Ucapan ibarat dua sisi dari sebuah pisau. Dengan ucapan, seseorang bisa menjadi mulia dan dihargai.
Dengan ucapan pula, ia bisa menjadi hina dan dibenci. Pendek kata, ucapan yang dikeluarkan seseorang akan menentukan nilainya di mata orang lain.
Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah, hendaklah ia berkata yang baik atau (kalau tidak bias, maka) diam” (Muttafaaq'alaih dari Abu Hurairah dan Abu Syuraih). Sementara sebuah ungkapan hikmah menyatakan : “Salaamatul insan fii hifzhil lisaan (Keselamatan manusia terletak pada penjagaan terhadap lisannya).”
Dalam Islam, ucapan yang baik bukan sekedar kata-kata, tapi juga merupakan sedekah yang bermanfaat untuk keharmonisan hidup bermasyarakat dan kemaslahatan di akhirat. Sabda Nabi SAW: "Jagalah diri kamu dari siksa neraka walau hanya dengan memberikan sebutir kurma. Maka barangsiapa yang tidak mampu, hendaklah menggantinya dengan ucapan yang mulia." (HR.Bukhari - Muslim ).
Jika ingin dekat dan harmonis dengan masyarakat, maka untailah kalimat-kalimat yang indah, bukan kalimat-kalimat yang mengesalkan. Allah SWT berfirman : “Disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bisa bersikap ramah terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Oleh karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Q.S. Ali Imran [3]: 159).
Karena itu dalam menjalankan segala aktivitas, baik sebagai pemimpin atau juru dakwah, sikap ramah dengan perkataan sopan amatlah diperlukan. Sikap ini sangat penting dan bisa menunjukkan kecerdasan emosi seseorang. Seorang pemimpin atau juru dakwah yang tidak mampu bersikap ramah dan berbicara sopan hampir bisa dipastikan dia juga tidak akan mampu menarik minat orang untuk menuruti perintahnya secara ikhlas dan atau menghargai ceramahnya. Seorang yang biasa berbisnis demikian juga dituntut untuk mampu bersikap ramah dan berbicara sopan. Pendeknya sikap ini diperlukan dalam seluruh aktivitas kehidupan.
Ada sebuah cerita, seorang wanita gemar memarahi pembantunya. Nabi lantas memanggilnya, kemudian menyodorkan makanan kepada wanita itu. “Makanlah!” kata Nabi. Wanita itu menolak dengan alasan puasa. Rasulullah SAW berkata: “Mana mungkin engkau puasa seraya memarahi pembantumu. Puasa itu justru mencegah orang berbuat buruk. Alangkah banyaknya orang yang lapar, tapi betapa sedikitnya orang yang berpuasa.”
Kata-kata kasar dan memedihkan hati merupakan salah satu sinyal kesombongan seseorang. Jika memang itu faktanya, maka marilah kita renungkan sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman: “Keagungan adalah pakaian-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang menandingi Aku dalam kedua hal tersebut, maka Aku akan membinasakannya.”
Ini membuktikan bahwa ucapan yang baik penting dibudayakan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ucapan yang baik juga harus dikedepankan dalam menyampaikan perintah, gagasan, pendapat, saran, menuntut hak, bermusyawarah bahkan dalam berdemonstarasi sekalipun.
Seorang penyair berkata : “Jagalah lisanmu wahai manusia. Jangan sampai menggigitmu karena ia laksana ular berbisa. Sebab, telah banyak orang yang mati dibunuh karena lisannya.”
Simpulannya, jangan mengumbar lisan karena hanya akan menjerumuskan kita ke perilaku setan. Kita tahu, Pena Allah tidak akan mengalpakan satu pun perkataan yang diucapkan manusia. Ia pasti mencatat dan memasukkannya ke dalam buku amal.
---------------------------------------
Tulisan ini dipublikasikan di koran Bernas Jogja pada Jum'at, 23 November 2007.
0 comments:
Post a Comment