ads
Monday, June 27, 2016

June 27, 2016
10


Seorang ahli bijak pernah ditanya, “Jika seorang hamba bertobat, apakah dia bisa mengetahui bahwa tobatnya itu diterima atau tidak?”

Sang bijak menjawab, “Aku tidak bisa menghukuminya. Hanya saja tobat yang diterima itu memiliki beberapa tanda.”

Sang bijak lalu menguraikan tanda-tanda yang dia maksud.

  1. Tidak merasa dirinya terpelihara dari kemaksiatan.
  2. Hatinya melihat bahwa kegembiraan itu jauh, sedangkan kesedihan itu dekat.
  3. Senang berdekatan dengan orang-orang baik, dan menjauhi orang-orang yang berbuat buruk.
  4. Memandang harta miliknya yang sedikit terasa banyak dan memandang amal akhiratnya yang banyak terasa sedikit.
  5. Sibuk dengan ketaatan kepada Allah dan tidak menyibukkan diri dengan dunia.
  6. Selalu memelihara lisannya, sering bertafakur, serta menyesali dosa yang pernah dikerjakan.


Berkaitan dengan poin ke-6, beberapa sabda berikut patut kita renungkan.

اَحَبُّ الاَعْمَالِ اِلَى اللّهِ حِفْظُ اللِّسَانِ

“Amal yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan.” (HR. al-Baihaqi)

اِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ ذُنُوْبًا يَوْمَ القِيَامَةِ اَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ

“Sesungguhnya orang yang paling banyak dosanya pada hari kiamat kelak adalah orang yang paling banyak bicaranya dalam hal yang tiada guna.”  (HR. Ibnu Nashr)

اَلتَّفَكُّرُ فِيْ عَظَمَةِ اللّهِ وَ جَنَّتِهِ وَ نَارِهِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ

“Bertafakur sejenak tentang keagungan Allah serta tentang surga dan neraka-Nya itu lebih baik daripada qiyam semalam suntuk (yang tidak disertai tafakur).”

تَفَكَّرُوا فِيْ خَلْقِ اللّهِ وَ لَا تَفَكَّرُوا فِيْ ذَاتِ اللّهِ فَتَهْلِكُوا


“Bertafakurlah kalian tentang ciptaan Allah. Dan, janganlah sekali-kali bertafakur tentang Dzat Allah, (jika kalian lakukan) maka kalian akan celaka.”


--------------------------------------


Keterangan diambil dari kitab Nasha'ih al-'Ibad (Bab Sudasi, makalah ke-15) karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani; Syarh al-Munabbihat 'ala al-Isti'dad li yaum al-Ma'ad (Ibnu Hajar al-Asqalani).


10 comments:

Kang Nurul Iman said...

Yang ngomongin tidak berguna itu sering saya lakukan kang, mungkin dengan adanya artikel dari akang ini bisa menjadikan salah satu perantara dari allah swt untuk saya tidak melakukannya lagi... amin, terima kasih kang untuk ilmunya sangat bermanfaat sekali.

Irham Sya'roni said...

Sama-sama, Kang Nurul. Terima kasih kembali...

Unknown said...

Ini sangat bermanfaat untuk kita semua umat muslim kang karena tanda ini lah yang harus kita ketahui terutama kalau tobat itu harus dengan hati yang tulus dan menjauhi hal-hal yang di murkai oleh allah swt.

Irham Sya'roni said...

Iya, Mas, betul. Semoga tobat kita diterima Allah...

Yasinta said...

semoga tobat kita semua diterima oleh Allah ya mas

Irham Sya'roni said...

Aamiin...
Terima kasih kunjungannya, Mbak.

Maman Achman said...

Subhanallah makasih banyak Pak, lagi2 kta mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat disini, tentang taubat, jadi sadar betapa kita ini merasa sangat kerdil di mata Allah SWT...

Irham Sya'roni said...

Iya, Kang Maman, selepas tobat kita kadang tidak sadar kalau terpeleset lagi dalam kesalahan. :(
Semoga Allah menerima tobat kita...

Admin said...

tpi kenapa ya om, niat tobat kdng suka mawas di dlam hati hbs dger tausyah, ceramah, khutbah, kultum, dan spt artikel ini om. bawaannya sejuk dan pngen selalu ngelakukan kebaikan. tpi klo udh berlalu, ya ampun setannya byk bgt di kepala. :( :(

Irham Sya'roni said...

Perasaan itu pula yang menghinggapi batin Hanzhalah dan Abu Bakar ash-Shiddiq, Hayy. Setiap berdekatan dengan Nabi, rasanya surga dan neraka tampak jelas sekali. Tapi, ketika berpisah dengan Nabi, perasaan itu luntur berganti dengan sibuk bersama anak-istri dan urusan dunia lainnya.

Orang yang punya perubahan rasa seperti itu berarti punya iman di hatinya, Hayy. seperti kata Hasan al-Basri, "Orang yang khawatir terjatuh pada kemunafikan, itulah orang beriman. Yang selalu merasa aman dari kemunafikan, justru dialah orang munafik yg beneran."