Adapun
hakikat niat ada di dalam hati, yang jika dilafalkan maka akan mewujud dalam
redaksi/bacaan seperti ini:
نَوَيْتُ
صَوْمَ رَمَضَانَ
Nawaitu
shauma ramadhana.
“Saya
berniat puasa Ramadaan.”
Walaupun
tidak menyebut kata fardhi atau fardhan, niat di atas sudah cukup
dan sah. Pasalnya, puasa yang dilakukan oleh seorang muslim pada bulan Ramadhan
pastilah puasa fardhu, tidak mungkin puasa sunnah.
Akan
tetapi, jika ingin berniat lebih sempurna lagi, bisa menggunakan redaksi/lafal
di bawah ini.
نَوَيْتُ
صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا
للهِ تَعَالَى
Nawaitu
shauma ghadin ‘an ada-i fardhi syahri ramadhani hadzihis-sanati
imanan wahtisaban lillahi ta’ala.
“Saya
niat berpuasa esok hari untuk melaksanakan kefardhuan bulan Ramadhan tahun ini
karena iman kepada Allah Ta’ala dan hanya mengharapkan ridha-Nya.”
Menurut
madzhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan harus dilakukan setiap malam. Adapun waktu
malam terbentang luas mulai dari tenggelamnya matahari (maghrib) sampai
terbitnya fajar (shubuh). Jadi, tidak ada kewajiban dalam berniat harus
menunggu selesai shalat Tarawih dan Witir dulu. Akan tetapi, menurut Imam
Malik, berniat pada malam pertama Ramadhan dengan niat puasa satu bulan penuh
itu sudah dianggap cukup.
Berikut
adalah contoh redaksional niat puasa satu bulan penuh, sebagaimana pendapat
Imam Malik.
نَوَيْتُ
صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فَرْضًاللهِ تَعَالَى
Nawaitu
shaumi jami’i syahri ramadhani hadzihis-sanati fardhan
lillahi ta’ala.
“Saya
berniat puasa seluruh bulan Ramadlan tahun ini fardhu karena Allah Ta’ala.”
Bagaimana
dengan Niat Puasa Sunnah?
Berbeda
dengan puasa fardhu, niat puasa sunnah boleh dilakukan pada siang hari sebelum
tergelincirnya matahari, dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan
puasa. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Saw, sebagaimana diceritakan oleh
Aisyah, Ummul Mu’mini.
“Pada
suatu hari Rasulullah menemuiku,” kata Aisyah. “Beliau lalu bertanya kepadaku, ‘Apakah
engkau memiliki sesuatu?’ Aku menjawab bahwa hari ini aku tidak memiliki apa
pun. Beliau lalu berkata, ‘Kalau begitu aku berpuasa saja.’” (HR. Muslim)
Haruskah
Niat Diucapkan dalam Bahasa Arab?
Perlu
kita ketahui bahwa sejatinya niat berada dalam hati, tidak wajib diucapkan, dan
tidak harus dalam bahasa Arab. Tidak wajib diucapkan bukan berarti kita tidak boleh mengucapkannya,
lho. Apalagi, sampai divonis dosa dan sesat gara-gara mengucapkannya, wah... tentu berlebihan deh. Kita boleh saja mengucapkannya, baik dalam bahasa Arab maupun
bahasa yang lain, dengan tujuan sekadar membantu mengingatkan hati agar tidak
lupa berniat. Mau menggunakan bahasa Inggris, boleh; bahasa Jawa, silakan; bahasa Jepang, oke; bahasa cinta, ehemmm; bahasa rindu, ......... :)
Karena
hakikat niat berada dalam hati, maka terbilang cukup apabila terbersit dalam hati
kita “Inyong sesuk poso Romadon! (Besok aku berpuasa Ramadhan).” ^_^
Selamat
bersantap sahur!
16 comments:
aku setuju sama lafad niat di atas.. biasanya kalo di masjid2 yang dibaca romadhona hadzihi sanati, padahal yang sesuai kaidah bahasa arab ada 2 versi:
romadhona hadzihi sanata
atau romadhoni hadzihi sanati
Dari dua versi itu, versi kedua mungkin lebih tepat, ya, Mbak. Sementara yang pertama cenderung fasid.
terimakasih banyak artikelnya, sangat bermanfaat
http://www.tokoobatku.com/obat-tekanan-darah-tinggi-herbal/
Sama-sama, terima kasih.
Waktu malam petama Ramadan lalu, saya niatnya taqlid pada Imam Malik :)
Sama, Mas. Di mushalla-mushalla sini juga begitu, walaupun setiap malamnya juga tetap tabyitun-niyyah ala Syafi'iyah. :)
Niat memang menjadi hal yang paling utama dalam menjalankan ibadah puasa maka dari itu apabila puasa tidak di sertai dengan niat maka puasa tersebut tidak sah .lengkap banget kang niatnya :) terimakasih sudah mengingatkan
Makasih penjelasannya mas. Dari dulu sll ikut masjid tanpa tau perbedaan seperti ini.
sip ;)
Sippp juga, Mbak. :)
Terima kasih kembali, Mbak Ayu. Mengikuti apa yang biasa dilakukan di masjid situ, itu sudah tepat kok, Mbak.
Begitulah niat, Mas. Jika diurai dan dikaji mendalam, bisa jadi panjang. :)
Terima kasih sudah berkunjung, ya..
Selamat menyambut buka puasa.
Alhamdulillah... Nambah lagi ilmu puasa hehe
Alhamdulillah... :)
Persis seperti yang diajarkan ustadz kami, terimakasih ilmunya...����
Sama-sama, terima kasih kembali.
Post a Comment