ads
Saturday, April 21, 2012

April 21, 2012
26
Sebut saja namanya Mas Rajaf dan Mas Fahri. Keduanya adalah menantu Pak Haji Abdul Karim. Mas Rajaf kesohor sebagai juragan ayam, sementara Mas Fahri bekerja sebagai guru sekolah dasar swasta yang bergaji tidak besar.

Ada sekitar 10.000 ekor ayam diternakkan oleh Mas Rajaf. Mulanya bisnis ini dirintis oleh Pak Haji. Cukup sukses. Namun, karena suatu hal, usaha itu lalu dihibahkan kepada Mas Rajaf sebagai penghidupan bagi istri dan seorang anaknya.

Saat itu hari lebaran. Keduanya bersama warga lain bersilaturahim ke rumah simbah Wahid, sesepuh sekaligus guru ngaji masyarakat setempat. Di tengah para tamu asyik berbincang-bincang ringan dengan Mbah Wahid, Mas Rajaf bangkit dari duduknya lalu berdiri dan menghampiri Mbah Wahid yang duduk di atas kursi reotnya.

Nyoh Mbah nggo tuku udud! (Nih, Mbah, buat beli rokok!)” ucap Mas Rajaf sambil menjatuhkan satu amplop kecil di atas meja.

Mbah Wahid terlihat kaget dengan cara Mas Rajaf bersedekah kepadanya. Namun, demi menghormati tamunya, Mbah Wahid berusaha menyembunyikan ganjalan di hatinya itu. Sementara Mas Fahri, saudara Mas Rajaf, juga terperangah. Ia tidak menduga bahwa saudaranya itu akan memberikan sedekah dengan cara seperti itu. 

Namun, itu cerita beberapa tahun lalu. Allah swt Mahaadil dan Maha Berkuasa membolak-balikkan keadaan. Kini, usaha ayam Mas Rajaf gulung tikar. Ia beralih profesi menjadi guru swasta, sementara Mas Fahri didudukkan oleh Allah sebagai manajer pemasaran di perusahaan besar di kota Bandung.

***

Kisah yang baru saja Anda baca adalah nyata. Namun, demi menjaga privasi dan kerahasiaan pelaku, nama dan lokasi sengaja saya kaburkan. Yang pokok, dari kisah di atas dapat kita petik beberapa pelajaran penting.

Pertama, jika memang ingin bersedekah, hendaklah kita lakukan dengan baik, santun, tidak disertai kesombongan, dan tidak merendahkan harga diri atau bahkan menyakiti si penerima. Apalagi terhadap yang lebih tua, semestinya dihiasi dengan rasa ta'zhim (hormat) yang tinggi. Dalam kisah di atas, Mbah Wahid mungkin saja merasa direndahkan, apalagi perlakuan Mas Rajaf kepadanya dilakukan di hadapan orang banyak. Mungkin bisa membuat malu beliau.

Kedua, memberikan sedekah sunnah secara terbuka di hadapan orang banyak, jika tidak disertai dengan hati yang benar-benar bersih dan niat yang lurus, bisa menjadi bumerang bagi yang bersedekah. Yakni, bisa memunculkan riya’, ujub, takabur, dan sifat-sifat buruk lainnya.

Ketiga, saat Mas Rajaf bersilaturahim, dia tidak sendirian, tetapi ada Mas Fahri yang hidupnya masih pas-pasan. Juga ada tamu lain yang mayoritas bukan kalangan berada. Semestinya Mas Rajaf berusaha menjaga perasaan saudaranya dan juga para tamu lain. Sebab, bisa saja Mas Fahri dan para tamu lain merasa ciut hati karena tidak bisa bersdekah seperti Mas Rajaf. Atau, bahkan bisa jadi merasa dipermalukan di hadapan Mbah Wahid karena mereka tidak bisa memberikan apa-apa, sementara Mas Rajaf bisa secara gagah dan pongah memberikan seamplop uang itu dengan terbuka.

Tentu masih banyak poin lain yang bisa Anda petik. Silakan dikupas bersama-sama di sini untuk menarik hikmah, ‘ibrah, atau pelajaran berharga dari kisah di atas. Monggo..., Anda tambahkan lagi poin keempat, kelima, dan seterusnya.




26 comments:

Akhmad Muhaimin Azzet said...

Keempat, sedekah yang diberikan dengan cara yang tidak baik berbanding lurus dengan hati yang tidak ikhlas karena Allah Ta'ala.

Irham Sya'roni said...

Akhmad Muhaimin Azzet @ Alhamdulillah, makasih Mas atas poin tambahannya untuk ibrah yang ke-4.

Sinna Saidah Az-Zahra said...

menyimak tulisan mas irham yang selalu bertema sedekah, saya lalu berpikir "jangan berkata tidak jika kita mampu menolong sesama" walau terkadang kata "tidak" itu malah justru menyusahkan diri sendiri, tapi kalau itu untuk kebaikan pasti Allah akan menolong kita.

Irham Sya'roni said...

Sinna Saidah Az-Zahra @ Benar sekali, Mbak. untuk beberapa tiga atau empat hari ke depan, tema ini masih akan saya angkat. Hehe... habis itu, baru ganti tema lain lagi. Intinya, brbagi...berbagi...berbagi... dan terus berbagi ya, Mbak. Pasti Allah menolong kita!

Anonymous said...

Yang terpenting adalah Niat bersedekah untuk Allah SWT, lebih baik mengharapkan balasannya untuk akhirat nanti ketimbang duniawi yang hanya sementara :)
Oia kawan, salam kenal ya sekalian mau ijin follow blog ini juga :))

Vpie ◥TwekzLibz◤ MahaDhifa said...

. . kayaknya gak ikhlas tuch. kok kesan nya terpaksa gitu ngasihnya. seande nya aq digitukan, pasti tak kembalikan lagi. cz buat apa mnerima dari orang yg gak ikhlas. huhh . .

Fitrianto said...

asiik..tambah ilmu lagi..postingan mas irham selalu membuat inspirasi baru.^_^

Irham Sya'roni said...

Hiaku Herry @ Benar, Kawan. Semoga kita bisa menata niat kita dalam bersedekah semata2 karena-Nya. Salam kenal balik, Kawan. Saya follback ya.

Irham Sya'roni said...

♥VPie◥♀◤MahaDhifa♥ @ Hehehe... ikut geregetan ya, Mbak? Semoga kita semua dan mereka berdua (Rojaf dan Fahri) senantiasa dibimbing oleh Allah dalam kebaikan. amin

Irham Sya'roni said...

Fitrianto @ Alhamdulillah, saudaraku Fitrianto juga selalu memacu dan merapalkan doa untukku. Moga kita sllu dlm bimbingan-Nya ya, mas. amin

Mami Zidane said...

bukan kah bersedekah malah lebih baik kalo orang lain tak perlu tahu juga ya mas...biar nggak terkesan pamer kan...?

Fajar said...

keikhlasan mudah diucapkan..namun berat untuk dilaksanakan...

Vpie ◥TwekzLibz◤ MahaDhifa said...

. . hu um maz. lumayan jengkel juga aq ma tuch orang. huhh. pake mempermalukan segala lagi. tu yg bikin aq jengkel. huhh. amieeeeennnnnnn ya robb . .

Irham Sya'roni said...

Mami Zidane @ dalam hal ini ada beberapa kmgkinan, Mami. (1) Jika itu adalah sedekah wajib, yakni zakat, sebaiknya justru ditampakkan, sbgmna rame2 pd waktu akhir Ramadhan itu, Mami. (2) jika sedekah sunnah (bukan wajib), sprti sdkah mas rajaf di atas,sbaiknya dirahasiakan.tdk ditampakkan. (3) ttpi bisa jg sedekah sunnah itu sbaiknya qt tampakkan jk memang dbutuhkan, mslnya butuh untk mendidik dan melatih keluarga qt,atau butuh memotivasi masyarakat qt yg smua pd pelit2. Salam baut Zidane, Mami.moga dpt sekolah yg baik.

Irham Sya'roni said...

Fajar @ benar mas. Namun kita hrs trs berusaha dan berdoa mnta agar diberi keikhlasan. Kata guru saya, kuncinya untk berlatih ikhlas dlm kamus hidup qt,buang kata "AKU".

Irham Sya'roni said...

VPie MahaDhiva @ hehe... Wah, aq ga bisa bayangkan gmn geregetannya klo ketemu lgsg mas mas rajaf.hehe... Denger crtanya saja sdh geregetan kya gni,apalagi lht lgsg ya.hehe

zona copas said...

ikhlas jgn pernah di ucapkan apapun kalau smpai terungkapkan akan hilang ikhlasx

Seagate said...

Kalo cara memberinya seperti itu kemungkinan besar bisa membuat orang sombong dan pamer..makasih mas atas nasehatnya :)

NF said...

harus selalu diingat apa pun yang kita lakukan akan kembali ke kita, entah itu perbuatan buruk atau perbuatan baik, sikap Pak Rajaf benar2 tidak boleh dicontoh, semoga sekarang Pak Rajaf mengerti bahwa hubungan baik kepada sesama manusia itu penting!!

Annur Shah said...

msya Allah...

Yuni said...

miris....
menjadi pelajaran bagi kita smua ;)

Irham Sya'roni said...

zona copas @ Sebetulnya, yg jadi kunci keikhlasan adalah bgaimana menata hati kita. Kadang ada yg tdk ikhlas, pdhl amalnya sdh disembunyi2kan. Ada jg yg tdk ikhlas krn sering ditampakkan. Namun tdk sdkiti jg yg hatinya ttp lurus ikhlas, wlopun ia tmpakkan amalnya.

Irham Sya'roni said...

Seagate @ Iya, Mas, kemungkinan itulah yg dikhawatirkan.

Irham Sya'roni said...

NF @ Benar sekali, Mbak, peruatan baik ataupun buruk, tanpa kita sadari akan kembali kpd kita sndiri. Smoga kita semua dibimbing oleh Allah menuju jln yg baik dan benar. amin

Irham Sya'roni said...

Annur EL- Kareem @ Na'udzubillah min dzalik...

Irham Sya'roni said...

cii yuniaty @ Benar, peristiwa trsbut di atas harus kita jadikan pelajaran agar qt tdk berbuat sprti Pal Rajaf.