ads
Monday, January 30, 2012

January 30, 2012
4
Kita tentu sangat hafal dengan beragam slogan kebersihan dari pemerintah atau bahkan bermacam dalil dari agama. Namun sayang, slogan atau dalil-dalil nan sakral itu kerapkali hanya fasih kita ucapkan tetapi tidak sungguh-sungguh kita wujudkan.

Lebih ironis lagi apabila yang akrab dengan lingkungan kotor itu justru mereka yang semestinya terdepan dan memberi keteladanan kepada masyarakat. Sebut saja sosok guru agama, ustadz, atau bahkan kiai. Dengan koleksi dalil-dalil agama tentang kebersihan yang dihafalnya, semestinya mereka memberi contoh bagaimana lingkungan yang bersih dan sehat. Begitu pula para pegawai atau karyawan di dinas kesehatan, tentu ironis jika kondisi rumah mereka justru tidak patut dicontoh karena kotor.

Memang tidak semua guru agama, ustadz, atau kiai seperti itu. Juga tidak semua pegawai atau karyawan dinas kesehatan seperti itu. Hanya kebetulan saja ada beberapa tokoh agama dan karyawan di dinas kesehatan yang saya saksikan sendiri kondisi rumahnya kumuh dan kotor. Kalau boleh saya sebut, mereka hanyalah “oknum”.

Di luar oknum-oknum itu, tentu ada banyak sekali yang memang menjadi teladan dalam bidang kebersihan. Salah satunya saya buktikan sendiri pada Ahad, 29 Januari 2012, saat aku sekeluarga berlibur ke Pantai Kuwaru di Dusun Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai ke sana, karena lokasinya memang tidak begitu jauh dari rumah saya.

Saat berjalan santai menyusuri pantai, tiba-tiba langkah kami dihentikan oleh serombongan anak-anak usia SD dan SMP. Semuanya berjilbab.

“Maaf, Pak, mengganggu sebentar. Kami mau minta tanda tangan Bapak,” ucap salah satu dari mereka, sementara yang lain membentangkan selembar kain putih besar ke hadapan saya.

“Mmmm…. Tanda tangan apa ya?” tanyaku kebingungan.

Seorang dari mereka lalu menjelaskan, “Kami dari TPA … Kami sedang melaksanakan gerakan pantai bersih.”

Dari penjelasan anak itu, aku tahu bahwa mereka adalah para santri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) bla..bla..bla… (Saya lupa menanyakan nama TPA-nya). Mereka sedang melaksanakan gerakan peduli kebersihan. Di header kain itu terdapat tulisan yang tidak begitu besar: “Lembar Perjanjian untuk Tidak Membuang Sampah Sembarangan.” Di bawahnya tertulis juga: “Saya Berjanji Akan Menjaga Kebersihan Pantai Ini.”

“Wah, bagus sekali kegiatan adik-adik ini,” ucapku saat membubuhkan tanda tangan di atas kain putih yang dibentangkan di hadapanku.

Seusai membubuhkan tanda tangan, saya pun berkelakar kepada mereka, “Rasanya seperti artis ya, dimintai tanda tangan.” Mereka pun tersenyum mendengar kelakarku.

“Alhamdulillah, ternyata masih banyak para ustadz-ustadzah dan para santri yang peduli kebersihan,” batinku bangga ketika melihat mereka melakukan aksi bersih-bersih pantai.

Saya dan rombongan memang tidak ikut memunguti sampah-sampah yang berserak di sepanjang pantai bersama tim TPA itu. Tetapi, setidaknya sesuai tanda tangan yang sudah aku bubuhkan di kain putih tadi, saya telah berjanji untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Bagaimana dengan Anda? Masihkah membuang sampah sembarang? Marilah mulai dari lingkungan rumah kita sendiri. Jaga kebersihan, dan jangan ogah-ogahan untuk menyapu dan membersihkannya setiap hari.

Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi)

 gambar: koleksi pribadi

4 comments:

rizki_ris said...

Kunjungan pagi sobat
Membiasakan diri untuk mencintai lingkungan harus ditanamkan sejak kecil
Kalau ada anak TPA yang peduli tentang lingkungannya menurut saya sangat bagus, berarti ustadz/ustadzanya mempunyai kepedulian yang tiggi pada pembangunan pribadi anak didiknya selanjutnya.
Sayangi lingkungan anda, insyaallah lingkungan akan menyayangi anda
#HappyGoGreen

Irham Sya'roni said...

@rizki_ris Itulah yang perlu kita budayakan di dunia pendidikan negeri ini, yakni bukan hanya belajar membaca dan menghafal materi. Tetapi lebih dari itu adalah belajar mempraktikkan serta membiasakan hidup brsih N menyayangi lingkungan.

Makasih atas kunjungannya, Sobat.

Annur Shah said...

ehhe.. pasti banyak kampanye tk mndukung kebersihan salah satunya ini...
Tapi tragis,,,, hati berkata menjaga namun perbuatan tidak diindahkan.
Buang bungkus permen, kertas sedikit kit bgd aja sembaragan...
kadang kasian juga sama petugas kebersihan..
ah ngomongin kebersihan susah... INDONESIA mngkin negara pembuang sampah semabrang terbanyak ... kali ciliwung,,, rumah kumuh sama sampah aih meirnding jdinya..

Mdahan kita snsntiasa mnggatkan keluarga tuk cinta kebersihan...

Irham Sya'roni said...

@Annur EL- Kareem Jadi teringat berita di detik.News ttg Pak Imam (tukangg sampah Indonesia) yang dipuji tukang sampah London, Inggris.

"Gerobak ini (sampah) beratnya nyaris mencapai 1 ton dan dia biasanya menariknya seorang diri," ujar Wilbur Ramirez, tukang sampah asal London tersebut.

Batinku, "Ya awajaaar lah Bung. Orang Indonesia kan suka buang sampah sembarangan. Hehehe.."

http://www.detiknews.com/read/2012/01/30/153632/1829551/1148/?991104topnews