ads
Wednesday, October 1, 2014

October 01, 2014
14

Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa Ki Ageng Selo adalah keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Pernikahan Brawijaya V dengan Putri Wandan Kuning melahirkan Bondan Kejawen atau Lembu Peteng. Lembu Peteng yang menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub, menurunkan Ki Ageng Getas Pendawa. Dari Ki Ageng Getas Pendawa lahirlah Bogus Sogom alias Syekh Abdurrahman alias Ki Ageng Selo.

Lantas, bagaimana jluntrung-nya Ki Ageng Selo bisa disebut penurun raja-raja Mataram? Ki Ageng Selo menurunkan Ki Ageng Ngenis. Ki Ageng Ngenis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan menurunkan Panembahan Senapati. Dari Panembahan Senapati inilah diturunkan para raja Mataram sampai sekarang.

Di antara warisan Ki Ageng Selo yang sangat berharga adalah Pepali Ki Ageng Selo, yaitu kata-kata hikmah berupa wejangan, nasihat, atau wasiat. Saat ini, pepali tersebut ditulis sangat besar dan dipasang di depan pintu masuk Makam Ki Ageng Selo. Pemasangan ini mungkin dimaksudkan agar siapa saja yang memasuki kompleks ini selalu mengingat pepali beliau tersebut.

Makam Ki Ageng Selo berada di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Di desa ini pula saya dilahirkan. Bahkan, rumah tempat lahir saya hanya berjarak sekira 50 meter dari kompleks makam. Sejak berumah tangga, saya lantas berpindah kependudukan, dari Selo ke Bantul. Walaupun saya tidak lagi tercatat sebagai penduduk Desa Selo, tetapi hati dan doa saya tetap tertaut untuk desa tersebut. Sebab, di sanalah bapak saya dan simbah-simbah saya dimakamkan. Di sana pula ibu saya dan saudara-saudara saya tinggal.


Pepali Ki Ageng Selo di Kompleks Makam Ki Ageng Selo


Adapun pepali beliau adalah sebagai berikut:
1.   Aja agawe angkuh (jangan bertindak angkuh)
2.   Aja ladak lan aja jail (jangan bengis dan jahil)
3.   Aja ati serakah (jangan berhati serakah)
4.   Lan aja celimut (jangan panjang tangan)
5.   Aja mburu aleman (jangan mencari pujian)
6.   Aja ladak; wong ladak pan gelis mati (jangan bengis dan emosian, bisa cepat mati)
7.   Aja ati ngiwa (jangan condong ke kiri)


Berikut Pepali Ki Ageng Selo yang diuntai dalam bait-bait indah oleh Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf.

#
Allahumma sholli 'ala sayyidina
Muhammadin thibbil qulubi wadawa’iha
Wa'afiyatil abdani wa syifa'iha
Wa nuril abshori wadhiya’iha
Wa ala alihi washohbihi wasallim

Pepali Ki Ageng Selo amberkahi
Ojo gawe angkuh, ojo ladak lan ojo jail
Ojo ati serakah lan ojo celimut
Ojo buru aleman lan ojo ladak
Wong ladak pan gelis mati, lan ojo ati ngiwo
 Kembali ke-#

Niruho wong mulyo, habaib ulomo
Niyat hormat golek tsawab ujar berkah kang minulyo
Ojo sampe modo, ora keno nyelo
Luwih becik derek tindak lampah pinuji minulyo
Tembung alus ati ati, lungguhe ojo sembrono
Kembali ke-#

Sopo nandur bagus, bakal panen ugo
Seneng ayem bahagia, anak putu sak kluwargo
Lamun dadi penggede, printah anak buahe
Ojo nganti keras kaku, sak seneng karepe dewe
Dadiyo siro pelindung, printah kelawan kiro kiro
 Kembali ke-#

Iling lan waspodo, dawuh kang utomo
Senengno jiwamu lan atimu, ojo salah tompo
Pitutur kang luhur, printahe agomo
Ojo simpang siur, tindak ngawur ndadekno sengsoro
Dadiyo wong agung kang minulyo, tumindak sempurno
 Kembali ke-#

Nindaki kewajiban, kanti dasar iman
Akhlak bagus tumus, sabar alus noto ati mapan
Taat lan ngabekti, perintahe gusti
Nindakno ngibadah, netepi printah amal kang pinuji
Nyadong ridho rahmat lan syafa'at saking kanjeng nabi.
Kembali ke-#




14 comments:

Muhammad Lutfi Hakim said...

Sudah lama sekali saya enggak ke makam Ki Ageng Selo.

Irham Sya'roni said...

Sama, Mas. Saya terakhir pada Desember 2013 saat mudik ke Selo. Insya Allah saya agendakan bulan depan, pas barengan haul bapak saya.

Muhammad Lutfi Hakim said...

Bulan depan? Wah, saya sudah sampai rumah belum, ya. :)

memoar biru blog said...

wahh,,, di sini kayaknya Mas Bad sama Mas Ustadz sedang reunian, nih... nama Ki Ageng Selo ngak asing dalam cerita2, ngak tau kalau makamnya dekat rumah Mas Ustadz. Grobogan gak jauh dari tempatku Jepara. jadi pengen ziarah ke sana, nih... suwun, Mas, videonya cukup memandu... ^_^

Irham Sya'roni said...

Kalau sudah balik, silakan main ke Selo, Mas. Semoga barengan dengan jadwal mudik saya sehingga bisa bertemu. :)

Irham Sya'roni said...

Alhamdulillah, melalui jasa internet bisa berkenalan dengan Mas Muhammad Lutfi Hakim dan jenengan. Semoga bisa berjodoh di alam nyata. *Haiiyyaaahhh jodoh apaan ini. :))
Kalau ada waktu, silakan berziarah ke Ki Ageng Selo, Mas.
Jenengan Jepara-nya mana?

memoar biru blog said...

Jodoh secara bathin sajalah... hihihi... Iya, nih, kita mulanya dipertemukan di blognya Mas Luthfi yang punya nama panggilan Mas Bad. Sampean berdua ini meruntuhkan bathinku, pertama Mas Bad yang sejak blog saya dibuat sering mampir komen. Yang mulanya saya cuekin jadi ngak enak juga tidak mengunjungi balik dengan meninggalkan komentar. Lalu Mas Ustadz menyusul sering-sering meninggalkan komentar membuatku luluh juga. Saya sudah cukup merasa nyaman baca-baca blog orang lain, makanya blog saya sepi... hehehe.... Saling komentar memang bisa mendekatkan, yah...

Jepara saya di Pecangaan, tepatnya Pecangaan Kulon, Mas...

Irham Sya'roni said...

Alhamdulillah, walau baru bisa lewat dunia maya, kita bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan, ya, Mas.

Oh, nama panggilan Mas Luthfi itu Mas Bad, ya? Saya malah baru tahu. Dari mana ceritanya dari Luthfi menjadi Bad, Mas? hehe

Tentang Bewe alias blogwalking, sebetulnya saya sih ingin bisa berkunjung ke sana kemari. Tetapi, karena kerjaan di sawah dan di kampung serasa padat merayap, jadinya tidak bisa aktif seperti yang hati inginkan. :)

Saya juga punya beberapa teman dari Pecangaan sewaktu ngaji bareng di Kudus. Tapi, saya tidak tahu Pecangaan mereka mana. :)

memoar biru blog said...

Iya, alhamdulillah, moga bisa langgeng, yah.

Gini, Mas, nama Mas Bad ini punya sejarah sendiri. Ceritanya khas pesantren banget. Moga Mas Badnya baca komentar ini, sehingga tidak terkesan ngrasani... hehehe... Kronologisnya bisa disimak di link berikut; http://memoarbiru.blogspot.com/2014/04/menziarahi-kematian.html, atau bisa langsung ke link berikut; http://cahpulokulon.blogspot.com/2014/01/idiosinkrasi.html

Ngomong-ngomong beneran, nih, kerjanya di sawah? Suka merendah, nih, Mas Ustadznya. Saya kira rumah mewah (mepet sawah)nya memang rumah tempat berteduh, sedang pekerjaannya saya intip di profilnya sebagai redaktur pelaksana. Atau sampingan punya sawah juga, yah...

Kalau Pecangaan itu nama kecamatan, Mas. Kalau nama desanya Pecangaan ada dua saja, yakni Pecangaan Kulon sama Pecangaan Wetan. Iya, memang banyak yang nyantri di sana. Bahkan ada juga bapak-bapak yang rutin ngaji tiap usai subuh di masjid Menoro Kudus yang diasuh Yi Sya'roni itu. Ditempuh pake sepeda motor, kan cuma perjalan dua jam dari Pecangaan. ^_^


Muhammad Lutfi Hakim said...

He-he-he.

memoar biru blog said...

Wah, guyu, Mas. Berarti sudah baca komen ini to. Tapi ngomong-ngomong ada apa ya gerangan dengan Mas Irham, pemilik blog ini, kok tumben lama ngak diupdate blognya. Jadi ngak enak, nih. Moga baik-baik saja ya keadaannya. Aminn.

Irham Sya'roni said...

Eh, kenapa gak enak, Mas?! Hehe... Gapapa kok, alhamdulillah saya sehat wal'afiat. Cuma lg belum bisa fokus ngeblog, Mas. Maklum, beginilah nasib buruh. Harus merampungkan setumpuk kewajiban sesuai deadline. Hehe...

memoar biru blog said...

Alhamdulillah, jika ternyata baik-baik saja... Pada kenyataannya kita memang hidup di alam nyata, Mas. Tentu dengan segala tanggung jawab yang dimiliki. Alam maya atau blog sekedar rumah kedua. Sukses selalu buat jenengan, Mas. Aminnn...

Irham Sya'roni said...

Sukses juga untuk panjenengan.