1. Memulai
aktivitas dengan shalat shubuh berjama’ah di masjid terdekat --lebih baik lagi
jika bisa bangun sebelum shubuh dan shalat tahajjud dahulu-- lantas kita
berdzikir, bermunajat, dan berdoa menghadap Allah sampai terbitnya
matahari.
2. Ketika
mendengar suara adzan di mana pun kita berada dan dalam keadaan apa pun, kita
harus cepat-cepat menuju masjid terdekat untuk melakukan shalat berjamaah. Seorang
muslim yang selalu menuju dan mengungsi ke rumah Allah lima kali dalam sehari
semalam, maka aktivitas keduniaannya tidak akan membahayakannya.
3. Berusaha
dengan sekuat tenaga untuk tidak menggunakan umur kita yang berharga, kecuali
untuk taat kepada Allah, bekerja untuk mencari ilmu atau rezeki yang halal, dan
untuk beristirahat ketika merasa bosan dan lelah.
4. Ketika
hendak tidur, kita harus membayangkan bahwa kemungkinan tidur ini adalah tidur
untuk selama-lamanya; tidur terakhir kita di alam dunia. Sebelum tidur, kita mengingat-ingat
umur kita yang telah lalu yang kita gunakan untuk permainan dan kemaksiatan.
Lalu, kita beristighfar kepada Allah dengan perasaan susah dan menyesal.
Kemudian membaca surat al-Naas, al-Falaq, al-Ikhlas, al-Kafirun, dan doa-doa sebelum
tidur. Setelah itu, kita berusaha untuk tidur dalam keadaan membaca tasbih,
tahmid, takbir, istighfar, dan dzikir.
5. Ketika
kita mendapatkan kenikmatan atau cobaan, jangan lupa hakikat bahwa tidak ada
yang memberi manfaat dan tidak ada yang menolak madharat (bahaya), kecuali
Allah Ta’ala. Semua manusia tidak bisa mengatur dirinya, apalagi mengatur orang
lain. Gantungkan hatimu kepada Allah semata, bersyukur atas nikmat-Nya, sabar
atas cobaan-Nya, dan bersimpuh di depan pintu-Nya.
6. Sesudah
melakukan shalat dan selesai dari aurod-aurodmu (bacaan wirid), maka jangan
berdiri dulu sebelum mengangkat tanganmu kepada Allah seraya berdoa dengan
segala kerendahan hati dan penuh kehinaan, meminta kepada-Nya untuk mengabulkan
hajat-hajatmu, menghindarkan dari segala ketakutanmu, dan mengampuni segala
kesalahanmu. Tidak ada kebaikan dalam shalat yang tidak diakhiri dengan doa
kepada Allah.
7. Ketika
kamu merasa ditinggalkan manusia dan dibenci oleh mereka, jadikanlah ridha
Allah sebagai pelipur hatimu. Dan ketahuilah bahwa hal itu lebih baik daripada
manusia menyukaimu tetapi engkau dibenci Allah.
8. Ketika
nafsumu menarikmu untuk ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) kepada
saudaramu, maka ingatlah bahwasanya kamu mempunyai banyak kecacatan yang
apabila Allah membukanya, niscaya kecacatanmu itu menjadi pembicaraan manusia
dan menjadi bahan pergunjingan di antara mereka. Jika kamu mengingat hal ini, kamu
akan menjadi malu kepada Allah untuk melakukan ghibah yang diharamkan
ini. Lalu kamu akan fokus untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya, yakni ditutupinya
kecacatanmu.
9. Berusahalah
sekuat tenaga untuk menjadikan modalmu yang kamu haturkan nanti di hadapan
Allah berupa hati yang suci dari kotoran kebencian. Karena ketaatan yang
sedikit itu menjadi cukup kalau keluar dari hati yang bersih. Sementara banyaknya
ketaatan tidak mencukupi kalau keluar dari hati yang kotor dan penuh dengan
kebencian.
10. Ketika
nafsumu mengajak untuk melakukan keharaman atau keluar dari perjanjian ini,
maka ingatlah akan kematian. Karena, kematian itu ketika diingat, akan
mengecilkan besarnya maksiat dan menjadikan besarnya sertaa banyaknya ibadah
dan taat.
Doakanlah saudaramu ini untuk bisa menetapi perjanjian ini, dan aku doakan kamu juga bisa menetapinya. Aamiin…
Doakanlah saudaramu ini untuk bisa menetapi perjanjian ini, dan aku doakan kamu juga bisa menetapinya. Aamiin…
Petuah KH. Muhammad Wafi Maimoen, Lc pada 29 November 2013 melalui blog pribadi dan facebook beliau.
0 comments:
Post a Comment