Rasulullah Saw bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ
الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
"Tidaklah orang yang kuat itu yang ahli gulat, tapi yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa sejatinya musuh terberat kita bukanlah orang lain yang menjadi lawan kita, melainkan nafsu yang bersemayam dalam diri kita sendiri. Keberhasilan menguasai nafsu saat membuncahnya emosi merupakan kesuksesan besar sebagaimana disebutkan Nabi dalam hadits di atas.
Menguasai nafsu atau menahan emosi memang tidak mudah. Ada pertempuran hebat dalam diri sendiri yang harus kita menangkan. Akan tetapi, dengan mempraktikkan tips atau terapi dari Rasulullah berikut ini, insya Allah kita berhasil menahan emosi.
Pertama, memohon perlindungan kepada Allah dengan membaca ta’awudz:
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
Alkisah, suatu hari pada masa Rasulullah, ada dua orang yang saling memaki sehingga satu di antaranya memerah wajahnya dan urat lehernya menegang. Maka, Rasulullah bersabda:
إِني لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ
Kedua, diam dan menjaga lisan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
Ketika marah, kesadaran dan akal sehat kita hilang. Akibatnya, tidak jarang tanpa kita sadari dan tanpa terkendali kita mengeluarkan kata-kata buruk yang justru menjadi pundi-pundi dosa. Karena itulah Rasulullah mengingatkan:
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ
Ketiga, mengambil posisi lebih rendah
Orang marah itu cenderung selalu ingin lebih tinggi. Semakin dituruti maka semakin bernafsu lebih tinggi lagi. Karena itulah Rasulullah mengajarkan agar kita meredam marah dengan cara mengambil posisi lebih rendah dari posisi sebelumnya. Jika kita sedang berdiri maka duduklah. Jika sedang duduk maka tidurlah.
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
Mengapa duduk dan tidur?
Al-Khithabi menjelaskan: Orang yang berdiri, mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan memukul. Seperti ini apa yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perintah beliau untuk duduk, agar orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya, yang bisa jadi menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu. (Ma’alim As-Sunan, 4/108)
Keempat, segera berwudhu atau mandi
Rasulullah bersabda:
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Dalam hadits lain disebutkan:
الغضب من الشيطان ، والشيطان من النار ، والماء يطفئ النار ، فإذا غضب أحدكم فليغتسل
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment