ads
Tuesday, March 13, 2012

March 13, 2012
10
Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, atau pada akhir pekan. Kadang, untuk sarapan pagi atau makan malam bareng pun terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini sering menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok.

Istilah ketidakharmonisan muncul sebagai akibat berkurangnya kesempatan interaksi dan komunikasi antaranggota keluarga. Salah satu contoh konkret, minimnya alokasi waktu untuk makan bersama. Padahal, kegiatan makan bersama dalam keluarga termasuk di dalamnya suami dan istri begitu penting dalam membentuk keharmonisan karena dalam ritual makan bersama berkumpul suami, istri, juga anak-anak. Momen ini dirasa pas guna menjalin komunikasi yang lebih kuat dan membatin di antara anggota keluarga.

Solusi dari masalah ini di antaranya sebagaimana di bawah ini.

a.   Sesibuk apa pun suami dan istri, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya, sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun suami dan istri bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Suami dan istri harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

b.   Tiap orang punya gaya komunikasi tersendiri yang merupakan hasil pembelajaran dalam keluarga. Bila suami atau istri berasal dari keluarga yang terbiasa bicara blak-blakan dan hobi berdebat, kemungkinan besar dia juga senang bicara apa adanya dan gemar mengajak pasangannya berdiskusi. Sebaliknya, bila kedua orangtua pasangan kita cenderung pendiam dan menghindari ekspresi emosi secara terbuka, biasanya pasangan kita juga amat tertutup dan sulit dipahami perasaannya. Dengan mengetahui gaya komunikasi pasangan, kita dapat menyesuaikan cara-cara dalam mendiskusikan hal-hal penting sehingga pasangan kita lebih mudah memahami dan memberikan respons sesuai harapan.

c.   Suami istri tentunya tahu bahwa memilih momentum yang tepat besar peranannya dalam komunikasi efektif. Sedapat mungkin jangan mengajukan pertanyaan penting yang membutuhkan penjelasan panjang saat pasangan sedang sibuk atau dalam keadaan stres. Cobalah cari waktu senggang, misalnya sehabis makan malam atau pada akhir Minggu. Perhatikan pula mood pasangan. Sebaiknya jangan mengungkapkan uneg-uneg atau mengajak pasangan bicara serius saat dia baru pulang bekerja, sedang fokus mengerjakan sesuatu, atau menonton acara favoritnya.

d.   Jangan lupa bahwa banyak cara untuk berkomunikasi secara efektif. Bila pasangan kita kurang lihai berbicara, suami istri tetap bisa menjalin komunikasi melalui tulisan. Sering-seringlah saling mengirim pesan melalui SMS atau chatting. Bila banyak hal yang ingin dibicarakan, uraikan dalam e-mail. Selain itu, perbanyak pula ungkapan cinta melalui pandangan mata, senyuman, sentuhan, pelukan, dan hubungan intim yang memuaskan. Dari banyak penelitian telah terbukti bahwa komunikasi nonverbal jauh lebih penting daripada kata-kata yang diucapkan. Jadi, kalau suami istri bisa memanfaatkan cara-cara nonverbal tersebut dengan tepat, pasti akan lebih puas dengan kualitas komunikasi bersama pasangan.

e.  Ketika komunikasi menjadi sangat kurang, langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari konflik adalah positive thinking (husnuzhan) yang menjadi bagian dari kepercayaan kepada pasangan. Lakukan hal itu karena akan menjadi semangat tersendiri buat suami istri untuk bisa saling memberikan yang terbaik. Baik dalam keseharian, saat senang, ataupun saat-saat sulit dalam menghadapi konflik.

gambar: tabloidnova.com

10 comments:

Kang Muroi said...

wah disini sana banyak menemukan tips yang sangat bermanfaat..
trimakasih mas Irham sharingnya:}

Irham Sya'roni said...

@Muro'i El-Barezy Terima kasih kembali Mas. Semoga bermanfaar buat kita semua. Sekali lagi, makasih banyak.

Mas Huda said...

masak lewat sms atau chatting sih.... ntar malah aneh tuh kayaknya

kayaknya lho mas

sweethy said...

Alhamdulillah suami saya bukan orang sibuk...hehehe

Irham Sya'roni said...

@choirul Apa ada yg salah dengan fasilitas SMS, chatting, FB, blog, dsb untuk merekatkan komunikasi suami istri yg sama2 sibuk, Mas? Tentu akan benar2 gersang dan kasihan kalau mereka yg sama2 sibuk itu tidak diberi keindahan berkomunikasi dgn beragam fasilitas yg ada. Itu menurut saya, Mas. :-)

Irham Sya'roni said...

@sweethy Alhamdulillah juga, istri saya bukan orang yang sibuk sehingga ada banyak waktu buat mencurahkan kasih sayang dan perhatian untuk suami dan anak2. Walaupun sekadar SMS ke saya yg lagi di tempat kerja: "Jangan lupa makan siang lho Mas." ^_^

lisa said...

saya sering menggunakan point 4 tuh....coz kami tipe kurang lihai berbicara. tapi kalo bahasa nonverbal Alhamdulillah selalu berusaha kami bangun....dan disela kesibukan meluangkn sdikit wakt utk keluarga juga sangat penting

Irham Sya'roni said...

@lisa Yups, yang penting sesibuk apa pun kita, jangan lupa luangkan waktu dan perhatian untuk keluarga: suami dan anak-anak. Jika kebetulan libur, bisa jalan2 ke Sego Wiwit bersama si kecil n suami. Tp kalau lg sibuk dan berjauhan, bisa via HP atau lainnya untuk sekadar menyapa dan memberi perhatian. Leres mekaten kan bu?

ceritatugu said...

ya harus bisa meluangkan waktu untuk bersama

Irham Sya'roni said...

@Cerita Tugu siPPP, leres sanget Pak Eka. Saat sibuk, harus meluangkan waktu untuk sekadar menyapa keluarga dgn apa pun medianya. Alhamdulillah jika hari libur atau waktu sore-malam, bisa bercengkerama bersama mereka.