ads
Tuesday, August 26, 2014

August 26, 2014
4

“Kenapa HP dan laptopmu kaubanting hingga hancur begini, Dul?” celetuk Mbah Sabdo sambil memungut serpihan HP dan laptopku. “Eman-eman. Ini barang mahal lho. Setidaknya kan bisa dikilokan, lalu uangnya buat beli bensin yang harganya sekarang ini sedang melambung tinggi. Iya tho?”

 “Sudahlah, Mbah! Biarkan HP dan laptop itu terberai di situ. Tidak usah dipungut!” cetusku.

 “Weleeehhh, kamu kenapa jadi sensi begitu? Sabar, ya! Ditenangkan hatimu! Kalau ada masalah, bilang baik-baik sama aku.”

“Ini masalah prestise, Mbah! Harga diri! Setiap aku bikin status atau twit, ndak ada satu pun yang nge-like atau komen. Ya sudah, akhirnya aku like dan komen sendiri, Mbah.”

“Status dan twit itu apa toh, Dul? Maaf, aku terlalu tua untuk memahami bahasa gaulmu itu.”

“Wah, susah menjelaskan ke jenengan yang sudah terlampau renta, Mbah. Itu bahasa anak gaul! Aku kasih contoh saja, ya, Mbah: HARI INI AKU PUASA LHO. KEREN, KAN? Atau ALHAMDULILLAH SEHABIS CERAMAH, ORANG-ORANG BEREBUT MENCIUM TANGANKU. Atau, ALHAMDULILLAH AKU KHUSYUK BANGET SAAT TAHAJUD. Nah, ini namanya status atau twit, Mbah.”

“Nah, kalau Like itu apa?”

Like itu artinya ‘suka’, Mbah.”

“Oh, intinya kamu pengen disukai alias dipuji dan disanjung. Begitu?”

“Bukan, Mbah! Bukan disanjung atau dipuji. Cuma di-Like kok.”

“Ahhh, terserah kausebut apa, Dul! Kausebut Like, Pujian, Sanjungan, Madah, Praise, atau apa saja, yang jelas Ibnu Atha’illah pernah dhawuh: ‘Keinginanmu agar orang-orang mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidaktulusanmu dalam penghambaanmu.’ Ada juga sentilan lain dari Ibnu Atha’illah: ‘Ketika seorang mukmin dipuji, ia malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada dirinya.’ Ingat, Dul, kalaulah bukan karena Tuhan menutupi aib-aib kita, pastilah ternganga semua keburukan dan kebusukan kita. Untung Tuhan tidak membuka semua aib kita, jadi kita bisa terlihat keren, bersih, dan baik di hadapan manusia!”

Sreettttttttttt…… Jleebbbb! Bak panah tajam, kata-kata Mbah Sabdo melesat cepat dan tepat mengenai jantungku.


 

4 comments:

Muhammad Lutfi Hakim said...

Saya juga pernah ditanya seorang teman, "Kamu kok enggak pernah menge-like statusku?" Padahal saya tidak pernah meminta hal yang sama kepadanya,

Irham Sya'roni said...

Coretan di atas diinspirasi oleh seorang teman yg selalu minta TL-nya di-retweet dan statusnya di-like. Hmmm... ternyata jempol maya dan retweet sangat berharganya, ya, Mas?! :)

Agustina Purwantini said...

Alhamdulillah, klo saya lebih suka meminta duit ke teman daripada sekadar meminta jempol

Irham Sya'roni said...

Angpao... angpao... mumpung mau lebaran. :))