillah pertamax nih,hehe

Muhammad Adam Hussein, S.Pd said...

Pantesan aja, diberikan hidup yang panjang jadinya selalu mencari teman untuknya dineraka. Mudah-mudahan kita bisa menguatkan iman dan akidah kita biar ga mudah dipengaruhi dan dijerumuskan.

Unknown said...

Saya setuju nih kang bahwa allah tidak bisa di atur oleh siapapun . Mungkin orang yang kaya itu bukan mendapat kekayaan dari hasil berdoa tetapi dari hasil yang tidak halal. Kita sebagai manusia hanya mampu berdoa dan berusaha semoga rezeki yang ada pada kita ini di halalkan oleh allah :)

Unknown said...

��siip gus

Mang_Lembu said...

hikmah dari iblis yang doanya dikabulkan oleh-NYA, patut menjadikan kita manusia jangan mudah putus asa dalam berdoa...berdoa, dan berdoa terus dan selalu hanya kepada-NYA dan yakin-lah bahwa doa-doa kita pasti akan di kabulkan oleh-NYA.....begitu kan mang?

Agustina Purwantini said...

sedihnya, kalau ada orang saleh hidupnya amat pas-pasan dan ndilalah tetangganya yg gemar bermaksiat berlimpah harta benda, tak jarang masyarakat dengan sadis bilang...dia sih kebanyakan doa, jadinya malah enggak mempan doanya...

Herva Yulyanti said...

Paradigma yg beredar orng yg shalat harusnya kaya hehehe dan lupa bahwa Allah tidak bisa diperintah..
setuju bgt ulasannya kang :)

Kang Nurul Iman said...

Walaupun hidup sampai kiamat tetapi tetap saja ya kang kalau iblis itu sudah dipastikan masuk neraka, dan allah swt itu memang maha pengasih ya kang doa iblis saja di kabul yang memiliki semua sifat kejelekan, sedangkan kita yang alhamdulillah sebagai hamba allah swt juga seharusnya tidak boleh bosan dalam berdoa karena allah swt juga pasti akan mengabulkan doa yang kita panjatkan.

Irham Sya'roni said...

Begitulah, Mbak Deb, seringkali kita lupa bahwa limpahan nikmat itu bisa jadi merupakan ujian atau bahkan adzab.

Irham Sya'roni said...

Selamat atas pertamax-nya. Anda berhak mendapat hadiah kolak untuk takjil nanti sore. :))

Irham Sya'roni said...

Aamiin ya Rabbal 'aalamiin...

Irham Sya'roni said...

Kalau bisa diatur-atur oleh manusia, pastilah bukan Tuhan, ya, Mas.

Irham Sya'roni said...

Sami-sami, Om Likan. :)

Irham Sya'roni said...

Yuppp, betul, Mang Lembu. Doa iblis saja yang durhaka bisa dikabulkan Tuhan, tentu tidak sulit juga bagi Tuhan untuk mengabulkan doa kita yang beriman kepada-Nya.

Irham Sya'roni said...

Begitulah, Mbak, pemahaman salah yang banyak beredar di sekitar kita. Mereka mengira Allah tidak membuatnya kaya, sama artinya Allah tidak mengabulkan doanya. Padahal dengan menjauhkannya dari dunia, Allah justru menampakkan kasih-Nya kepada orang saleh tersebut. Allah tahu, jika Dia memberinya kekayaan, maka terlenakan. Karena itulah dia dijauhkan dari dunia sehingga istiqamah bermesraan dengan-Nya.

Irham Sya'roni said...

Repotnya, kebanyakan dari kita kerap salah mengartikan "kaya", ya, Mbak Herv. Kaya hanya diartikan duitnya banyak, rumahnya megah, mobilnya mewah, punya banyak sawah, berkali-kali pergi ke Mekah-Madinah, punya kebun luas dan indah, dll. :)

Irham Sya'roni said...

Benar, Kang Nurul. Berbeda dengan kita yang sering jengkel kalau ada orang lain terus-terusan minta ke kita; Allah tidaklah demikian. Allah justru senang kalau kita terus-menerus minta kepada-Nya. Bahkan, Dia akan marah jika kita tidak mau atau malas-malasan meminta kepada-Nya.

Maman Achman said...

Ternyata Allah menguji kita dengan kekayaan juga ya, pak... Apakah kita akan terbuai dengan harta atau makin beriman dengan diberikan kekayaan, itu yang bisa saya tangkap dari artikel ini. Mohon maaf kalau saya salah.

Irham Sya'roni said...

Kesimpulan yang tidak salah, Kang Maman. Begitulah, ternyata ujian tidak hanya berupa penderitaan, tapi juga berupa kenikmatan. Justru ini yang melenakan.

Anjar Sundari said...

Jadi nggak perlu cemburu juga ya mas kalau ada orang yang ibadahnya biasa-biasa saja tapi secara materi sangat berlimpah, karena pasti orang tersebut sedang 'dilulu' Allah, tinggal bagaimana menyikapinya.

Kita memang harus selalu menguatkan/memperbarui syahadat supaya setan tidak mendekat untuk mengajak kita ke neraka, na'udzubillahi mindzalik.

Irham Sya'roni said...

Benar, Mbak, kita tidak perlu cemburu atau bahkan iri dengan harta dan kekayaan orang lain. Kita hanya layak iri dan cemburu kepada mereka yang amalnya selalu terbimbing secara benar di jalan Allah.

Hendri Hendriyana said...

iyaa manusia emang suka kelupaan kalo dikasih gemerlap dunia mas, mungkin termasuk sayaa nih yang masih kurang bersyukur. dan semoga setelah membaca ini saya bisa lebih bersyukur :)

Irham Sya'roni said...

Tentang tidak banyaknya orang yang bersyukur sudah dikatakan oleh Allah, Mas. "Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
Semoga kita termasuk golongan hamba yang sedikit itu... Aamiin...