ads
Tuesday, October 30, 2012

October 30, 2012
16

Idul Adha telah berlalu. Dalam hari raya itu, selain menyembelih hewan kurban, umat Islam juga sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca dan mengumandangkan takbir, tahmid, dan bacaan-bacaan serangkaiannya. Kesunnahan membaca takbir Idul Adha ini dititahkan kepada umat Islam selama 4 hari, yakni tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Pada tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya, setiap malam hari raya atau sering disebut oleh kita sebagai malam takbiran, di kampung saya dan kampung-kampung lainnya di sekitar tempat saya tinggal gema takkbir terdengar membahana di mana-mana. Di masjid, mushalla, hingga setiap jalan pun banyak orang yang bertakbir. Ada yang berjalan kaki dan ada pula yang berkendaraan, baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Ada yang membawa obor dan ada pula yang membawa lampion serta aksesoris lainnya.

Begitulah gambaran kemeriahan malam takbiran tahun-tahun lalu di kampung kami, tetapi tidak pada tahun ini. Pada tahun ini, malam takbiran yang biasanya semarak dan meriah tiba-tiba berubah sepi. Masjid dan mushalla sepi. Di jalan pun tidak terlihat rombongan anak-anak dan muda-mudi yang bertakbir seperti tahun-tahun lalu. Usut punya usut, ternyata muda-mudi mengikuti lomba takbir di daerah lain. Sementara anak-anak berbondong-bondong ke sana untuk menonton kakak-kakak mereka berlomba. Lalu ke mana para orang tua? Tentunya orang tua mendampingi anak-anak mereka menonton lomba tersebut.

Lomba takbir bisa jadi merupakan bagian dari syiar. Namun, jika syiar ini justru membawa efek lain yang tidak kita harapkan tentu kita perlu melakukan peninjauan ulang agar syiar utama yang diperintahkan oleh agama bisa terlaksana. Syiar utama yang saya maksud adalah berkumandangnya takbir di segala tempat dan daerah, bukan di satu titik saja.

Karena itulah saya terpantik untuk menyumbangkan usul dan saran saya sebagai berikut.
  1. Agar pada malam takbiran gema takbir berkumandang di mana-mana sebagaimana dititahkan oleh agama, sebaiknya lomba takbir digelar pada malam 11 atau 12 atau 13 Dzulhijjah, bukan pada malam 10 Dzulhijjah.
  2. Tetapi jika pihak-pihak terkait tetap menghendaki lomba pada malam 10 Dzulhijjah, sebaiknya tidak menerima peserta lomba dari kampung, desa, atau daerah lain. Agar umat Islam di kampung atau daerah lain tetap mensyiarkan takbir di daerahnya masing-masing.

Baca juga:
  


       Tulisan ini telah dipublikasikan juga di surat kabar harian KEDAULATAN RAKYAT Yogyakarta pada 4 November 2012. Ini arsip/klipingnya:

16 comments:

Kang Muroi said...

usulan yang bagus mas, semoga panitia bisa memperbaikinya tahun depan...

weather station said...

wah semangat deh yg ikut lomba takbir hehe

mimi RaDiAl said...

Tapi spt nya tahun ini gema takbir itu makin ga berasa Baba,,,di tempat Mimi kyk ga lebaran aja Idul Adha kemaren, takbir hanya sebentar trus itu pun seadanya aja kliatannya, smntr anak2 muda malah wara wiri dijalan dg kendaraan masing2 hmmmm...sedih bgd Ba :(

eksak said...

emang meti di gituin ya sob! gak kayak di tempat gue, sepi!!! :(

Nurin Ainistikmalia said...

Itu usulan sudah dibaca panitia belum? kalau di tempat saya takbirannya rame, di atas kapal, mennyusuri Sungai ..:)

lang lang blog said...

amalan utama di hari raya takbir ya sob, dengan maksud unsur syi'arnya yang ditonjolkan

mahbub ikhsan said...

ingetttt...waktu kecill...ni ustadz...kalo dengan takbiran...

Irham Sya'roni said...

siPPP, Mas, semoga bisa ditindaklanjuti oleh panitia untuk even serupa padsa tahun2 yg akan datang.

Irham Sya'roni said...

Alhamdulillah... dalam segala bentuk kebaikan semoga kita tetap diberi kekuatan dan semangat, Mas.

Irham Sya'roni said...

Semoga pada lebaran2 yg akan datang kesakralan dan syiar takbir bisa makin diresapi dan terejawantah dalam keseharian kita, Mi. Ga cuman grubyak-grubyuk ke sana kemari, muda-mudi.

Irham Sya'roni said...

Semoga besok2 kembali rame, Mas. Biar ga sepi gitu. :)

Irham Sya'roni said...

Saya tidak kenal dan tidak tau siapa panitianya. Tapi alhamdulillah, sudah saya publikasikan juga di Koran Jogja, jadi insya Allah semua orang membacanya termasuk panitia yg terlibat di sana.

Takbiran naik perahu...?? Waaahhh... kaya'nya asyik banget tuh. Lain wkatu aku dikasih lihat foto2nya ya. pasti seru

Irham Sya'roni said...

Benar sekali, Mas, unsur syi'ar itulah yg musti kita kedepankan. Dan lagi perintah dari agama kan syi'ar di semua tempat, bukan cuma di tempat lomba. :)

Irham Sya'roni said...

Pasti waktu kecil suka ikutan naik mobil sama temen2 untuk takbiran sambil nyalakan mercon ya, Mas. :)

Unknown said...

Saya tidak banyak komentar tentang ini mas karena sangat bagus dan patut di usulkan kepada pihak IREMA di kampung saya :)
Mau tanya mas kalau malam hari raya idul fitri boleh gak takbiran sampai larut malam seperti pada malam idul adha ?

Irham Sya'roni said...

Bukan hanya boleh, Mas, malahan disunnahkan terus mengumandangkan takbir sampai pelaksanaan shalat Id.