ads
Wednesday, April 6, 2016

April 06, 2016
18

Ketika Kanjeng Nabi memasuki kota Madinah, beliau tidak menemukan air bersih yang layak dikonsumsi oleh kaum muslimin selain air sumur milik seorang Yahudi. Sumur itu terkenal dengan nama “Sumur Rumah.

Sayangnya, si Yahudi tidak membolehkan seorang pun mengambil air sumurnya, kecuali dengan membeli. Karena itulah Kanjeng Nabi bersabda, Barangsiapa membeli Sumur Rumah, lalu menjadikan gayungnya bersama-sama dengan gayung kaum muslimin untuk sebuah kebaikan, maka darinya ia akan mendapat pahala di surga.

Akhirnya, seorang lelaki kaya raya nan dermawan menemui si Yahudi untuk membeli sumur tersebut. Akan tetapi, si Yahudi menolaknya. Dia tidak mau menjual sumur yang menghasilkan uang baginya itu.

“Kalau aku menjualnya, tentu aku tidak akan punya penghasilan lagi dari berjualan air sumur itu,” dalih si Yahudi.

Memang, sumur itu setiap hari selalu penuh sesak oleh umat Islam yang membeli airnya yang bersih untuk diminum. Bahkan, ada yang mengatakan rasanya mirip zamzam, walaupun tentu tidaklah sama.

“Hmmm, bagaimana kalau aku membeli setengahnya saja?” tawar lelaki kaya raya itu.

“Setengahnya? Maksudmu?”

“Ya, aku beli setengahnya sebesar 20.000 Dirham. Sehari, sumur ini menjadi milikku. Sehari kemudian, menjadi milikmu. Begitu seterusnya silih berganti setiap hari.”

Kali ini pikiran si Yahudi mulai goyah. Dia tampak tertarik dengan tawaran lelaki kaya raya itu.

“Tawaran yang sangat menguntungkan!” batin si Yahudi. “Selain mendapat uang kontan 20.000 Dirham, aku tetap bisa meraup keuntungan dari berjualan air sumur ini dua hari sekali.”

Selepas membayarnya, lelaki kaya raya itu lalu berseru kepada kaum muslimin Madinah.

“Saudara-saudaraku, hari ini Sumur Rumah menjadi milikku. Silakan ambil air dari sumur itu untuk kebutuhan kalian selama dua hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milikku.”

Kaum muslimin lalu berbondong-bondong menuju sumur itu. Mereka penuhi setiap bejana untuk mencukupi kebutuhan dalam dua hari.

Lepas sehari, Sumur Rumah kembali menjadi milik si Yahudi. Tetapi, tidak seperti hari-hari biasanya. Kali ini tak seorang pun yang datang ke sumurnya untuk membeli air. Selalu begitu setiap jatah si Yahudi memiliki sumur itu. Sepi tanpa pembeli.

“Utsman,” sapa si Yahudi kepada lelaki kaya raya, relasi bisnisnya itu. “Setelah aku pikir-pikir ulang, sebaiknya aku jual saja seluruh hak atas Sumur Rumah kepadamu,” lanjut si Yahudi.

Ternyata lelaki kaya raya itu adalah Utsman bin Affan, sahabat Kanjeng Nabi yang kesohor akan kekayaannya, kedermawanannya, dan kepiawaiannya berbisnis.

Utsman bin Affan lalu menyerahkan 20.000 Dirham kepada si Yahudi. Selepas itu, Utsman mengumumkan kepada khalayak bahwa sumur itu dia wakafkan untuk siapa saja yang membutuhkan. Sejak itu sumur Rumah dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi si pemilik lamanya.

Setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma. Pada masa Daulah Utsmaniyah, pohon itu terus berkembang. Begitu pula pada masa pemerintahan Kerajaan Arab Saudi, pohon itu semakin berkembang hingga mencapai 1500 pohon, bahkan lebih.


Oleh Departemen Pertanian Arab Saudi, hasil perkebunan kurma itu dijual ke pasar-pasar. Setengah dari keuntungannya disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin. Setengahnya lagi ditabung di bank dalam bentuk rekening khusus atas nama Utsman bin Affan.


Begitu seterusnya hingga rekening abadi atas nama Utsman bin Affan semakin bertambah. Dari rekening itulah anak-anak yatim dan fakir miskin di Arab Saudi tercukupi. Bahkan, dari rekening abadi itu pula berdirilah hotel megah, juga atas nama Ustman bin Affan. Diperkirakan omsetnya per tahun adalah 150 M. (150 M,lho... bukan 150 juta)

Mau lihat film kisah "Sumur Rumah" dan Rekening Abadi Utsman bin Affan? Klik di SINI

Terus, akan dikemanakan omset sefantastik itu?

Tetap ditasharrufkan seperti sebelumnya, yaitu untuk anak-anak yatim, fakir miskin, dan sebagiannya lagi masuk ke rekening abadi atas Utsman bin Affan.


***

Sampai saat ini sumur itu masih ada. Letaknya di sekitar Wadi al-Aqiq di daerah Azhari, sekira 3,5 km dari Masjid Nabawi atau 1 km dari Masjid Qiblatain, Madinah.

Menurut sahabat saya yang nyantri di Mekah, area sumur itu dijaga oleh petugas penjaga. Untuk memasukinya harus mengantongi izin dari para penjaga itu.

Sayangnya, setahun lalu saat saya berziarah ke sana, sang TL (Tour Leader) tidak sempat membawa saya mengunjungi tempat bersejarah itu. Semoga pada kesempatan lain saya bisa mengunjunginya. Semoga pula orang-orang yang semisal dengan Utsman bin Affan senantiasa didoakan oleh malaikat dengan doa berikut. 

اَللّهُمَّ اَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا


“Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang suka memberi.” (HR. Muslim)

18 comments:

Millati Indah said...

rekeningnya masih terus ada sampai sekarang? Masya Alloh.

jarang-jarang ada orang dengan otak bisnis yang cerdas ditambah kedermawanan, seperti Utsman.

Irham Sya'roni said...

Masih ada, dan terus berkembang. Semoga kita tergerak untuk meneladaninya, ya.

Rosalina Susanti said...

Masyaa Allah... luar biasaa
berarti rekening atas nama utsman bin affan itu masih ada di bank gitu ya pak? apa pripun?

Irham Sya'roni said...

Iya, Mbak, masih ada. InsyaAllah sampai hari kiamat. Termasuk aset-aset wakaf beliau.

Unknown said...

Subhanalloh, allah itu maha besar, sampai sekarang kita semua dapat melihat salah satu rekening dari khalifah Utsman bin Affan sungguh luar biasa, terima kasih atas infonya saya mendapatkan ilmu baru lagi :)

Irham Sya'roni said...

Terima kasih kembali, Kang Mhan. Semoga menjadi tamparan kepada kita untuk menirunya, ya, Kang.

Mas Huda said...

Masya Allah cerdas sekali ya Ustman bin Affan

Irham Sya'roni said...

Iya, Mas.

QBeritakan.com said...

Subhanallah, pagi yang indah saat saya tersesat dan belok di blog ini, saya temukan hal sangat luar biasa... Semoga saya bisa berziarah ke situ.. Aamiin.

Irham Sya'roni said...

Aamiin... semoga kita semua dimudahkan Allah untuk berziarah ke sana, ya, Bos.

Indra AE said...

Begitu Mulianya Khalifah Ustman, perjuangannya terhadap Agama Islam tidak tanggung-tanggung, sampai sekarang peninggalannya masih bermanfaat bagi fakir miskin.... insyaAllah sampai hari kiamat amal jariyahnya akan terus mengalir.

#Kisah yang inspiratif banget Mas Irham... Terima kasih atas cerita pengalamannya ziarah ke sana. Semoga suatu saat diberi kesempatan untuk ziarah ke sana juga aamiin....

Irham Sya'roni said...

Terima kasih kembali, Mas.
Semoga memotivasi kita agar tidak berat hati untuk berderma, ya, Mas.

HOHO said...

Sungguh mulia perbuatan ustman di atas, dan sekarang sudah menjadi aset bagi arab saudi untuk di berikan hasilnya kepada kaum anak yatim dan fakir miskin.

Semoga di lain waktu admin blog ini dapat mengunjungi ke tempat yang tertera di atas..

Irham Sya'roni said...

Aamiin.... semoga kita semua dimudahkan untuk berziarah ke sana, ya, Mas.

Kanianingsih said...

subhanallah :)

Irham Sya'roni said...

Terima kasih atas kunjungannya, Mbak Kania.

Unknown said...

Posisi sumur tepatnya didaerah mana pak irham sya'roni..?kemaren TL kami tak ada cerita..

Irham Sya'roni said...

Saya juga belum pernah ke lokasinya, Mbak. TL saya pun tidak membawa kami ke sana waktu itu. Tapi, menurut catatan yang ada, lokasinya tidak jauh dari Masjid Qiblatain sekira 1 km. Wallahu a'lam