ads
Saturday, March 17, 2012

March 17, 2012
16

Al-Ashmu’i, salah seorang menteri masa Khalifah Al-Manshur, terkenal dengan kegemarannya berburu. Suatu ketika, ia dan rombongannya melakukan perburuan. Al-Ashmu’i yang sangat menikmati perburuan itu tanpa sadar tertinggal dari rombongannya. Ia terpisah dan akhirnya tersesat di gurun seorang diri.

Matahari yang terik membuat kerongkongannya seperti terbakar. Ya, ia mulai kehausan. Dengan dahaga yang tak tertahankan, ia pun memacu kudanya mencari-cari sumber air untuk melepas rasa hausnya. Namun, tanpa ia duga sebelumnya, sebuah pondok sederhana sayup-sayup mulai tampak di depannya. Ia pun segera menderapkan kudanya ke arah pondok tersebut.

“Assalamu’alaikum,” ucapnya.

“Wa’alaikumussalam warahmatullah,” balas suara dari dalam.

Tak lama kemudian, keluarlah seorang wanita yang cantik jelita dari dalam pondok tersebut dan membuat sang menteri terperanjat. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ada seorang wanita cantik rela hidup di tengah gurun yang sepi.

“Maaf, adakah air barang beberapa teguk sebagai pelepas dahagaku?”

“Wah, sayang sekali, Tuan, saya hanya memiliki segelas air yang saya persiapkan untuk suami saya. Ada, setengah gelas, itu pun bekas minum saya. Kalau Tuan berkenan, silakan!” jawab si wanita cantik.

Al-Ashmu’i semakin penasaran. Ia ingin mengetahui siapa gerangan lelaki beruntung tersebut, suami dari wanita cantik yang berdiri di hadapannya itu.

Tiba-tiba, mata wanita tersebut terbelalak. Ia pun bergegas masuk ke dalam pondok dan mempersiapkan minuman dan sehelai kain pembersih (handuk). Sang menteri heran dengan perubahan mimik muka wanita cantik itu. Maka menolehlah ia ke belakang. Dilihatnya di kejauhan debu gurun yang mengepul. Semakin lama semakin tebal dan mendekat. Sesosok penunggang kuda pun mulai jelas terlihat. Ternyata, dia adalah suami wanita cantik itu. Rupanya, dia baru pulang dari berburu.

Apa yang membuat Al-Ashmu’i tak habis pikir adalah lelaki tersebut sungguh jauh dari yang dia bayangkan sebelumnya: muda, tampan, lembut, dan ramah. Al-Ashmu’i benar-benar dibuat terperangah. Ternyata, suami wanita cantik itu adalah seorang yang telah lanjut usia, buruk rupa, serta kasar dalam tindak dan tutur bicaranya. Baru saja mengikatkan tali kudanya, ia tak berhenti menghardik dan berkata-kata kasar kepada istrinya.

Yang lebih membuat sang menteri itu geleng-geleng kepala adalah sikap yang ditunjukkan wanita cantik itu kepada suaminya. Meski dihardik, ia dengan sabar dan lembut menyeka keringat di wajah, tangan, dan tubuh suaminya. Lalu, menghidangkan minuman dan makanan dengan sopan. Selayaknya seorang pelayan menghadapi rajanya.

“Subhanallah… subhanallah!” pekik Al-Ashmu’i berkali-kali dalam hati.

Sudah tiba waktunya Al-Ashmu’i untuk undur diri. Namun, untuk mengobati rasa penasarannya akan apa yang dilihatnya. Dia bertanya kepada wanita itu, “Engkau masih muda dan cantik. Tentu di sana masih banyak pemuda tampan dan kaya yang akan tergila-gila mendapatkanmu. Engkau juga baik hati dan setia. Mengapa engkau relakan dirimu hidup bersama lelaki yang kasar seperti itu? Tua dan buruk rupa lagi?”

Akan tetapi, jawaban yang diberikan wanita cantik itu sungguh semakin membuat Al-Ashmu’i terperanjat dan memuji Allah berkali-kali.

“Tuan, bukankah Rasulullah saw bersabda, ‘Agama itu terdiri dari dua bagian, yaitu syukur dan sabar.’”

“Nah, aku telah bersyukur,” lanjut wanita cantik itu. “Karena Allah telah menganugerahkan kepadaku usia muda, kecantikan, dan perlindungan. Ia membimbingku berakhlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi setengah agamaku lagi, yaitu bersabar. Ya, aku bersabar memiliki suami seperti yang Tuan lihat sekarang.”


16 comments:

Fitrianto said...

Hm..kira2 wanita sekarang ada ga ya yg seperti itu?? Kalopun ada pasti jmlahnya sangat sedikit sekali..subhanalloh..^^.
Oya mas..tukar link ya..link ant sdh ana pasang. Syukron.

Irham Sya'roni said...

@Fitrianto Semoga wanita-wanta yg ada di sekeliling kita (sanak famili atau kawan karib kita) berkarakter mulia dg kecantikan yg disempurnakan mutiara sabar dan syukur. Oke, mas, makasih dah dipasang.Btw, dipasang di bagian mana Mas? saya link blik deh

Kang Muroi said...

wah menarik sekali mas irham..

sabar dan syukur memang tidak bisa terpisahkan,
kitapun tidak boleh melihat seseorang dari rupanya saja, yang terpenting adalah takwa disisi Allah:}

Irham Sya'roni said...

@Muro'i El-Barezy Benar sekali, Mas. Sabar dan Syukur itu ibarat dua sisi mata uang: tdk bisa terpisahkan.

Fitrianto said...

Saya taruh di menu "Tukar Link" sama di depan juga "Terbaru dari teman"..^^

Irham Sya'roni said...

@Fitrianto Makasih, mas. Sudah saya masukkan jg dalam daftar Sahabt Blogger saya, juga "Yang Terbatu dari Sahabat".

mimi RaDiAl said...

Subhanallah....dimana bisa ketemu dg istri solehah spt itu di jaman ini ya mas..

Unknown said...

setuju mas, syukur dan sabar harus selaras :)

rizki_ris said...

Kunjungan pagi mas
Maaf mas baru berkunjung hehehe
Kalau baca kisah di atas saya jadi minder mas, ada wanita cantik yang sabar dan selalu bersyukur dengan keadaan yang ada
Sedangkan saya mudah sekali mengeluh dan merasa tidak puas
Mungkin saya masih harus banyak belajar dari kisah- kisah tauladan islam

Gusnaedy Fadly 48 said...

Makasihh ceritanya sobat,,,

Irham Sya'roni said...

@mimi RaDiAl Semoga masih banyak wanita-wanita shalihah di muka bumi ini, insya Allah termasuk mbak mimi RaDial jga. amiin

Irham Sya'roni said...

@rizaaal Semoga kita bisa meraih keduanya ya, mas. Sabar dan syukur.

Irham Sya'roni said...

@rizki_ris tidak perluminder, mbak. Yang terpokok, mari sama2 kita belajar dan terus berlatih agar bisa menyempurnakan sabar dan syukur. Benar begitu kan Mbak? tentunya sambil terus berdoa mohon agar bs jd org sabar dan syukur. Amiin

Irham Sya'roni said...

@Master Software Mobile Sama-sama Sobat. Moga bermanfaat. Salam kenal ya

NF said...

Subhanallah jadi malu sendiri

Irham Sya'roni said...

Kenapa malu, Mbak? :-)