Mengenang kejadian tadi
malam membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Ceritanya, saat adzan isya’
berkumandang --tanpa terlebih dahulu mengecek jadwal kultum--, cepat-cepat
kutancap gas menuju masjid tempat malam itu aku harus berceramah.
Setelah
memasuki pelataran masjid, tiba-tiba muncul keraguan; benarkah malam ini aku
bertugas di masjid ini? OMG, ternyata aku salah jadwal. Buru-buru balik kanan,
lalu maju jalan…
Peristiwa
semalam membuat ingatanku kembali ke beberapa tahun lalu. Selepas sahur aku
lajukan motor menembus gelap dan menerabas udara dingin melalui persawahan yang
menghampar. Sesuai lembar jadwal yang diberikan kepada saya, subuh hari Selasa
adalah jadwal saya memberi ceramah di masjid tersebut.
Akan tetapi...
Akan tetapi...
“Sepertinya
ada yang tidak beres nih?” batinku, mengamati gelagat kurang sehat dari para
takmir masjid.
Selesai shalat Shubuh, seorang takmir menghampiri saya.
“Aduh,
maaf, Pak. Kami benar-benar khilaf dan teledor!” ucap perwakilan takmir, salah
tingkah.
“Ada
apa, Pak?”
“Kami
salah membuat jadwal, Pak,” ujar Pak takmir tersebut. “Semestinya pagi ini
memang jadwal Bapak. Tetapi, kami lupa. Kami justru meminta Pak Kiai Ahmad
supaya berceramah pagi ini.”
Saya
lihat di pojok depan, di dekat mimbar, seorang lelaki bersurban duduk tenang di
sana. Dilihat dari fisiknya, sepertinya beliau seusia dengan ayahku. Aku
menduga, bahkan yakin, beliau adalah Pak Kiai Ahmad, sebagaimana dituturkan Pak
takmir tadi. Segera saya hampiri beliau lalu menyalaminya.
“Kami
harap Pak Kiai berkenan memberi tausiyah,” pintaku.
“Loh,
ini kan jadwalnya sampeyan,” jawab Pak Kiai.
“Khusus
pagi ini saya memilih jadi pendengar saja, Kiai. Ngalap berkah
panjenengan! ”
“Gimana
kalau kita duet saja?” usul Pak Kiai.
“Ah,
Pak Kiai ini ada-ada saja!”
Heheh...
kami pun tertawa kecil.
*)
Demi keselamatan jiwa, nama dan tempat sengaja disamarkan. ^_^
4 comments:
jadi gimana gitu ya rasanya ustadz....
Rasanya nano-nano banget, Mas. :)
hahaa.. kalo kata orang jawa "menang umur", cqiqiqii.. akhirnya ya ngalah2an.. tapi kyai yang bener ya seperti itu, ndak merasa nuwek i, gak "kawakek" hehehe
Kawakek itu jamak dari 'Kakek', ya, Mbak? Hehe... bisa saja Mbak Uswah nih. :)
Post a Comment