ads
Wednesday, February 1, 2012

February 01, 2012
Dalam berbahasa, keefektifan kalimat sangat menentukan kekuatan tulisan kita. Salah satu ciri kalimat efektif adalah hemat berbahasa. Kehematan itu dapat dilakukan dengan penggunaan kata sesuai dengan bobot maknanya. Misalnya:

1. Daftar nama-nama peserta ujian dapat dilihat di papan pengumuman.
2. Ikan arwana mulai kurang diminati masyarakat.
3. Dalam pertemuan itu, KPPS membicarakan tentang pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh peserta pemilu.
4. Karena pejabat itu menjadi fungsionaris partai, maka ia memilih berhenti menjadi pegawai negeri.

Keempat kalimat di atas sekilas tidak bermasalah. Tetapi, senyatanya di dalam tubuh keempat kalimat tersebut terdapat penyakit yang harus diobati. Penyakit apakah itu? Boros kata. Mubazir.

1) Kata "daftar" merupakan kata yang mengandung makna "kumpulan". Karena itu, kata itu tidak perlu diikuti oleh kata ulang "nama-nama", tetapi cukup "nama" sehingga jadilah kalimat tersebut:
--->> Daftar nama peserta ujian dapat dilihat di papan pengumuman.

2) Ada kata yang menyebabkan kalimat kedua tidak efektif, yakni kata "ikan". Kata itu termasuk superordinat "arwana". Jadi, penambahan kata "ikan" tidak mempunyai makna apa pun karena arwana sudah termasuk ikan. Berbeda dengan ikan duri dan ikan emas, kata "ikan" harus diimbuhkan karena jika kata tersebut dihilangkan akan menghasilkan makna yang berbeda, yakni "duri" (bagian tumbuhan yang tajam) dan "emas" (logam mulia). Jadilah kalimat efektifnya sebagai berikut:
--->> Arwana mulai kurang diminati masyarakat.

3) Penambahan kata "tentang" dalam kalimat ketiga, di samping mubazir juga mengganggu struktur kalimat. Kata "tentang" dipandang mubazir karena tidak mempunyai arti apa pun dalam kalimat tersebut. Jika kata itu dihilangkan, justru kalimatnya akan efektif. Dari segi struktur, penambahan kata "tentang" jsutru melanggar kaidah struktur predikat-objek. Seharusnya objek itu langsung tanpa didahului kata penghubung atau kata tugas. Tetapi, jika menginginkan kata "tentang" tetap muncul dalam susunan kalimat tersebut, ubahlah menjadi "berbicara tentang".
Kesalahan yang sama sering kita temukan dalam contoh:
- mendiskusikan tentang...
- menjelaskan tentang...
- mempersoalkan tentang...
Semestinya kata "tentang" ditongsampahkan saja, dan jangan pernah disandingkan dengan kata-kata tersebut.

Penghematan lain adalah dengan membuang kata "pemilu" (kata yang pertama) karena terjadi pengulangan dalam kalimat tersebut. Di samping itu, frasa "yang dilakukan" dapat pula ditiadakan sehingga kalimat efektifnya menjadi:
--->> Dalam pertemuan itu, KPPS membicarakan pelanggaran oleh peserta pemilu.

4) Lagi-lagi terjadi pemborosan kata. Apabila subjek anak kalimat dan induk kalimat sama, subjek anak kalimat tidak perlu ada. Kata "ia" dalam induk kalimat dihilangkan dan digantikan dengan frasa "pejabat itu". Penggunaan "maka" juga terbilang mubazir. Jadilah kalimat efektifnya sebagai berikut:
--->> Karena menjadi fungsionaris partai, pejabat itu memilih berhenti menjadi pegawai negeri.

(Disarikan dan diadaptasikan dari Media Indonesia, 3 Juli 2004)








0 comments: