ads
Monday, January 20, 2014

January 20, 2014
6
Suatu ketika, Imam Abu Hanifah berpapasan dengan seorang anak kecil yang
berjalan mengenakan alas kaki yang terbuat dari kayu. Spontan, ia mengingatkan anak tersebut, “Hati-hati, Nak, jangan sampai kamu jatuh.”

Mendengar nasihat dari sang Imam, anak kecil itu tersenyum manis. Lalu, ia bertanya, “Maaf, siapakah nama Tuan?”

Pertanyaan itu terlontar dari seorang anak kecil yang sebenarnya ia telah mengetahui nama asli sang Imam.

Imam Abu Hanifah menjawab, “Nu’man.”

“Benarkah? Benarkah Tuan bernama Nu’man? Benarkah Tuan yang selama ini terkenal dengan sebutan Imam Abu Hanifah, al-imam al-A’zham (imam agung)?”

“Jangan berlebihan, aku tidak pernah menyematkan gelar itu untuk diriku sendiri. Namun, masyarakatlah yang menghendakinya.”

Setelah itu, meskipun belum cukup umur, anak tersebut berbicara layaknya orang dewasa, “Wahai Imam, hati-hatilah dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara gelar tersebut. Alas kakiku yang terbuat dari kayuku ini mungkin hanya menjatuhkanku di dunia. Namun, gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam api neraka yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”

Seketika itu, Imam Abu Hanifah diam seribu bahasa. Ia pun tersungkur menangis. Ia bersyukur lantaran mendapat nasihat tersebut. Terlebih nasihat itu datang dari seorang anak yang masih kecil.



sumber gambar 

6 comments:

Unknown said...

semoga kita tidak termasuk orang-orang yang sombong . . . . aamiinn . . .

Arif Rahman Hakim said...

Hay sobat, blogwalking di sore hari.
Jangan lupa kunjungin juga yaah http://www.ariiff-rahman.com/

Aisyah said...

masyaAllah ceritanya bagus,
Hari begini seorang anak menasehati orang yang lebih tua, malah dibilang sok tahu, siapa kamu. lain dengan cerita ini Imam Abu Hanifah dengan kerendahan hatinya mendengar sampai nangis, salut juga untuk anak itu.

Irham Sya'roni said...

Aamiin... Aamiin ya Rabbal'alamin

Irham Sya'roni said...

Terima kasih atas kunjungannya. Salam silaturrahim

Irham Sya'roni said...

Begitulah keteladanan yg diberikan oleh salafush-shalih kepada kita. Semoga kita bisa meneladaninya, ya. Aamiin