Setiap berangkat
kerja, selalu saya jumpai lelaki berkursi roda ini di perempatan lampu
merah itu. Bukan untuk mengemis atau meminta-minta, melainkan mencari nafkah
dengan menjual koran. Mungkin secara pendapatan, meminta-minta adalah cara
instan untuk mendapatkan banyak uang. Tetapi, lelaki itu lebih memilih cara
bermartabat untuk mendapatkan rezeki. *Allahu yardhahu... Semoga
Allah meridhainya.
Seketika ingatanku kembali
kepada kisah Rasulullah saat berjumpa dengan seorang tukang batu. Beberapa
bagian kulit si tukang batu itu melepuh karena terbakar sinar matahari. Tangannya
pun kapalan.
“Mengapa tanganmu jadi
seperti ini?” tanya Rasulullah.
“Duhai kekasih Allah, setiap hari
pekerjaan saya membelah batu. Batu itu saya jual ke pasar untuk menafkahi
keluarga. Sebab itulah tangan saya menjadi kapalan seperti ini,” jawab si
tukang batu.
Rasulullah terharu
mendengarnya, lalu cepat-cepat memegang tangan si tukang batu. Beliau mencium
tangan yang sudah teramat kapalan itu seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak
akan disentuh oleh api neraka.”
Sahih apa yang dikatakan oleh beliau, bahwa “Tidaklah
seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari
hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu
bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya sendiri.” (HR. Bukhari)
Dalam kesempatan yang lain, beliau juga ditanya oleh
sahabat:
أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ
“Mata pencaharian apakah
yang paling baik?”
Beliau menjawab:
عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ
وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Pekerjaan seorang
laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur
(diberkahi).” (HR. Ahmad)
Foto: Dokumen Pribadi
6 comments:
semoga saya juga bisa mengamalkan apa yang kanjeng nabi ajarkan
Kadang saya "iri" melihat orang-orang penyintas seperti itu. Karena saya sendiri belum bisa menghasilkan uang dari hasil keringat sendiri :(
luar biasa...
jadi motivasi di hari senin ini.. :)
salam,
Ryan Jason
Semoga saya pun demikian. Aamiin...
Sebaliknya, lelaki berkursi roda itu bisa jadi "iri" kepada Ust. Lutfi karena bisa berbagi ilmu kepada para santri. Dan, Tuhan tentu tidak akan membiarkan hamba-Nya yang berilmu mati kelaparan karena ta'lim dan ta'allum. :) *Begitulah kita diposisikan oleh-Nya di atas maqam masing-masing. ;)
Salam kembali, Mas Arga Kusuma.
Post a Comment