ads
Thursday, August 14, 2014

August 14, 2014
10

Dulu, sebelum dan ketika hari pertama masuk sekolah, si kecil Ewa selalu berceloteh ria, “Aku senang sekolah! Besok aku mau sekolah!” Entah mengapa hari-hari setelah itu tidak pernah lagi kudengar celoteh riangnya itu. Setiap mendengar kata ‘sekolah’ atau sekadar melihat seragam sekolah, rona mukanya seketika berubah murung. “Aku tidak mau sekolah!” ucapnya, seperti ada ketakutan hebat yang ia tahan.

Aku berpikir mungkin istilah ‘sekolah’ terlalu menakutkan baginya. Karena itulah aku mencoba merayunya dengan mengganti kata ‘sekolah’ menjadi ‘tempat bermain’.

“Yuk, Baba antar ke tempat bermain bersama teman-teman, ya. Asyik, lho!” bujukku.

Tapi, si kecil Ewa tetap tidak mau. Dia mungkin tahu, mau disebut ‘sekolah’, ‘tempat bermain’, atau sebutan-sebutan lainnya, tetap saja intinya sama. Menurut cerita bundanya, bisa jadi ketakutan Ewa karena seorang teman kelasnya yang suka berulah dan berbuat kasar. Tidak hanya kepada Ewa, tetapi juga kepada anak-anak yang lain. Namun, aku tidak begitu saja yakin dengan penuturan istriku. “Mungkin ada masalah lain yang membuat Ewa tidak sesemangat dulu,” terkaku.

Pagi tadi saya antar Ewa ke sekolahnya. Benar, dia tidak mau turun dari motor. Dia pegang erat-erat tubuhku. Bahkan, saat aku coba merayunya dengan bermain di halaman sekolah, dia tetap memilih merekatkan tubuhnya kuat-kuat dalam gendonganku. Sampai akhirnya, tangisannya pun pecah saat tubuhnya berpindah ke tangan gurunya, karena aku harus meninggalkannya untuk pergi ke tempat kerjaku.

 “Akhir-akhir ini Ewa memang selalu mengawali kegiatan paginya di sekolah dengan menangis dulu. Sebentar. Tidak lama. Setelah itu dia akan diam lalu menikmati aktivitas bermain dan belajar di kelasnya,” kata istriku.

“Ewa, Sayang, Baba sangat merindukan celoteh riangmu seperti dulu. ‘Horeee… Asyik… aku mau sekolah!’ sorakmu senang setiap hari. Dulu. Aku yakin besok engkau akan kembali ceria dan berceloteh riang seperti dulu.”

10 comments:

Asep Haryono said...

Anak anak memang sering begitu, Putri saya yang kecil pun sudah "ribut" mau sekolah. Mudah mudahan si kecil Ewa akan selalu bersemngat untuk pergi ke sekolah seperti dulu, Aminnnnnnnn

Irham Sya'roni said...

Aamiin... Makasih support dan doanya, Mas. Putri Mas Asep kelas berapa?

musyrifin said...

oooalah ndak karena kena bully khan sob....?
==========================
pakan kelinci pedaging

Yayack Faqih said...

tangisan seorang anak adalah bahasa, bahasa itu yg harus di cari kita sbg orang tua. iya, ponakan saya juga pagi2 kalo mo sekolah mesti berantem dulu sama ibunya. kalo di bujuk lama2 juga si anak bisa juga berangkat sekolah.... semoga menjadi org tua yg bijak

Irham Sya'roni said...

Mungkin karena dikasarin temannya, Mas.

Irham Sya'roni said...

Aamiin... Terima kasih atas support dan doanya, Mas.

Devy said...

mungkin saja sudah keasyikan bermain waktu liburan panjang, jadi sela-sela indah sekolah sudah membuatnya lupa dan tidak suka dengan suasana sekolah dibanding suasana liburannya

Irham Sya'roni said...

Alhamdulillah, sesuai dg yg saya ceritakan di atas, Ewa suka banget sekolah. Hari pertama suka banget dan langsung berbaur dengan temannya. Sayangnya, hari pertama itu ada temannya yg jauh lebih besar suka suka mukul dan kasar. Setelah itu Ewa ketakutan/trauma.

eksak said...

.yang sabar ya, Baba! Ewa kan lagi adaptasi ... :)

Irham Sya'roni said...

Terima kasih, Mas. Mohon doanya semoga kembali semangat bersekolah seperti sebelumnya.