Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan
bahwa Ki
Ageng Selo adalah keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Pernikahan
Brawijaya V dengan Putri Wandan Kuning melahirkan Bondan Kejawen atau Lembu
Peteng. Lembu Peteng yang menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub,
menurunkan Ki Ageng Getas Pendawa. Dari Ki Ageng Getas Pendawa lahirlah Bogus
Sogom alias Syekh Abdurrahman alias Ki Ageng Selo.
Lantas, bagaimana jluntrung-nya Ki Ageng Selo bisa disebut penurun raja-raja Mataram? Ki Ageng Selo menurunkan Ki Ageng Ngenis. Ki Ageng Ngenis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan menurunkan Panembahan Senapati. Dari Panembahan Senapati inilah diturunkan para raja Mataram sampai sekarang.
Lantas, bagaimana jluntrung-nya Ki Ageng Selo bisa disebut penurun raja-raja Mataram? Ki Ageng Selo menurunkan Ki Ageng Ngenis. Ki Ageng Ngenis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan menurunkan Panembahan Senapati. Dari Panembahan Senapati inilah diturunkan para raja Mataram sampai sekarang.
Di antara warisan Ki Ageng Selo yang
sangat berharga adalah Pepali
Ki Ageng Selo, yaitu kata-kata hikmah berupa wejangan, nasihat,
atau wasiat. Saat ini, pepali tersebut ditulis sangat besar dan dipasang di depan
pintu masuk Makam Ki Ageng
Selo. Pemasangan ini mungkin dimaksudkan agar siapa saja yang memasuki
kompleks ini selalu mengingat pepali beliau tersebut.
Makam Ki Ageng
Selo
berada di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Di desa ini
pula saya dilahirkan. Bahkan, rumah tempat lahir saya hanya berjarak sekira 50 meter
dari kompleks makam. Sejak berumah tangga, saya lantas berpindah kependudukan,
dari Selo ke Bantul. Walaupun saya tidak lagi tercatat sebagai penduduk Desa
Selo, tetapi hati dan doa saya tetap tertaut untuk desa tersebut. Sebab, di
sanalah bapak saya dan simbah-simbah saya dimakamkan. Di sana pula ibu saya dan
saudara-saudara saya tinggal.
Pepali Ki Ageng Selo di Kompleks Makam Ki Ageng Selo |
Adapun pepali
beliau adalah sebagai berikut:
1. Aja agawe
angkuh (jangan
bertindak angkuh)
2. Aja ladak
lan aja jail (jangan
bengis dan jahil)
3. Aja ati
serakah (jangan
berhati serakah)
4. Lan aja
celimut (jangan
panjang tangan)
5. Aja mburu
aleman (jangan
mencari pujian)
6. Aja ladak; wong
ladak pan gelis mati (jangan
bengis dan emosian, bisa cepat mati)
7. Aja ati
ngiwa (jangan condong
ke kiri)
Berikut Pepali
Ki Ageng Selo yang diuntai dalam bait-bait indah oleh Habib
Syech bin Abdul Qadir Assegaf.
#
Allahumma sholli 'ala sayyidina
Muhammadin thibbil qulubi wadawa’iha
Wa'afiyatil abdani wa syifa'iha
Wa nuril abshori wadhiya’iha
Wa ala alihi washohbihi wasallim
Pepali Ki Ageng Selo amberkahi
Ojo gawe angkuh, ojo ladak lan ojo
jail
Ojo ati serakah lan ojo celimut
Ojo buru aleman lan ojo ladak
Wong ladak pan gelis mati, lan ojo
ati ngiwo
Kembali ke-#
Niruho wong mulyo, habaib ulomo
Niyat hormat golek tsawab ujar
berkah kang minulyo
Ojo sampe modo, ora keno nyelo
Luwih becik derek tindak lampah
pinuji minulyo
Tembung alus ati ati, lungguhe ojo
sembrono
Kembali ke-#
Sopo nandur bagus, bakal panen ugo
Seneng ayem bahagia, anak putu sak
kluwargo
Lamun dadi penggede, printah anak
buahe
Ojo nganti keras kaku, sak seneng
karepe dewe
Dadiyo siro pelindung, printah
kelawan kiro kiro
Kembali ke-#
Iling lan waspodo, dawuh kang utomo
Senengno jiwamu lan atimu, ojo salah
tompo
Pitutur kang luhur, printahe agomo
Ojo simpang siur, tindak ngawur
ndadekno sengsoro
Dadiyo wong agung kang minulyo,
tumindak sempurno
Kembali ke-#
Nindaki kewajiban, kanti dasar iman
Akhlak bagus tumus, sabar alus noto
ati mapan
Taat lan ngabekti, perintahe gusti
Nindakno ngibadah, netepi printah
amal kang pinuji
Nyadong ridho rahmat lan syafa'at
saking kanjeng nabi.
Kembali ke-#
14 comments:
Sudah lama sekali saya enggak ke makam Ki Ageng Selo.
Sama, Mas. Saya terakhir pada Desember 2013 saat mudik ke Selo. Insya Allah saya agendakan bulan depan, pas barengan haul bapak saya.
Bulan depan? Wah, saya sudah sampai rumah belum, ya. :)
wahh,,, di sini kayaknya Mas Bad sama Mas Ustadz sedang reunian, nih... nama Ki Ageng Selo ngak asing dalam cerita2, ngak tau kalau makamnya dekat rumah Mas Ustadz. Grobogan gak jauh dari tempatku Jepara. jadi pengen ziarah ke sana, nih... suwun, Mas, videonya cukup memandu... ^_^
Kalau sudah balik, silakan main ke Selo, Mas. Semoga barengan dengan jadwal mudik saya sehingga bisa bertemu. :)
Alhamdulillah, melalui jasa internet bisa berkenalan dengan Mas Muhammad Lutfi Hakim dan jenengan. Semoga bisa berjodoh di alam nyata. *Haiiyyaaahhh jodoh apaan ini. :))
Kalau ada waktu, silakan berziarah ke Ki Ageng Selo, Mas.
Jenengan Jepara-nya mana?
Jodoh secara bathin sajalah... hihihi... Iya, nih, kita mulanya dipertemukan di blognya Mas Luthfi yang punya nama panggilan Mas Bad. Sampean berdua ini meruntuhkan bathinku, pertama Mas Bad yang sejak blog saya dibuat sering mampir komen. Yang mulanya saya cuekin jadi ngak enak juga tidak mengunjungi balik dengan meninggalkan komentar. Lalu Mas Ustadz menyusul sering-sering meninggalkan komentar membuatku luluh juga. Saya sudah cukup merasa nyaman baca-baca blog orang lain, makanya blog saya sepi... hehehe.... Saling komentar memang bisa mendekatkan, yah...
Jepara saya di Pecangaan, tepatnya Pecangaan Kulon, Mas...
Alhamdulillah, walau baru bisa lewat dunia maya, kita bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan, ya, Mas.
Oh, nama panggilan Mas Luthfi itu Mas Bad, ya? Saya malah baru tahu. Dari mana ceritanya dari Luthfi menjadi Bad, Mas? hehe
Tentang Bewe alias blogwalking, sebetulnya saya sih ingin bisa berkunjung ke sana kemari. Tetapi, karena kerjaan di sawah dan di kampung serasa padat merayap, jadinya tidak bisa aktif seperti yang hati inginkan. :)
Saya juga punya beberapa teman dari Pecangaan sewaktu ngaji bareng di Kudus. Tapi, saya tidak tahu Pecangaan mereka mana. :)
Iya, alhamdulillah, moga bisa langgeng, yah.
Gini, Mas, nama Mas Bad ini punya sejarah sendiri. Ceritanya khas pesantren banget. Moga Mas Badnya baca komentar ini, sehingga tidak terkesan ngrasani... hehehe... Kronologisnya bisa disimak di link berikut; http://memoarbiru.blogspot.com/2014/04/menziarahi-kematian.html, atau bisa langsung ke link berikut; http://cahpulokulon.blogspot.com/2014/01/idiosinkrasi.html
Ngomong-ngomong beneran, nih, kerjanya di sawah? Suka merendah, nih, Mas Ustadznya. Saya kira rumah mewah (mepet sawah)nya memang rumah tempat berteduh, sedang pekerjaannya saya intip di profilnya sebagai redaktur pelaksana. Atau sampingan punya sawah juga, yah...
Kalau Pecangaan itu nama kecamatan, Mas. Kalau nama desanya Pecangaan ada dua saja, yakni Pecangaan Kulon sama Pecangaan Wetan. Iya, memang banyak yang nyantri di sana. Bahkan ada juga bapak-bapak yang rutin ngaji tiap usai subuh di masjid Menoro Kudus yang diasuh Yi Sya'roni itu. Ditempuh pake sepeda motor, kan cuma perjalan dua jam dari Pecangaan. ^_^
He-he-he.
Wah, guyu, Mas. Berarti sudah baca komen ini to. Tapi ngomong-ngomong ada apa ya gerangan dengan Mas Irham, pemilik blog ini, kok tumben lama ngak diupdate blognya. Jadi ngak enak, nih. Moga baik-baik saja ya keadaannya. Aminn.
Eh, kenapa gak enak, Mas?! Hehe... Gapapa kok, alhamdulillah saya sehat wal'afiat. Cuma lg belum bisa fokus ngeblog, Mas. Maklum, beginilah nasib buruh. Harus merampungkan setumpuk kewajiban sesuai deadline. Hehe...
Alhamdulillah, jika ternyata baik-baik saja... Pada kenyataannya kita memang hidup di alam nyata, Mas. Tentu dengan segala tanggung jawab yang dimiliki. Alam maya atau blog sekedar rumah kedua. Sukses selalu buat jenengan, Mas. Aminnn...
Sukses juga untuk panjenengan.
Post a Comment