Para
sahabat Nabi Saw memberikan kesaksian bahwa Nabi Muhammad Saw adalah manusia
yang tidak pernah berkata-kata buruk, apalagi mengutuk atau mencaci-maki orang
lain:
لَمْ
يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَاحِشًا وَلاَ لَعَّاناً ولا سباباً
“Nabi
saw. bukanlah orang yang biasa mengucapkan kata-kata jorok, bukan pengutuk dan
bukan pula tukang cacimaki,” [HR. Muslim dari Anas].
Sahabat
Abu Hurairah pernah meminta kepada Nabi agar mendoakan kecelakaan, keburukan
atau kesengsaraan bagi orang-orang musyrik. Nabi Saw, mengatakan :
(إِنِّي
لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا ، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً (رواه مسلم . حديث
رقم 2599
“Aku
tidak diutus Tuhan untuk mengutuk orang. Aku diutus hanya untuk menyebarkan
kasih sayang”. (HR. Muslim).
Tuhan
telah memberikan pernyataan yang menegaskan tentang kasih sayang dan kelembutan
pribadi Nabi saw. yang agung tersebut. Allah mengatakan:
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا
عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ .
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya,”
[QS. Ãli Imrân (3): 159].
Pernyataan
Tuhan di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwa Nabi kaum muslimin:
Muhammad saw. adalah orang yang berhati lembut dan tidak berlaku kasar terhadap
orang lain, termasuk terhadap mereka yang menolak agamanya. Tuhan bahkan
menegaskan bahwa penyebaran agama (dakwah) dengan cara-cara kekerasan justru
bukan hanya akan gagal tetapi juga membuat orang lari dan menimbulkan kebencian
masyarakat. Tuhan bahkan menyuruh Nabi saw. agar memaafkan mereka yang
bertindak kasar terhadapnya. Perbedaan pandangan dalam masyarakat atas suatu
masalah, menurut ayat tersebut tidak diselesaikan dengan cara-cara kekerasan,
melainkan dengan jalan musyawarah dan dialog.
Pada
ayat yang lain Tuhan menyatakan:
وَلَا
تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَة. إِدْفَعْ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ. فَإِذَا
الَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ.
“Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan
seolah-olah menjadi teman yang sangat setia,” [QS.
Fushshilat (41): 34].
Sebaliknya
dakwah dengan cara menyakiti atau melukai hati orang-orang beriman adalah
sebuah dosa besar. Al-Qur`an menyatakan:
وَالَّذِينَ
يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا
بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا.
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyakiti hati orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun
perempuan, maka dia benar-benar telah melakukan kedustaan dan dosa yang nyata,”
[QS. al-Ahzâb (33): 58].
Aisyah
bint Abi Bakr, isteri Nabi mengatakan : “bila Nabi mendengar orang lain, tokoh
atau pemimpin yang bertindak kasar, atau kekeliruan, dan ingin menegurnya, atau
memperbaikinya, beliau tidak menyebutkan namanya. Beliau hanya bilang : “Maa
Baalu Qawmin yaf’aluna kadza wa kadza”, “Maa Baalu al-Naas Yasytarithuna
hadza wa hadza”. (Ada suatu kaum atau ada seseorang yang bertindak begini
atau begitu/Ada orang-orang yang mensyaratkan ini dan itu). Ini dilakukan untuk
tidak mempermalukannya di depan publik. Tujuan utamanya adalah memperbaiki
perbuatannya, bukan menyakiti orangnya).
Repost tulisan Buya Husein.
2 comments:
subqanalloh,,,
Petuah beliau yg menyejukkan.
Post a Comment