Di Jakarta,
di Jalan Surabaya, ada suatu toko yang menjajakan aneka lampu mulai dari yang
kuno sampai yang masih baru. KH. Hasyim Muzadi tertarik untuk membelinya. Beliau
mendatangi toko tersebut lalu berbincang-bincang dengan sang pemilik toko, yang
merupakan orang Madura.
“Pak, saya ingin
beli lampu,” kata Kiai Hasyim Muzadi.
“Yang baru
apa yang kuno, Pak Aji?” tanya si penjual lampu.
Si Penjual
lampu ternyata tidak mengetahui bahwa pembeli di depannya itu adalah KH. Hasyim
Muzadi, sesepuh Nahdlatul Ulama. Karenanya, dia memanggil Kiai Hasyim dengan
sebutan Pak Aji.
“Yang kuno
berapa, lalu yang baru berapa?” tanya kiai Hasyim.
“Yang kuno itu
paling murah 2,5 juta. Kalau yang baru, murah, Pak Aji. Cuma 650.000 rupiah.”
“Saya pilih
yang kuno saja, Pak.”
Akhirnya,
Kiai Hasyim Muzadi memilih membeli lampu yang antik bin kuno. Sang pembeli lalu
menyodorkan satu lampu kepada Kiai Hasyim Muzadi.
“Loh, ini
kan lampu baru, Pak. Bukan kuno! Tadi saya kan milih yang kuno,” ucap Kiai
Hasyim kaget.
“Wah, Pak
Aji ini pembeli kok wel-rewel. Sampeyan biarkan saja lampu ini, lama-lama kan
jadi kuno sendiri, Pak Aji,” sahut sang penjual lampu dengan entengnya tanpa
merasa berdosa.
Tidak mau
berdebat terlalu lama, akhirnya Kiai Hasyim Muzadi segera mengeluarkan uang
dari sakunya. Beliau ulurkan uang sejumlah 650.000 rupiah.
“Lho, kok cuma
650.000, Pak Aji?!” ucap sang penjual lampu, kaget. “Tadi kan sudah saya bilang
kalau lampu kuno itu harganya 2,5 juta, Pak Aji. Ini rang-kurang, Pak Ajii!”
Kiai Hasyim
Muzadi tidak kehabisan akal untuk menjawab kengeyelan si penjual lampu. Beliau
katakan, “Kalau kurang, ya kurangnya nanti aku bayar kalau lampu ini sudah jadi
kuno.”
Gubrraaakkkk….!
Usaha menipu Kiai Hasyim gagal. Singkat cerita, si penjual akhirnya tahu
ternyata Pak Aji yang sedari tadi bertransaksi dengannya adalah KH. Hasyim
Muzadi, tokoh besar Nahdlutul Ulama.
“Aduuh,
maaf, Pak Kiai. Saya benar-benar ndak tahu kalau Anda ini Kiai Hasyim
Muzadi. Kalau begitu, lampunya saya diskon 50.000, Pak Kiai. Cukup dibayar 600.000
rupiah saja deh!”
Kiai Hasyim
Muzadi geleng-geleng kepala, sambil membatin, “Bukannya takut kepada Tuhan,
tapi kok malah takut kepada saya!”
*) Diceritakan langsung oleh KH. Hasyim Muzadi dalam Halal Bihalal civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun 2013.
2 comments:
hadeeeh sungguh terlalu ya penjual lampunya
Begitulah keadaan org2 yg butuh pendampingan, Mas, agar hidupnya lebih lurus.
Post a Comment