ads
Friday, February 21, 2014

February 21, 2014
Nama Kitab
Kitab ini diberi nama Matan al-Arba’in an-Nawawiyah fi al-Ahadits ash-Shahihah an-Nabawiyah, yang berarti matan empat puluh hadits yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi berupa hadits-hadits shahih dari beliau shallallahu ‘alahi wasallam.

Walaupun diberi judul al-Arba’in, yang berarti 40, kitab ini senyatanya berisi 42 hadits. Pemberian judul al-Arba’in tersebut tentu bertujuan untuk memudahkan penyebutan, dengan membulatkan 42 menjadi 40 (al-Arba’in).

Secara fisik, kitab ini sangat kecil dan tipis, yakni hanya sekira 24 halaman. Tetapi, secara materi, kitab ini memuat kualitas dan pancaran spiritual yang sangat luar biasa. Tidak mengherankan jika kitab ini terus dikaji oleh umat Islam, utamanya para santri, sejak abad ke-6 hijriyah sampai sekarang. Bahkan, insya Allah akan terus ditelaah oleh umat Islam di dunia sampai akhir zaman.

Para ulama menyebut, seperti inilah karya tulis yang barakah. Tidak usang oleh waktu. Tidak tersingkirkan oleh zaman. Juga tidak tenggelam oleh kemunculan jutaan karya tulis baru. Bolehlah saya atau Anda membuat buku setebal ratusan halaman, tetapi eksistensinya di pasar pembaca mungkin hanya bertahan beberapa tahun. Setelah itu tidak lagi dikaji atau bahkan tidak lagi diingat keberadaan terbitnya.

Al-Arba’in dan karya-karya sejenis lainnya bisa menjadi sedemikian barakah karena memang ditulis oleh penulisnya atau disusun oleh penyusunnya dengan landasan hati yang suci dan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala. Sementara karya-karya yang hanya bertahan beberapa tahun di tangan pembaca, bisa jadi penulisan atau penyusunannya tidak didasari kesucian hati dan keikhlasan niat. Salah satunya mungkin adalah saya. Sampai hari ini telah puluhan buku dan karya tulis lain yang berhasil saya terbitkan. Tetapi, tidak sampai sekian tahun, tulisan-tulisan saya itu tidak lagi diingat atau dikaji banyak orang. Bisa jadi karena perhatian pada laporan penjualan buku lebih besar daripada ketulusan hati saya untuk menyebarkan ilmu Allah.

Saat membaca muqaddimah kitab al-Arba’in ini saya terperangah sekaligus takjub terhadap laku tirakat beliau Imam Nawawi dalam menyusun kitab kecil ini. Dalam muqaddimah tersebut beliau berkata:

وَ قَدِ اسْتَخَرْتُ اللّهَ تَعَالَى فِيْ جَمْعِ اَرْبَعِيْنَ حَدِيثًا

“Sungguh aku beristikharah (meminta petunjuk kebaikan) kepada Allah dalam mengumpulkan empat puluh hadits ini.”

Subhanallah, untuk menghasilkan karya kecil ini beliau awali dengan laku riyadhah atau tirakat berupa istikharah. Beliau tentu tidak meminta agar kitabnya ini laris dan terus cetak ulang. Tentu tidak! Beliau hanya meminta petunjuk kepada Allah agar apa yang ditulisnya/disusunnya merupakan ilmu yang haqq, tidak menyesatkan umat, bahkan bermanfaat untuk kebaikan umat.

Sementara aku dan kawan-kawan penulis lain, selalu merasa angkuh; memulai menulis atau menyusun tanpa meminta petunjuk kepada Allah sebagaimana Imam Nawawi. Bisa jadi yang menjadi konsentrasi utama adalah bagaimana buku ini tampak keren, lalu disanjung dan dibeli banyak orang, kemudian laris dan cetak ulang. Astaghfirullahal ‘azhim, kepala mendadak tertunduk; malu kepada beliau al-Imam an-Nawawi.

Baca juga:
Mengapa 40 Hadits?

0 comments: