"Wah, cantik sekali perempuan itu," ujarku suatu hari kepada istriku.
"Mas terpesona kepada kecantikan wanita itu?" tanya istriku.
Aku menggangguk perlahan tanpa sedetik pun melepaskan pandangan dari
pesona wanita itu. Beuuuugghhh... cantiknyaaa! Tak habis-habisnya aku
memuji kecantikan wanita itu.
Istriku menepuk pundakku perlahan, tapi cukup mengacaukan imajinasiku. Imajinasi tentang wanita penuh pesona tadi.
"Datangilah sumber pesona itu, suamiku!" ucap istriku.
Apaaa? Apa aku tidak salah dengar? batinku.
"Beneran engkau memintaku mendatangi wanita itu, istriku?" tanyaku memastikan.
"Bukan, suamiku. Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin engkau mendatangi langsung sumber pesona itu. Bukan wanita itu."
"Sumber pesona? Maksudmu?"
"Bukankah pesona wanita itu tidak muncul begitu saja, suamiku? Dia
muncul karena banyak aib dan kekuarangannya yang dihijab oleh
Tuhannya, sehingga tampaklah wanita itu serupa manusia sempurna yang penuh pesona."
"Lalu, siapa yang kaumaksud dengan sumber pesona itu?"
"Dia-lah Sang Yang Maha Penguasa pesona; Nurun 'ala Nur (Cahaya di atas cahaya); Pemilik pesona dan cahaya yang abadi."
Jleebbbb! Serasa tertusuk panah. Ah, benar juga, mengapa sedari tadi aku tidak berpikir untuk mendatangi pusat segala pesona lalu memuji-Nya sebanyak-banyaknya? Beruntung istriku menepuk pundakku; menyadarkanku dari ketergilaanku pada pesona wanita itu.
Bergegas kudatangi langsung Sumber
Segala Pesona itu, seraya memohon ampun kepada-Nya, memuji-Nya, dan bertasbih sebanyak-banyaknya kepada-Nya.
*) Mengapa selalu saja kita menyia-nyiakan waktu hanya untuk menggilai pesona-pesona yang
sifatnya maya dan sementara? Harta, wanita, tahta, gelar akademik,
popularitas, dan sebagainya. Mengapa keterpesonaan terhadap semua itu membuat kita
lupa kepada Sumber Segala Pesona? Semoga kita senantiasa mendapat hidayah
untuk selalu mengagumi dan mencintai sumber serta pusat segala pesona; Allah 'Azza wa Jalla. Aamiin...
Sumber gambar
Sunday, May 11, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment