ads
Friday, February 3, 2012

February 03, 2012
2
Berapa rupiah yang telah Anda siapkan untuk mengisi kotak infaq hari ini? Tak perlu Anda buru-buru menjawabnya. Buka dulu dompet Anda, lalu renungkan secara mendalam, akan dikemanakan isi dompet tersebut (jika memang ada isinya). Apakah akan dibawa untuk menuntun menuju surga atau justru menjauhinya?

Memang, kondisi setiap saku dan dompet di antara kita pasti berbeda. Ada yang gemuk. Ada yang setengah gemuk. Bahkan, ada pula yang super ramping atau bisa jadi kurus tak berisi. Karena kondisi itulah, masing-masing akan menyesuaikan tingkat kemampuannya dalam berinfak. Yang terpenting, dengan niat menegur dan menasihati diri saya pribadi, janganlah kita bakhil bin pelit menginfakkan rezeki di jalan Allah. Dengan didasari keikhlasan niat dan semangat untuk memakmurkan “rumah Allah", insya Allah beragam nominal yang kita infakkan di jalan-Nya akan dibalas dengan balasan yang super istimewa.

Saat merenung inilah, saya tertampar dan tergugah oleh tulisan Prof Dr Yunahar Ilyas di Republika hari ini yang berjudul Rahasia Kotak Infak. Berikut penuturan beliau.

***

Sudah menjadi tradisi di Tanah Air kita, umumnya masjid-masjid dan mushala menyediakan kotak infak. Sebuah kotak infak berukuran besar di letakkan secara permanen di bagian yang dianggap strategis, bisa di teras sebelum pintu masuk, atau di bagian dalam langsung setelah pintu masuk.

Jika ada pengajian, kotak infak diedarkan keliling. Begitu juga waktu penyelenggaraan shalat Jumat, tidak lupa beberapa kotak infak diedarkan dari shaf depan hingga paling belakang. Biasanya jumlah infak pada hari Jumat lebih banyak dibanding dengan infak waktu pengajian.

Begitu jugalah yang terjadi pada sebuah masjid di salah satu kota/kabupaten di Jawa Tengah. Setiap selesai rangkaian ibadah Jumat, beberapa orang takmir, kadang-kadang dibantu oleh jamaah mulai membuka kotak infak dan menghitungnya. Isi kotak infak didominasi uang recehan Rp 500, Rp 1.000, dan Rp 2.000. Sesekali terdapat uang Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, dan Rp 10 ribu.

Tetapi yang menarik perhatian, pada setiap Jumat selalu ada satu lembar uang Rp 50 ribu. Lembaran uang tersebut selalu tampil sendirian, kesepian, tidak ada temannya. Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun selalu ada uang lembaran Rp 50 ribu sendirian. Siapa dermawan itu, tak seorang pun tahu.

Sang dermawan tidak pernah sekalipun memperlihatkan uang Rp 50 ribuan tersebut, baik sengaja ataupun tidak kepada jamaah di sampingnya. Barangkali uang itu memang sudah disiapkannya sedemikian rupa dari rumah, dilipat kecil-kecil, di letakkan di kantong baju, sehingga tidak terlihat orang lain. Begitu kotak infak lewat di depannya, maka tangan kanannya langsung memasukkan uang tersebut ke dalam kotak sambil ditutup dengan tangan kirinya.
Bukan berarti menutupi tangan itu karena yang disumbangkan lebih kecil, lebih besar atau malu karena terlihat orang di sampingnya. Ia berinfak ikhlas karena Allah. Orang yang berinfak dan tidak diketahui oleh yang lain, maka dia akan mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat nanti. (Shahih Muslim No 1712).

Alhasil, selama bertahun-tahun tidak ada seorang pun yang tahu siapa dermawan itu.  Pada suatu Jumat, tiba-tiba petugas infak tak menemukan lagi uang Rp 50 ribu itu. Para penghitung saling berpandangan dan bertanya-tanya. Pada Jumat berikutnya mereka tak menemukan uang serupa. Begitu seterusnya. Para penghitung, termasuk takmir masjid jadi penasaran. Mulailah pengurus serius menyelidikinya. Akhirnya pertanyaan itu terjawab.

Pada suatu hari sehabis mengisi pengajian di masjid tersebut, saya diajak oleh pengurus masjid makan di sebuah rumah makan tidak jauh dari masjid. Sewaktu makan-makan itulah seorang pengurus menceritakan kisah uang tersebut. “Ustaz tahu, siapa dermawan itu?” tanya seorang pengurus dengan serius. Dengan antusias saya menunggu jawabannya. Pengurus itu meneruskan ucapannya: “Dermawan itu adalah Pak Haji pemilik rumah makan ini.” Saya menyelidik, “Dari mana Anda tahu?”

“Sebab, uang Rp 50 ribu itu menghilang persis dua hari setelah Pak Haji pemilik rumah makan ini meninggal dunia. Sejak itulah, uang tersebut tak pernah lagi ditemukan.” Semoga Allah SWT memberi ganjaran berlipat ganda akan kedermawanan dan keikhlasan Pak Haji tersebut.

gambar: jamaahmasjid.blogspot.com

2 comments:

Uswah said...

ini komen geje mas.. jangan ditanggepi ya.. ini juga tebakan dari temanku... jadi begini

lubangnya dimasukin trus digilir ke cowok2, apaan tuu?

#kotak infaq jumat :p

Irham Sya'roni said...

@Uswah Hahahaha... telanjur positive thinking.. maksudku negative thinking, eee ga' taunya kotak infaq. hehe... Tebakan gokil