ads
Monday, August 5, 2013

August 05, 2013


Alhamdulillah, malam ini bisa mengikuti acara khatmil qur’an di Mushalla Al-Ikhlas yang penuh barakah. Sebagaimana lazimnya khatmil qur’an, selepas pembacaan doa khatmil qur’an dilanjutkan dengan pengajian/tausiyah/mau’izhah hasanah, atau apa pun istilahnya.

Alhamdulillah pula, sebelum pengajian atau mau’izhah hasanah, saya berkesempatan berbincang-bincang dengan Bapak Lurah selaku sesepuh desa. Mulai perbincangan tentang pemerintahan sampai tentang persoalan agama. Salah satu pertanyaan beliau yang memantik saya untuk mengulasnya dalam catatan ini adalah tentang shaff atau barisan shalat.

Berikut adalah pertanyaan beliau:
1.   Sabda Nabi Saw bahwa sebaik-baik shaff laki-laki adalah yang terdepan dan seburuk-buruknya adalah yang paling belakang; sedang shaff perempuan yang terbaik adalah paling belakang dan yang buruk adalah yang paling depan. Apakah ini hadits shahih?

2.   Berdasarkan hadits tersebut, jamaah ibu-ibu ternyata pada berebut tempat di belakang dan menjauh dari shaff di depan karena takut tercatat sebagai orang yang buruk sebagaimana hadits tersebut. Fenomena pemahaman seperti ini ternyata cukup merepotkan. Bagaimana solusinya atau bagaimana pemahaman sebenarnya tentang hadits tersebut?

Sepemahaman saya, hadits tersebut sekadar menunjukkan keutamaan barisan jamaah, bukan keburukan yang menghinakan apalagi dosa. Pasalnya, perempuan yang berdiri di barisan depan tentu secara logis berdiri lebih dekat kepada jamaah laki-laki yang berada di barisan paling belakang. Karena di hadapan mereka adalah jamaah laki-laki, bisa jadi kondisi ini berpotensi mencuri perhatian jamaah wanita yang terdepan tadi untuk melihat gerak-gerik jamaah laki-laki di depannya. Tentu ini akan mengurangi kekhusyukan mereka, bukan? Selain itu, kedekatan antara jamaah perempuan dan laki-laki bisa memunculkan fitnah dikarenakan ikhtilath (percampuran) mereka (laki-laki dan perempuan).

Agar mendapatkan penjelasan yang lebih gamblang tentang hal tersebut, sepulang dari pengajian khatmil qur'an saya langsung bergerak untuk menelisik beberapa referensi, mengkajinya, lalu menuangkannya dalam catatan sederhana ini.

Hasil Telisik:

1.   Hadits tersebut shahih dan terdapat dalam Shahih Muslim jilid 1 nomor hadits 440. Redaksi lengkapnya adalah sebagai berikut.


حدثنا زهير بن حرب حدثنا جرير عن سهيل عن أبيه عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خير صفوف الرجال أولها وشرها آخرها وخير صفوف النساء آخرها وشرها أولها حدثنا قتيبة بن سعيد قال حدثنا عبد العزيز يعني الدراوردي عن سهيل بهذا الإسناد


Inti dari sabda beliau Saw adalah, “Sebaik-baiknya shaff laki-laki adalah shaff terdepan dan seburuk-buruknya adalah shaff yang terakhir, dan sebaik-baik shaff wanita adalah shaff yang terakhir, dan seburuk-buruknya adalah shaff terdepan.”

Selain termaktub dalam Shahih Muslim, hadits ini tertuang pula dalam Musnad Ahmad Ibnu Hanbal, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.

Simpulannya, hadits di atas adalah shahih.

2.   Pemahaman yang kurang tepat terhadap hadits ini tentu akan berdampak kurang tepat pula dalam pengorganisasian barisan jamaah. Oleh karena itulah kita perlu bersama-sama memahami hadits ini secara tepat. Untuk mendapatkan penjelasan dan pemahaman yang tepat, kita tidak bisa mengabaikan syarh (penjelasan) dari para ulama yang mumpuni di bidangnya, yaitu ulama ahli hadits. Di antaranya adalah:

a.   Yahya bin Syaraf Abu Zakariya an-Nawawi dalam Syarah an-Nawawi ‘ala Muslim.



قوله - صلى الله عليه وسلم - : ( خير صفوف الرجال أولها وشرها آخرها وخير صفوف النساء آخرها وشرها أولها ) أما صفوف الرجال فهي على عمومها فخيرها أولها أبدا وشرها آخرها أبدا أما صفوف النساء فالمراد بالحديث صفوف النساء اللواتي يصلين مع الرجال ، وأما إذا صلين متميزات لا مع الرجال فهن كالرجال خير صفوفهن أولها وشرها آخرها ، والمراد بشر الصفوف في الرجال والنساء أقلها ثوابا وفضلا وأبعدها من مطلوب الشرع ، وخيرها بعكسه ، وإنما فضل آخر صفوف النساء الحاضرات مع الرجال [ ص: 120 ] لبعدهن من مخالطة الرجال ورؤيتهم وتعلق القلب بهم عند رؤية حركاتهم وسماع كلامهم ونحو ذلك ، وذم أول صفوفهن لعكس ذلك . والله أعلم .

واعلم أن الصف الأول الممدوح الذي قد وردت الأحاديث بفضله والحث عليه هو الصف الذي يلي الإمام سواء جاء صاحبه متقدما أو متأخرا ، وسواء تخلله مقصورة ونحوها أم لا هذا هو الصحيح الذي يقتضيه ظواهر الأحاديث وصرح به المحققون .

وقال طائفة من العلماء الصف الأول هو المتصل من طرف المسجد إلى طرفه لا يتخلله مقصورة ونحوها ، فإن تخلل الذي يلي الإمام شيء فليس بأول ، بل الأول ما لا يتخلله شيء ، وإن تأخر وقيل : الصف الأول عبارة عن مجيء الإنسان إلى المسجد أولا وإن صلى في صف متأخر ، وهذان القولان غلط صريح ، وإنما أذكره ومثله لأنبه على بطلانه لئلا يغتر به . والله أعلم



b.   Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi  (Syarah Sunan at-Tirmidzi).


قوله : ( خير صفوف الرجال أولها ) لقربهم من الإمام واستماعهم لقراءته وبعدهم من النساء ( وشرها آخرها ) لقربهم من النساء وبعدهم من الإمام ( وخير صفوف النساء آخرها ) لبعدهن من الرجال ( وشرها أولها ) لقربهن من الرجال والحديث أخرجه مسلم أيضا في صحيحه . قال النووي أما صفوف الرجال فهي على عمومها فخيرها أولها أبدا ، وشرها آخرها أبدا . أما صفوف النساء فالمراد بالحديث صفوف النساء اللواتي يصلين مع الرجال . وأما إذا [ ص: 14 ] صلين متميزات لا مع الرجال فهن كالرجال خير صفوفهن أولها وشرها آخرها . والمراد بشر الصفوف في الرجال والنساء أقلها ثوابا وفضلا ، وأبعدها من مطلوب الشرع ، وخيرها بعكسه . وإنما فضل آخر صفوف النساء الحاضرات مع الرجال لبعدهن من مخالطة الرجال ورؤيتهم وتعلق القلب بهم عند رؤية حركاتهم وسماع كلامهم ونحو ذلك . وذم أول صفوفهن بعكس ذلك انتهى . قوله : ( وقد روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان يستغفر للصف الأول ثلاثا وللثاني مرة ) رواه النسائي ، وابن ماجه ، وأحمد ، عن العرباض بن سارية


Inti dari uraian (syarh) para ahli hadits di atas adalah:
(1)     Shaff terbaik bagi laki-laki adalah yang terdepan karena mereka lebih dekat kepada imam, lebih mendengarkan bacaan imam, dan lebih jauh dari barisan perempuan. Adapun shaff terburuk bagi laki-laki adalah yang berada paling belakang karena mereka lebih dekat kepada jamaah perempuan dan lebih jauh dari imam.
        Ketentuan shaff bagi laki-laki ini berlaku secara umum, mutlak, dan selamanya.

(2)      Shaff bagi perempuan tidaklah berlaku secara umum dan mutlak, tetapi ada perincian sebagai berikut.
(a) Apabila shaff perempuan shalat bersama dengan jamaah laki-laki maka seburuk-seburuk shaff adalah yang terdepan dan sebaik-baiknya adalah yang paling belakang. Maksud seperti ini inilah yang dikehendaki oleh hadits Nabi di atas.
(b)Apabila perempuan-perempuan itu shalat tidak bersamaan dengan laki-laki maka shaff terbaik bagi mereka adalah sama seperti poin (1) di atas, yakni sebaik-baiknya shaff adalah yang terdepan dan seburuk-buruknya adalah yang paling belakang.

(3)  Apa yang maksud dengan shaff yang terburuk?
Maksud dari shaff terburuk adalah shaff yang pahalanya dan keutamaannya paling sedikit daripada shaf-shaff lainnya.

(4)  Mengapa shaff perempuan paling belakang (yang berjamaah bersama shaff laki-laki) itu lebih utama?
Karena, posisi mereka jauh dari barisan laki-laki sehingga mereka tidak akan melihat secara langsung gerak-gerik laki-laki di depannya yang berpotensi mengusik (kekhusyukan) hatinya.
Sebaliknya, apabila perempuan berdiri di shaff terdepan (yang di depannya ada barisan laki-laki) maka posisi ini bisa membuat mereka (laki-laki dan perempuan) bercampur/berbaur (ikhtilath). Mata dan hati para wanita itu pun bisa terusik oleh gerak-gerik jamaah laki-laki di depannya.

(5)   Hadits ini bertutur tentang pahala dan keutamaan barisan (shaff), bukan tentang pahala dan keutamaan shalat berjamaah. Ini harus kita pahami! Pasalnya, pahala shaff merupakan esensi tersendiri, dan pahala berjamaah juga merupakan hal tersendiri. Dengan demikian, dalam konteks shalat berjamaah, di barisan mana pun perempuan itu berada mereka tetap layak mendapatkan pahala besar atas keberjamaahannya. Dan, aka nada hitungan pahala tersendiri pula bagi mereka yang menempati shaff yang terbaik.

(6)  Nah, bagaimana jika di depan shaff perempuan itu terdapat satir/pembatas yang menutupi dan memisahkan antara mereka dan shaff laki-laki?
Jika memang demikian, maka sebaik-baik shaff bagi perempuan adalah YANG TERDEPAN dan seburuk-buruknya adalah YANG PALING BELAKANG karena dengan adanya satir ini mereka tidak dikhawatirkan lagi akan bercampur-baur (ikhtilath) dengan jamaah laki-laki. Juga tidak dikhawatirkan lagi akan terusik oleh jamaah laki-laki di shaff depannya. Kan sudah ada satir/pembatas yang menutupi mereka?!

Keterangan ini diungkap oleh Abul Hasan al-Hanafi dalam Hasyiyah as-Sanadi ‘ala Ibni Majah sebagai berikut:



قوله ( خير صفوف النساء ) أي أكثرها ثوابا (وشرها ) أي أقلها ثوابا وفي الزوائد وجاء له بالعكس وذلك لأن مقاربة أنفاس الرجال للنساء يخاف منها أن تشوش المرأة على الرجال والرجل على المرأة ثم هذا التفصيل في صفوف الرجال على إطلاقه وفي صفوف النساء عند الاختلاط بالرجال كذا قيل ويمكن حمله على إطلاقه لمراعاة الستر فتأمل .


Nah, ibu-ibu yang baik hati yang kemarin-kemarin masih suka berebut barisan paling belakang sehingga mengakibatkan barisan depan berlobang-lobang atau bahkan kosong, monggo mulai sekarang berdirilah dalam barisan (shaff) secara wajar dan semestinya. Jangan biarkan shaff-shaff depan menjadi kosong karena ketidaktepatan kita memahami hadits Nabi Saw. Bukankah sekarang ini hampir semua masjid telah memasang satir/pembatas yang menutupi barisan laki-laki dan perempuan? So, Anda tidak perlu khawatir lagi kekhusyukan shalat panjenengan akan terganggu oleh tingkah-polah jamaah laki-laki di depan Anda. 
Monggo shaf-shaff yang depan diisi dan dirapatkan lebih dulu! Rasulullah Saw bersabda: 

إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ الصُّفُوْفَ وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu mendoakan orang-orang yang menyambung shaff-shaff dalam shalat. Siapa saja yang mengisi bagian shaff yang lowong, akan diangkat derajatnya oleh Allah satu tingkat.” (HR. Ibnu Majah no. 995; shahih lighairihi).


Wallahu a'lam.


0 comments: