ads
Sunday, August 2, 2015

August 02, 2015
14
Ketika sebagian orang sekarang mengharamkan hormat kepada sang merah-putih dan berdiri saat lagu kebangsaan dinyanyikan;
ketika sebagian dari kita justru tidak bangga menjadi bangsa Indonesia;
ketika sebagian orang yang ditokohkan di negeri ini justru menyebut nasionalisme tidak ada dalilnya;
ketika sebagian warga yang hidup di atas bumi Indonesia justru bernafsu merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia;
ketika segelintir orang berhasrat mencabik pancasila dengan aneka pembenaran dalil yang mereka bawa;
ketika kita menyebut diri sangat cinta agama namun tak pernah mau menghargai sang saka, pancasila, & Bhinneka Tunggal Ika;

ketika itulah seharusnya kita malu kepada para ulama yang dengan kealimannya justru sangat cinta kepada Indonesia.
Pandanglah wajah teduh ulama sepuh ini!
Mbah Mun alias KH. Maimun Zubair, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Karangmangu, Sarang, Rembang.
Saat lagu kebangsaan Indonesia Raya digemakan, beliau yang sedari mula dituntun menggunakan kursi roda, --dengan sisa tenaga yang ada-- memaksa diri berdiri tegak untuk bersama-sama para muktamirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Usia beliau yang hampir mendekati 90 tahun sama sekali tidak melunturkan kecintaannya kepada Indonesia.

Begitulah nasionalisme beliau.
Begitulah cinta dan perjuangan beliau demi kedamaian Indonesia.
Lantas, bagaimana dengan kita, wahai anak muda?

Cintai Tuhanmu!
Cintai agamamu!
Cintai Nabimu!
Cintai kitab sucimu!
Cintai kiblatmu!
Namun, jangan kaukurangi cintamu kepada tanah airmu!
#NKRI #Nasionalisme #Muktamar33NU #AkuBanggaMenjadiIndonesia

Saat melihat Mbah Mun dengan tertatih-tatih berusaha berdiri dari kursi rodanya untuk menyanyikan Indonesia Raya dalam pembukaan Muktamar ke-33 NU di Jombang Sabtu (1/8), Alissa Wahid (putri Gus Dur) buru-buru mengabadikannya, lalu mengunggahnya di akun twitternya, @AlissaWahid.

“Mau nangis melihat Kiai Maimoen Zubair yang berkursiroda memaksa berdiri untuk menyanyikan Indonesia Raya. #MuktamarNU


Sumber Foto 1 2

14 comments:

Noorma Fitriana M. Zain said...

Aku cinta Indonesia!!

Irham Sya'roni said...

Kita semua wajib cinta Indonesia.

Mbul Kecil said...

smangat si mbah buat terus syiar agama bagus sekali y

Irham Sya'roni said...

Kita yang muda ini rasanya jadi malu. :(

dedaunan hijau said...

Sepuh dan tetap nasionalis pak pak kiai :)

dedaunan hijau said...

Lihat wajahnya pak kiai malah ingat wajah simbah saya alm :(

Irham Sya'roni said...

Iya, Mbak. Harus kita contoh.

Irham Sya'roni said...

Wajah sepuh yang selalu memancarkan keteduhan, ya, Mbak.

beyourselfwoman said...

Subhanallah kyai sepuh yg bijaksana sekaligus patriotik

Mang Lembu said...

tahniah, sangat luar biasa tokoh sepuh yang sangat nasionalis, saya malah kurang nasionalis nih...abisnya pemimpinnya pada doyan korupsi sih.

Irham Sya'roni said...

Iya, Mbak. Patut kita teladani.

Irham Sya'roni said...

Benar-benar membuat kita malu, ya, Pak. Karena jiwa kita tidak bisa seperti beliau itu. :(

Ririe Khayan said...

Dengan alasan agama, dulu saya juga pernah punya teman yg merasa "bersalah" kalau harus hormat saat pengibaran bendera merah putih. Sepaham saya yg sedikit, konteks penghormatannya kan berbeda dengan hormat yg beresensi keagamaan, ukuran dan niatnya juga sama sekali tdk sama

Irham Sya'roni said...

Iya, Mbak, senyatanya penghormatan kepada bendera, lagu kebangsaan, dan simbol-simbol kebangsaan lainnya adalah sekadar penghormatan biasa, sekadar seremonial biasa yang justru bisa mempertebal semangat cinta tanah air. Bukan penghormatan yang berujud penyembahan atau pengkultusan.