ads
Saturday, June 30, 2012

June 30, 2012
95
gambar
Adakah di antara sobat blogger yang masih mempunyai utang puasa? Kalau ada, buruan dibayar, ya. Mumpung masih Sya’ban. Bukankah tidak lama lagi Ramadhan akan tiba?

Pesan ini pula yang kemarin saya sampaikan kepada istri. “Masih berapa utangnya, Sayang?” tanyaku.

“Masih 8 hari, Ba,” jawabnya.

“Buruan dilunasi semua bulan ini, ya. Jangan sampai tertabrak Ramadhan baru lho.

“Iya, Ba, insya Allah bulan ini lunas semua,” sahutnya.

Pada Ramadhan kemarin, istri saya memang tidak berpuasa selama sebulan penuh. Bukan karena malas berpuasa, melainkan karena nifas setelah melahirkan anak kedua kami, Anneswa Mahdeatul Haqq. Nah, karena itulah sebelum Ramadhan 1433 H datang, dia harus melunasi utang puasanya itu.
~*~

Sobat blogger, dari pesan saya kepada istri tentang membayar utang puasa, ada beberapa hal yang bisa kita kaji di sini. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1.        Apa hukum mengqadha’ (membayar utang) puasa?
Qadha’ adalah mekanisme syari’at untuk melaksanakan suatu ibadah yang karena suatu hal  tidak dapat dilaksanakan pada waktunya. Setiap ibadah wajib yang tidak tertunaikan pada waktunya maka wajib pula mengqadha’nya, termasuk di dalamnya adalah puasa Ramadhan.

Firman Allah Ta’ala:
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ , وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا أَوْ عَلى سَفَرٍ فَعِدَّةٍ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Barangsiapa di antara kalian yang mendapati bulan (Ramadhan) maka hendaklah ia berpuasa, dan barangsiapa yang sakit atau berpergian (lalu ia tidak berpuasa) maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari yang lain.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 185)

Dalam konteks puasa Ramadhan, kewajiban membayar utang puasa (qadha’) hanya berlaku bagi mereka yang masih memiliki kemampuan dan kesempatan untuk melaksanakan qadha’-nya.

2.        Kapan waktu pembayaran utang puasa Ramadhan?
Waktu pembayaran utang (qadha’) puasa Ramadhan terbentang luas selama 11 bulan, terhitung mulai Syawal hingga Sya’ban, sebelum masuk bulan Ramadan berikutnya. Jadi, kita boleh membayar utang puasa kapan saja dari 11 bulan tersebut. Sangat luas waktunya, kan? Tapi keluasan waktu ini hanya berlaku bagi kita yang meninggalkan puasa karena ada udzur syar’i (alasan yang dibenarkan oleh syari’at), semisal haid, nifas, sakit, musafir, dan sebagainya. Walaupun waktu qadha’ puasa sangat luas, kita tetap disunnahkan bersegera membayarnya agar segera pula kita terbebas dari utang-utang tersebut. Bukankah lebih cepat lebih baik?

Tentang hal ini, Aisyah (istri Rasulullah) pernah berkata:
كَانَ يَكُوْنُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيْعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلاَّ فِي شَعْبَانَ .
“Dahulu aku memiliki tanggungan/hutang puasa Ramadhan, dan tidaklah aku bisa mengqadha’nya (karena ada halangan sehingga tertunda) kecuali setelah sampai bulan Sya’ban.” (H.R. al-Bukhari)

Perlu ditegaskan kembali bahwa keluasan waktu meng-qadha’ puasa ini hanya berlaku bagi mereka yang meninggalkan puasa karena ada udzur syar’i. Namun, bagi mereka yang meninggalkan puasa tanpa ada alasan yang bisa diterima oleh syari’at (tanpa ada udzur syar’i), semisal karena malas, maka mereka wajib meng-qadha’ sesegera mungkin (mubadarah) hingga tertunaikan semua utang puasanya.

Tentunya qadha’ puasa tidak boleh dilakukan pada hari-hari terlarang, yakni pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dan pada tiga hari tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

3.        Apakah qadha’ puasa harus dilakukan secara berkelanjutan?
Qadha’ puasa tidak harus dilaksanakan secara berkelanjutan atau berurut-turut, tetapi boleh ditunaikan secara terpisah-pisah/tidak berurutan. Kadang berpuasa, kadang tidak. Misal, utang puasanya dibayarkan setiap Senin dan Kamis.

4.        Bagaimana hukum menunda membayar utang puasa sampai Ramadhan yang baru tiba?
Kita sudah tahu bahwa waktu pembayaran utang puasa sangat luas, tetapi anehnya masih saja ada yang menyepelekannya sehingga kesempatan yang panjang itu terbuang sia-sia. Menanggapi hal ini, para ulama bersepakat bahwa orang semacam ini benar-benar keterlaluan dan dihukumi berdosa karena telah meremehkan (tasahul) hukum Allah. Kewajiban yang harus ditunaikan orang ini adalah:
  • Beristighfar dan bertaubat atas kelalaiannya menunda pembayaran utang puasa.
  • Meng-qadha’ puasanya setelah Ramadhan.
  • Membayar fidyah sebagai sanksi atas sikap tasahul-nya, dengan menyerahkan bahan makanan pokok sebanyak 1 mudd (satuan tradisional Arab, kira-kira sama dengan 6 ons dalam satuan metrik) kepada fakir-miskin sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalkannya. Ini menurut pendapat mayoritas ulama dari kalangan Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Sementara menurut ulama-ulama Hanafiyah, membayar fidyah tidaklah wajib.


Tentu masih banyak lagi poin lain yang bisa kita kaji, Sobat. Namun, karena keterbatasan waktu (maklum ngetiknya di sela-sela istirahat makan siang. Hehe…), 4 poin itu dulu yang bisa saya kupas di sini. Semoga pada kesempatan lain saya bisa menulis poin-poin lainnya.


Wallau a’lam

Tulisan ini dipublikasikan ulang oleh www.tnol.co.id

 

95 comments:

Kang Muroi said...

walaupun disela istirahat, tulisna ini sangat bermanfaat, makasih banyak tadz atas artikelnya:}

just copy and leave it said...

sangat bermanfaat, saya ga utang om :D

EYSurbakti said...

nah lo ..
ayo bayar utang puasanya .. yang belom :D

Amy said...

Sudah lunas lamaaa... terima kasih sudah diingatkan

Irham Sya'roni said...

Muro'i El-Barezy @ terima kasih kembali, Mas. Syukurlah kalau sekeping tulisan ini jika memang bermnfaat.

Irham Sya'roni said...

just copy and leave it @ alhamdulillah jk memang brmnafaat, dan alhmdulillah juga kalau memang tdk punya utang. Moga Ramadhan bsk bs qt lalui dg lancar tnpa utang.

Vita Ayu Kusuma Dewi said...

Assalamu'alaykum...lama tak kunjung..artikel ini sangat bermanfaat...

Irham Sya'roni said...

EYSurbakti @ Yups, benar, mas. Sudah Sya'ban, jadi ga semestinya ditunda-tunda lagi ya, Mas.

Irham Sya'roni said...

Ami @ Alhamdulillah.. syukurlah kalau sudah lunas.:)

Irham Sya'roni said...

vheytha @ Wa'alaikumussalam warahmatullah..., selamat berkunjung kembali. Alhamdulillah jika sepotong tulisan ini bermanfaat.

Sinna Saidah Az-Zahra said...

alhamdullilah saya sudah tidak punya hutang puasa

artikel yang berbobot dan aku sudah tidak sabar
menyambut bulan yang akan ramadan tiba hehehe . . .

Irham Sya'roni said...

Sinna Saidah Az-Zahra @ Syukurlha, Mbak Aida sudah merdeka, bebas dr tanggungan utang puasa. Moga kita maish diberi umur panjang untuk berjumpa Ramadhan ya, Mbak.amin

RB said...

iya..terkadang kita melalaikan utang puasa kita

BlogS of Hariyanto said...

alhamdulillah, terimakasih sudah diingatkan sobat :)

Irham Sya'roni said...

RB @ Kalau org lain punya utang sekian puluh ribu ke kita, kita selalu ingat dan terus-menerus menagih ya, Mas. Tp giliran qt yg punya utang, terlebh kpd Allah, bgtu mudahnya kita (berpura2) lupa ya, Mas. :-)

Irham Sya'roni said...

BlogS of Hariyanto @ Terima kasih kembali, Mas Hariyanto. Saling mengingatkan...

Akhmad Muhaimin Azzet said...

Benar sekali, Mas Irham, sungguh hal ini penting sekali untuk kita ingatkan pada diri sendiri juga keluarga dan saudara2 kita. Makasih banyak ya, Mas.

Irham Sya'roni said...

Makasih kembali, Mas. Setidaknya saya bisa menemani sahur dan buka puasa bersama istri, mas.

Rumah Al Banna said...

mas boleh tau ga kalau hari2 akhir sebelum bulan Ramadhan datang apakah kita tetep boleh berpuasa sunnah atau tidak?

Irham Sya'roni said...

Hari2 akhir sebelum Ramadhan tetap dibolehkan berpuasa sunnah. Berbeda hukumnya tentang yaumu syakk (hari yg meragukan), yakni MASIH DIRAGUKAN apakah hari tsb sdh masuk 1 Ramadhan atau masih Sya'ban. Ttg yaumu syak ini, yg diperbolehkan hanyalah berpuasa qadha`, nadzar, atau puasa sunnah yang sdh biasa dilakukan dan kebetulan jatuh pd hari tsb, misalnya trbiasa puasa Senin/Kamis atau puasa Daud.

rahmi_ar said...

masih hutang 3 hari..

Anonymous said...

aq utang 300 hari.. :(

Anonymous said...

gimana caranya bayar utang puasa 300 hari...?

300 hari aq hitung sejak aq umur 10 tahun, tiap ramadhan aq bulatkan 15 hari bolong (ngawur, takut kurang), skrg aku udah 30 tahun, berarti 15 hari di kalikan 20 tahun = 300 hari.

Bulan maret kemarin aq udah dapat 15 hari puasa, ni lg libur karena haid, tpi hbs haid mau aku lanjutin lagi puasanya.

Apakah hitungan hari nya dari nol lagi atau di lanjutin aja ya...?
Apakah dgn berpuasa 300 hari, aq udah gak punya hutang puasa...?

Sbb, setelah puasa 300 hari, aq mau mengerjakan puasa sunnah.

Mohon petunjuknya, makasich..

Anonymous said...

mas irham, jawab pertanyaan saya ya..? Soal puasa 300 hari, makasich..

Irham Sya'roni said...

ayo buruan dibayar. hehe

Irham Sya'roni said...

beneran pas 300 hari? Jangan-jangan kurang dari itu, atau bahkan lebih. :)

Irham Sya'roni said...

Puasa itu diwajibkan kepada orang yg sudah baligh. Jika belum baligh maka tidaklah wajib. Jika memang pd usia tersebut Mbak Anonim sdh baligh maka sudah berkewajiban berpuasa.

Bagaimana tdk berpuasa? Maka, wajib membayarnya sejumlah hari yg ditinggalkan.
Bagaimana kalau tidak ingat sama sekali jumlah harinya? Maka, kita berpuasa sebanyak yang bisa membuat kita merasa aman dari kewajiban.

Apakah harus dibayar secara urut/berkelanjutan atau boleh putus-putus (semisal bulan ini membayar 15 hari, bulan besok 15 dan seterusnya. Atau sehari berpuasa sehari tidak.)? Jawabnya, tidak harus urut dan tidak harus mengulang. Yang penting jumlah yg harus dibayar terpenuhi.

Unknown said...

Bulan depan kan ramadhan,itungannya mungking minggu depan, kalau puasa qadha minggu ini dibolehkan gak?

Unknown said...

kalau untuk laki-laki apakah ada hukum membayar utang puasa bulan ramadhan ?

Unknown said...

saya mau tanya mas irham, waktu saya SMA itu guru agama menerangkan bahwa kalau penggantian puasa ramadhan bisa digabung dengan puasa syawalan, saya baru tahu 1thn belakangan ini ternyata tidak boleh, saya menggabung puasa tersebut sudah 7th setelah mendengar keterangan guru saya sejak 1 SMA, yg mau saya tanya apakah saya harus mengganti puasa saya lagi yg batal saja atau gimana ya? saya bingung, bantu saya mas :(

Irham Sya'roni said...

Kapan pun boleh melakukan qadha' puasa, Mbak, asal bukan pada hari-hari terlarang, yaitu dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) serta 3 hari Tasyrik (tggl 11, 12, 13 Dzulhijjah).

Irham Sya'roni said...

Membayar hutang puasa bukan hanya milik perempuan, tetapi siapa saja termasuk laki-laki. Misal, seorang laki-laki sempat jatuh sakit beberapa hari. Ia tdk berpuasa, maka setelah lebaran, setelah sehat, ia wajib membayar hutang puasanya.

Irham Sya'roni said...

Bayar utang (qadha') puasa jika dilakukan pada hari Senin atau Kamis, maka kita akan mendapatkan pula pahala puasa Senin atau Kamis. Begitu pula jika dilakukan pada hari-hari istimewa lain semisal hari Arafah dan lainnya. Hanya saja, terkait dgn puasa 6 hari bulan Syawwal, ada perbedaan pendapat; ada yg mengharus memisahkan antara puasa qadha & puasa syawwal. Ada pula ulama lain yg berpendapat bahwa puasa Qadha yg dilakukan pd bulan syawwal sdh mencukupi bagi orang tsb untuk mendapatkan pahala qadha sekaligus jg pahala puasa sunnah syawwal. Dgn mengikuti pndpat yg kedua, maka Anda tdk harus mengganti puasa yg sdh Anda qadha' (7 thn tsb).

agung said...

Assalamualaikum Kang Irham, saya mau nanya nih, saya pernah denger ada orang bilang bahwa jika kita belum melunasi hutang puasa tahun sebelumnya sampai datang bulan puasa tahun berikutnya maka puasa kita pada bulan puasa tahun berikutnya tersebut tidak sah/gugur. Benarkah begitu? Terimakasih.

Irham Sya'roni said...

Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Tidak benar, Mas. Yang benar, puasa kita tetap sah walau belum melunasi utang puasa Ramadhan tahhun seblumnya. Hanya saja, mayoritas ulama, termasuk Syafi'iyah, mengatakan bhwa siapa yg menunda membayar utang puasa sehingga tlh masuk kembali bulan Ramadhan thn berikutnya maka dia dikenai sanksi berupa memberi makanan pokok kpd fakir/miskin 1 hari 1 mud (sekira 6 ons) + tetap bayar hutang puasa.

Irham Sya'roni said...

Tentang fidyah krn menunda membayar utang puasa bisa dibaca ulang poin 4 di atas. Sdh dijelaskan semua. Tentunya fidyah tsb berlaku bg mereka yg mampu membayarnya.

Unknown said...

Niatnya bayar hutang puasa selama 2 minggu tapi di hari rabu tidak puasa apakah boleh puasa di hari jum'at,sabtu dan minggu juga, tolong penjelasannya yah :)

Irham Sya'roni said...

Salam, Mbak Indri Astuti. Hutang puasa (Ramadhan) itu tidak wajib dilakukan secara berurutan, semisal 1 minggu atau 2 minggu berurutan. Tapi, boleh dilakukan secara terpisah, baik terpisah hari atau bahkan terpisah bulan. Yang penting bayar utangnya lunas sesuai jumlah yang harus kita bayar. Jadi, dalam kasus Mbak Indri, Mbak boleh bayar utang puasanya pada Jum'at, Sabtu, atau kapan saja, selama tidak pada hari-hari yang kita diharamkan berpuasa. Salam...

Unknown said...

Terima kasih pak atas penjelasan :)

Irham Sya'roni said...

Sama-sama. Terima kasih kembali, Mbak Indri. Salam ukhuwah... :)

Unknown said...

Habibullah Al Faruq mengatakan, kalau kita lupa berapa banyak hari yang harus dibayar, bagaimana mas? Terima kasih.

Irham Sya'roni said...

Jika lupa atau tidak ingat berapa hari berutang puasa, solusinya adalah dengan memperkirakan secara sungguh-sungguh dan penuh kehati-hatian. Mintalah “fatwa” kepada hati sendiri secara jujur dan sungguh-sungguh, kira-kira Ramadhan kemarin berutang hari. Misalnya, 10 hari, kurang dari 10 hari, atau bahkan lebih dari 10 hari. Jika ada keraguan di hati antara dua bilangan, misalnya, “Utang saya 12 hari apa 15 hari ya?” Maka, sebagai bentuk kehati-hatian (ihtiyath) pilihlah bilangan yang lebih tinggi, yakni 15 hari.

Putri permatasari ( @PutriCya ) said...

Assalamualaikum, hanya ingin meyakinkan saja hari ini tgl 15 juni 2015 saya ingin membayar hutang puasa yang tinggal satu hari sedangkan dua hari mendatang sudah masuk ke bulan ramadhan , bagaimanakah hukumnya? Diperbolehkan atau tidak dalam islam? Terimakasih wassalam.

Irham Sya'roni said...

Wa'alaikumussalam warahmatullah. Boleh, Mbak. Bahkan, utang puasa tersebut wajib dibayarkan. Lebih lengkapnya, silakan buka http://babarusyda.blogspot.com/2015/06/puasa-setelah-nishfu-syaban-haramkah.html pada poin 1 dan 3. Terima kasih.

Unknown said...

Wah makasih kang irham ..postingannya dan tanya jawabnya sangat bermanfaat.tp saya sekarang kurang 2 hari.sekarng dh hmpir masuk bulan ramadan...

Irham Sya'roni said...

Sama-sama, terima kasih kembali. Selamat menyambut bulan suci Ramadhan...

Irham Sya'roni said...

Boleh, Mas, tapi dengan beberapa catatan tertentu. Silakan baca: http://babarusyda.blogspot.com/2015/06/puasa-setelah-nishfu-syaban-haramkah.html

Unknown said...

Terima kasih
Semoga bermanfaat untuk kt semua.
Amin

Irham Sya'roni said...

Aamiin...

Unknown said...

Numpang tanya pak..kalau saya punya utang puasa satu bulan penuh pas puasa ramadan musti ganti berapa hari.sebulan apa dua bulan.trmkh

Unknown said...

Mas klw kita lg masuk mlm trs mau puasa ganti tp pagi.a kita tdr mank g boleh ya???

Gita Fajardini RF said...

mas kalau bayar hutang puasanya hanya di hari sabtu minggu saja di setiap minggu nya boleh atau tidak? mengingat senin-jum'at itu kerja. sdgkan sabtu minggu libur kbyakkan dihabiskan santai di rumah. karena saya searching juga katanya Makruh kalau bayar puasa di hari sabtu-minggu saja. mhn penjelasannya, terima kasih mas..

Irham Sya'roni said...

Satu bulan, Mas.

Irham Sya'roni said...

Kenapa tidak boleh, Mbak? Kalau mengantuk, ya tidur saja. Tapi, jangan lupa shalatnya, lho. :)

Irham Sya'roni said...

Tidak apa-apa, Mbak.
Tidaklah makruh membayar utang puasa pada hari tersebut karena niat Mbak Gita bukanlah untuk mensakralkan/memuliakan hari Sabtu atau Minggu, melainkan niat qadha' puasa.

Unknown said...

terimakasih info nya sangat" bermanfaat..insya Allah mau bayar hutangku yg 90 hari..haduuh banyak nya.. :( :(

Irham Sya'roni said...

Sama-sama, terima kasih kembali, Mbak Wiwin. Dicicil atau diangsur, Mbak, biar tidak terasa berat. :)

Agus Supriyono said...

Ilmu yang bermanfaat mengingatkan, semoga semangat terus konsisten share informasi seperti ini sahabat

Irham Sya'roni said...

Terima kasih atas supportnya, Mas. Semoga bermanfaat

Bachry Fahmiansyah said...

Pa ustad jadi bayar fidyah buat orang yang tasahul itu wajib atau tidak? Mohon penjelasannya

Irham Sya'roni said...

Sudah tertulis di atas, bahwa orang yang menunda membayar utang puasa hingga melewati Ramadhan baru wajib membayar fidyah. Demikian menurut pendapat mayoritas ulama dari kalangan Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah.

Bachry fahmiansyah said...

Itu kan 1 mud berarti 6 ons ya pa ustad?

Irham Sya'roni said...

Benar, Mas. 1 mud sama dengan 0,6 Kg atau 3/4 Liter untuk satu hari puasa.

Bachry fahmiansyah said...

Pa ustad saya masih sekolah, bagaimana cara saya membayar fidyahnya? Apa bisa ditunda? Atau ada cara lain?

Irham Sya'roni said...

Bisa dibayar ketika sudah mampu, Mas. Demikian menurut pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

Bachry fahmiansyah said...

Berarti saya bayar puasa dulu ketika sudah mampu baru saya bayar fidyah sejumlah puasa yang ditinggalkan? Maaf banyak tanya ya pak hehe

Irham Sya'roni said...

Iya, mumpung belum Ramadhan, buruan dibayar utang puasanya. Tidak ada perbedaan pendapat antara ulama dalam hal ini, agar segera membayar utang puasa. Sementara dalam hal fidyah, pendapat mayoritaslah yang mewajibkannya.
Jika belum paham, boleh bertanya lagi. :)

Bachry fahmiansyah said...

Jadi fidyah itu hukumnya wajib ya pak? Kalo ada 2 pendapat gitu saya jadi bingung pak duuh hehe. Terus sama yang masalah dikali lipat puasanya kalo sudah ditinggalkan beberapa tahun itu bener pak? Masalahnya saya lupa sudah beberapa tahun saya ga bayar utang ini, seinget saya ada 12 hari, jadi gimana itu pak? Makasih ya pak kesempatannya hehe

Irham Sya'roni said...

1. Jika ada 2 pendapat berbeda, kita boleh memilih salah satunya. Dalam hal ini, pendapat mayoritas lebih aman dan lebih mengedepankan kehati-hatian, yaitu wajib fidyah.

2. Bukan puasanya yang dikalilipatkan, melainkan fidyahnya. Jika tidak mampu mengalilipatkannya, bayarlah sesuai kemampuan.

3. Yang terpenting sekarang adalah bayarlah utang puasa 12 hari tersebut. Itu yang wajib.

Bachry Fahmiansyah said...

Ohh jadi begitu pak, alhamdulillah sekarang sudah jelas semua, sekarang saya udah ngerti pak hehe. Makasih pa ustad penjelasannya :) sekarang saya juga sedang menjalani puasanya, pokoknya terimakasih banyak pak buat ilmunya sangat bermanfaat, sukses terus buat pak ustad :) aamiin.

Irham Sya'roni said...

Alhamdulillah... Terima kasih kembali atas doanya.
Semoga semangat Mas Bahcry untuk menjalankan ajaran agama diridhai oleh Allah Ta'ala.

Mas Darsono said...

waduh... saya masih hutang 25 hari...
waktu itu saya di operasi kang...
wah... bagaimana ini yah?

Irham Sya'roni said...

Mumpung masih sehat dan kuat, monggo dibayar utang puasanya, Kang. :)

Winny Widianti said...

Ustadz bolehkah membayar puasa qodho setelah masuk nisfu syaban?

Irham Sya'roni said...

Boleh. Selengkapnya bisa dibaca di sini: https://babarusyda.blogspot.co.id/2015/06/puasa-setelah-nishfu-syaban-haramkah.html

GUNTUR ARIF MUNANDAR said...

Akhi,,kalau mengqada puasa sekaligus puasa syaban gmn?

Irham Sya'roni said...

Silakan mengqadha' puasa Ramadhan pada hari dan bulan apa saja, asal bukan pada dua hari raya dan tiga hari tasyrik. Jika diqadha' pas hari Senin atau Kamis, insyaAllah juga akan mendapatkan pahala puasa pada Senin Kamis. Begitu pula mengqadha'nya pada bulan Sya'ban.

Unknown said...

ustad mau tanya Untuk meyakinkan hati saya, minggu dpn ini sdh ramadhan minggu ini saya qodho puasa bolehkn ,,soalnya saya dnger" klo sdh bln rajab tdk boleh berpuasa?,mkasih sblmnya!

Irham Sya'roni said...

Boleh, Mbak. Selengkapnya bisa dibaca di sini: https://babarusyda.blogspot.co.id/2015/06/puasa-setelah-nishfu-syaban-haramkah.html

Nurul said...

Ust. Begini saya mau mengqadha puasa saya tapi saya mau mengqadhanya hari sabtu apakah bisa ? Terus bulan ramdhan tinggl beberapa hari ini

Irham Sya'roni said...

Kita boleh mengqadha'nya kapan saja, asal bukan pada 5 hari berikut: 2 hari raya dan 3 hari tasyriq. Kemungkinan Ramadhan tinggal 3 hari lagi. Wallahu a'lam..

Nurul said...

Jadi saya boleh puasa qadha hari sabtu saja tanpa d di ikuti puasa hari minggu

Irham Sya'roni said...

Boleh. Tapi, kenapa harus menunggu Sabtu? Kenapa hari Jum'at besok tidak dimanfaatkan untuk mengqadha?

Unknown said...

assalamualaikum,apakah boleh saya berpuasa nadzar pada hari minggu (1 hari sebelum bulan puasa) ?jika tidak boleh, apakah saya dosa karna puasa nadzar saya belum lunas?dan apakah benar jika puasa nadzar belum lunas karna sudah memasuki bulan puasa/ramadhan maka saya harus membayar nya 2x lipat sesuai jumlah puasa nadzar yang saya belum bayar? mohon yang sebesar2 nya di jwab perttanyaan ini!

Irham Sya'roni said...

Wa'alaikumussalam warahmatullah.
1. Boleh berpuasa nadzar atau qadha' pada hari tersebut. Selengkapnya bisa dilihat di poin ke-3 dalam link berikut: https://babarusyda.blogspot.co.id/2015/06/puasa-setelah-nishfu-syaban-haramkah.html

2. Tidak ada aturan harus membayar 2x lipat. Bayarlah sebagaimana yang dinadzarkan. Jika tidak bisa menunaikan nadzarnya, maka harus membayar kafarat sumpah. Ada 3 pilihan kafarat sumpah (baca QS. Al-Maidah: 89).

Terima kasih.
Wallahu a'lam...

Anonymous said...

Assalamualaikuk wr.wb
Pak ustadz, apakah boleh meng-qadha puasa sehari setelah hari raya idul fitri nanti?

Irham Sya'roni said...

Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Boleh. Yang tidak boleh adalah tanggal 1 Syawal dan 4 hari pada bulan Dzulhijjah (tgl 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Selain itu, boleh.

Berbagai Info said...

YG SERING BANYAK UTANG PUASA ADALAH KAUM WANITA.

Irham Sya'roni said...

IYA, MAS.

Risma P.S said...

Assalamualaikum, pak Irham saya mau tanya mengenai pembayaran fidyah bagi orang yang berhutang puasa dan belum dibayar saat telah datang ramadhan yang baru. Bagaimana jika orang tersebut belum berpenghasilan? Apakah orang tuanya yang harus membayarkan fidyah nya sesuai dengan puasa yg ditiggalkan? Mohon bantuannya :)

Irham Sya'roni said...

Wa'alaikumussalam warahmatullah, Mbak Risma.
Orang tua tidak wajib membayarkan apa pun, Mbak. Itu murni menjadi tanggungan orang yang berutang puasa. Tapi, orang tua boleh membantunya. Bukan wajib membantunya.

Raynda Bayu Sri Agustia said...

Assalamualaikum Wr. Wb. Saya mau nanya pak ustadz, kan ada sodara saya yang tidak puasa di bulan Ramadhan ini, kan harus di Qodho yah. Nah boleh tidak saya yang mengqodho puasanya walaupun puasa saya tamat ?
Mohon jawaban nya pak Ustadz
Terima Kasih

Irham Sya'roni said...

Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Puasa adalah ibadah personal atau bersifat individu. Karena itu tidak boleh diwakilkan kepada siapa pun selama orang tersebut masih hidup. Berbeda jika telah meninggal, maka Islam memberi pilihan diqadha'kan oleh keluarganya atau dibayarkan fidyahnya. https://babarusyda.blogspot.co.id/2016/06/utang-puasa-orang-yang-meninggal-dunia.html

Anonymous said...

Assalamualaikum, Pak Ustadz. Saya mo nanya, tahun 2015 lalu saya tidak berpuasa di bln ramadhan karena masa nifas melahirkan anak ke-2. Dan hingga kini saya belum membayar Utang tersebut pdhl ramadhan 2016 jg sdh terlewati. Apakah puasa ramadhan saya tahun ini sah? Dan apakah saya wajib membayar fidyah utang puasa thn 2015?

Irham Sya'roni said...

wa'alaikumussalam warahmatullah...
1. Mbak Anonim, puasa Ramadhan 2016 kemarin tetap sah.
2. Kewajiban Mbak Anonim adalah membayar utang puasanya tahun 2015.
Adapun tentang fidyah karena menunda membayar utang puasa, para ulama berbeda pendapat. Menurut mayoritas ulama Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah, jika menundanya karena tasahul alias meremehkan (tidak ada alasan secara syar'i) maka selain qadha' puasa juga wajib membayar fidyah.